Part 9 - Diantar Pulang

338 42 2
                                    















Now I don't like you when you're with someone else

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Now I don't like you when you're with someone else.









Sekarang aku tidak menyukaimu jika kamu sedang bersama orang lain.

☘️☘️☘️

UNTUK kesekian kalinya, Perpustakaan SMA Nusa Bangsa menjadi sasaran empuk anggota inti Radevilion untuk beristirahat setelah menimba ilmu di kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


UNTUK kesekian kalinya, Perpustakaan SMA Nusa Bangsa menjadi sasaran empuk anggota inti Radevilion untuk beristirahat setelah menimba ilmu di kelas. Tapi kali ini, hanya ada Ketua Radevilion, Leon, dan Juna yang mendiami sudut Perpustakaan itu.

  "Lain kali, gue gak mau kejadian tadi keulang," ucap Ketua Radevilion dengan tegas.

  "Sabar bro," kata Juna sambil menepuk bahu ketuanya itu pelan. Tumben ketuanya ini sensi kayak cewek PMS.

  "Jago amat lo, nyuruh gue sabar. Identitas gue hampir kebongkar tadi!"

  "Emang sialan si Davin," umpat Leon ketika kembali mengingat kejadian di lapangan tadi. Jika saja ketua geng pengecut itu tidak mengadu ke sekolah seperti geng lainnya, mungkin hukuman ini tidak akan terjadi.

  SMA Nusa Bangsa memang merupakan markas Radevilion karena ketua Radevilion dari tahun ke tahun selalu berasal dari sekolah itu. Mungkin karena itu Avelaska tidak ragu melaporkan ulah Radevilion semalam karena kebanyakan anggota geng itu bersekolah di SMA tersebut.

  "Mereka emang pengecut," jawab Ketua Radevilion. "Tau gitu gue bunuh aja tuh orang," lanjutnya dengan nada menyeramkan.

  Leon bergidik ngeri, "Terus, gimana lengan lo?" tanyanya.

  "Bentar lagi juga sembuh," jawab laki-laki itu sambil mengamati OB sekolah yang mereka bayar untuk membersihkan taman belakang.

  "Keren juga ide lo buat bayar OB. Gue aja gak kepikiran," celetuk Juna yang mengikuti arah pandang ketuanya itu.

  "Ya otak lo aja yang gak nyampe kesana," ledek Leon.

  "Ngeledek lo," cibir Juna. "Kira-kira gimana caranya biar tuh taman jadi gak horror lagi?" gumamnya kemudian.

  "Kalau taman itu udah bersih, kesan horror otomatis bakal hilang," ujar Ketua Radevilion itu dengan nada datar. "Yon, lo bisa beresin ini semua kan?"

  "Beresin apaan?" tanya Leon tidak paham.

  "Sebarin cerita horror lagi tentang taman itu."

"Lah kenapa?"

"Et si bego," umpat Juna. "Lo lupa kenapa kita sebarin cerita horror tentang gazebo taman itu?"

"Oh iya," ucap Leon sambil menepuk kepalanya pelan. "Hm.., enaknya cerita apaan ya?"

"Terserah, yang penting taman itu tetap sepi dan kita bisa bahas apapun disini," ucap Ketua Radevilion dengan tegas sambil mengambil tas sekolahnya. "Gue cabut dulu, ada urusan!"

Leon menatap Juna yang masih mengamati kinerja OB sekolah ini. "Jun, kalau cerita tentang kursi taman belakang yang ada penghuninya seru gak?"

☘️☘️☘️

"JADI, untuk proker OSIS tahun ini bisa diskusiin lagi per divisi. Hasil akhirnya bisa di kasih ke Selly atau Yuni selaku sekretaris OSIS paling lambat lusa karena dua minggu lagi kita udah raker," ujar Alvin, menutup rapat OSIS kali ini. Setelah menyerahkan rapat kepada bawahannya, ia pergi meninggalkan ruang OSIS dan baru saja kembali entah darimana cowok itu berasal.

