Part 5 - Perpustakaan

422 48 2
                                    













  PERPUSTAKAAN SMA Nusa Bangsa selalu menjadi daya tarik bagi murid-murid sekolah itu karena banyak hal yang bisa dikerjakan disana, yaitu membaca, belajar, bercengkrama, maupun tidur di sofa yang nyaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PERPUSTAKAAN SMA Nusa Bangsa selalu menjadi daya tarik bagi murid-murid sekolah itu karena banyak hal yang bisa dikerjakan disana, yaitu membaca, belajar, bercengkrama, maupun tidur di sofa yang nyaman. Kava sendiri lebih suka berlama-lama di Perpustakaan daripada tempat lainnya di sekolah ini. Seperti sekarang, ia sedang rebahan di sofa bersama Risa yang juga tiduran sambil membaca buku di sampingnya.

"Lo beneran keterima jadi OSIS nih Kav?" tanya Risa dengan mata yang fokus pada buku yang ia baca. Padahal, membaca sambil tiduran bukanlah hal yang baik.

"Iya," jawab Kava malas. "Bukannya lo udah tanya itu dari tadi?"

"Cuma mastiin kalau gue gak mimpi. Bentar lagi lo sibuk dan gue ditinggal," keluh Risa dengan nada sedih yang dibuat-buat.

"Gak usah lebay. Biasanya juga lo pura-pura sibuk kalau gue ajak main," cibir Kava yang hanya ditanggapi oleh cengiran oleh sahabatnya itu.

Sejak tadi, Kava sibuk memikirkan rapat perdana OSIS yang akan diadakan besok. Tadinya Kava sangat bersemangat untuk mengikuti rapat itu. Tapi sayangnya, rasa semangat gadis itu luntur ketika mengingat jika Marvel mengajaknya kencan besok. Kalau Kava membatalkan kencan besok, kemungkinan terburuk yang terjadi adalah Marvel akan marah padanya selama beberapa hari dan ia tidak bisa membiarkan itu terjadi karena level bucinnya sudah mencapai tahap akut.

Sebaliknya, jika Kava absen untuk rapat OSIS besok, itu sama saja ia tidak profesional dan apa yang ia jawab saat wawancara kemarin adalah omong kosong atau fiktif belaka. Sebelum masuk organisasi itu, Kava memang harus menuntut dirinya untuk menjadi profesional dan menyampingkan urusan pribadi. Tapi mode Marvel jika sedang marah tidak patut diabaikan juga.

"Gue nyari buku dulu deh," ucap Kava pada Risa yang ternyata sudah tertidur. Jika ia terlalu memikirkan tentang rapat besok, mungkin sebentar lagi otaknya akan bermasalah.

Secara perlahan, Kava melangkah menuju rak berisi novel yang ia sukai. Suara ketukan sepatunya lumayan menggema di sudut Perpustakaan yang hening. Tapi ketika ia membaca sinopsis salah satu cover novel yang terlihat menarik, sayup-sayup ia mendengar suara orang berdiskusi di sekitarnya.

  "Mereka udah keterlaluan."

  "Tapi jangan besok nyerangnya."

  "Gak bisa gitu, semua anggota udah setuju kalau kita nyerang besok."

  "Gue ketuanya. Gue bisa nentuin kapan kita nyerang mereka."

  Deg.

  Nyerang? Ketua? Jangan bilang ada Ketua Radevilion disini? batin Kava bertanya-tanya.

MarvelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang