"KENAPA mata lo sembap begitu?" tanya Risa setibanya Kava di kelas. Bel yang berbunyi menjadi akhir perdebatannya dengan Marvel tadi. Beruntung mereka sudah masuk ke lingkungan sekolah sehingga tidak di hitung terlambat."Gue berantem sama Marvel," jawab Kava ketus sambil menaruh tas ranselnya di atas meja dan duduk di kursi.
"Wait wait," Risa menatap sahabatnya heran. "Ini perasaan gue doang, atau emang bener kalau akhir-akhir ini lo berdua sering berantem? Ada apa sih?" tanyanya penasaran.
"Hari Sabtu kemarin gue udah janjian mau jalan sama Marvel, tapi gue telat karena Kak Alvin nyuruh gue ke rumahnya buat ambil contoh proposal. Terus—"
"Jangan bilang lo bohong lagi?" potong Risa tepat sasaran.
Kava mengatup bibirnya, lalu mengangguk pelan. Mungkin Kava sudah keterlaluan karena berbohong kepada Marvel. Hanya saja, ia hanya takut cowok itu marah kepadanya.
"Rasanya gue pengen geplak kepala lo tau gak?"
"Risa, sahabat lo ini lagi punya masalah. Hibur kek, malah di ancem," cibir Kava kesal.
"Gue udah bilang soal ini dari kemaren kemaren loh, tapi lo tetep aja milih bohong ke Kak Marvel. Cowok tuh jarang loh Kav, yang masih tahan walaupun udah dibohongin berkali-kali. Dari dulu lo tuh terkesan lindungin Kak Alvin," ujar Risa, sangat gemas sekaligus kesal dengan sikap Kava yang satu ini.
"Kak Alvin tuh udah pernah nembak gue."
"Nah, apalagi tuh orang udah pernah nembak—what?! Dia pernah nembak lo?!" tanya Risa kaget.
Beruntung, suasana kelas saat ini sedang berisik sehingga pekikan Risa tidak terlalu terdengar oleh teman sekelas Kava yang lain. Sepertinya guru yang harusnya mengajar sekarang sedang malas mengajar.
"Iya, karena itu gue kasian sama dia. Kalau gue gak bisa kasih hati gue, at least jangan sampe dia kena amukan Marvel lah," jelas Kava.
"Lo berdua udah lama pacaran, dia pasti udah tahu gerak gerik lo lagi jujur atau lagi bohong," ujar Risa dengan ketus. Kalau bukan sahabat, mungkin Kava sudah ia jauhi karena pemikiran mereka yang sudah sangat berbeda.
"Terus gue harus apa sekarang?" tanya Kava frustasi.
"Kak Marvel bilang apa tadi?" tanya Risa balik.
"Dia minta break," jawab Kava dengan nada lemas.
"Serius?" Risa mendelik tidak percaya. Bukankah Marvel itu budak cinta sahabatnya? Sepertinya kesalahan Kava sudah sangat besar sehingga cowok itu berani meminta break yang artinya putus tapi nanti aja.
"Iya, gak percayaan amat," gerutu Kava.
"Kalau cowok lo yang bucin itu udah minta break, tandanya kesalahan lo udah besar banget sih," ujar Risa sambil menggelengkan kepalanya prihatin.
"Terus gue harus apa?" tanya Kava polos.
"Tunggu diputusin aja," jawab Risa dengan senyum jahilnya.
"Risa!!"
☘️☘️☘️
SUASANA kantin pada jam istirahat memang selalu ramai. Banyak siswa yang memilih untuk membeli makanan di kantin daripada membawa bekal dari rumah. Selain karena kantin sekolah ini bersih, makanan yang ditawarkan terlihat lezat dan sangat memanjakan lidah tentunya.
Untuk hari ini, Kava memesan satu mangkuk bakso dan satu gelas es jeruk. Sedangkan Risa, gadis itu memesan satu mangkuk mie ayam, satu porsi siomay, dan satu gelas es teh manis. Nafsu makan Risa memang besar, berbeda dengan Kava yang terkadang tidak ingin makan jika sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marvel
Teen FictionON GOING Kavarinne Zevanya Tahardja, perempuan dengan sejuta pesona, namun sudah memiliki kekasih yang bernama Marvellio Alpheratz Bagaskara. Kava merupakan remaja perempuan pada umumnya yang lebih suka menghabiskan waktunya dengan ponsel untuk memb...