  Kava menopang dagunya ketika para anggota OSIS mengerubungi Amel selaku Bendahara OSIS untuk membayar uang kas. Pintu ruang OSIS juga sudah ditutupi oleh Alvin agar seluruh anggotanya membayar uang kas sebelum pulang. Karena melamun, tanpa sadar dirinya mengingat betapa kesalnya wajah Marvel ketika ia mengatakan bahwa ada rapat mingguan hari ini.

***

  "Ayo pulang," ajak Marvel ketika Kava berjalan menghampirinya di lobby tanpa mengenakan tas ranselnya, membuat cowok itu menaikkan sebelah alisnya heran.

  "Aku ada rapat mingguan, Avel. Maaf ya," ucap Kava tidak enak. Padahal, ia sudah mengirim pesan pada laki-laki itu agar tidak perlu mengantarkannya pulang karena ada rapat OSIS. Tapi ketika mengingat jika kekasihnya itu adalah tipe orang yang tidak sering membuka ponsel, Kava terpaksa menghampiri Marvel yang pasti sudah menunggu dirinya.

  Terbukti, wajah Marvel berubah masam. "Pulang jamber?" tanyanya.

  "Jam lima kayaknya. Tapi kamu gak perlu nunggu aku, nanti aku bisa nebeng temen kok."

  "Oke, take care."

  Kava berjalan mundur sambil melambaikan tangan kearah Marvel. Setelah cowok itu hilang dari pandangannya, ia memutar tubuhnya dan kembali ke kelas untuk menunggu rapat di mulai.

***

  "Kava, gak pulang?" tanya Alvin yang berhasil membuyarkan lamunan Kava.

  "Eh, iya Kak. Aku tadi nunggu semuanya bayar uang kas dulu," jawab Kava sopan.

  "Oh, itu udah sepi kok," ucap Alvin sambil mengamati Amel yang sedang menghitung uang.

  Kava mengikuti arah pandang Alvin, lalu terkekeh pelan. "Oke, Kak. Kalau gitu aku bayar terus pulang. Duluan Kak," ujarnya.

  Setelah membayar uang kas, Kava berjalan cepat menuju parkiran karena tidak ada siapapun di sekitarnya. Dalam keadaan seperti ini, ia jadi merindukan Marvel yang selalu ada di sampingnya jika ia ketakutan.

  "Haduh, apa gue telfon Avel aja ya," gumam Kava sambil menghempaskan tubuhnya di sofa lobby sekolah.

"Belom pulang, Kav?"

Merasa dipanggil, Kava mendongkak dan mendapati Alvin berjalan kearahnya dengan tas sekolahnya yang berwarna hitam.

"Belom, Kak. Temen aku kayaknya udah pada balik," keluh Kava dengan bibir mengerucut.

"Mau aku anter?" tawar Alvin.

Hmm..., Kalau gue terima, nanti Avel marah, batin Kava sambil membayangkan wajah Marvel ketika marah. Gadis itu bergidik ngeri. Tapi gue pulang naik apa kalau nolak Kak Alvin? batinnya lagi.

"Emang gak ngerepotin, Kak?" tanya Kava berbasa-basi sebentar agar waktunya untuk berpikir bisa lebih lama.

  "Enggak kok, kan kita satu arah," jawab Alvin dengan senyumannya.

  "Oke, aku bareng ya Kak," ucap Kava dengan senyumannya.

  Sepanjang perjalanan pulang menuju rumah Kava, gadis itu sibuk memanjatkan doa agar Marvel tidak mengetahui kalau ia pulang diantar oleh Alvin. Tapi sayangnya, Kava tidak menyadari bahwa Marvel mengamati interaksi antara dirinya dan Alvin dengan tangan terkepal erat.

☘️☘️☘️

TBC

MarvelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang