Part 11 - Modus

384 40 4
                                    









☘️☘️☘️

KORIDOR kelas 10 IPA yang menghadap ke lapangan membuat tempat itu ramai dilalui oleh murid SMA Nusa Bangsa, termasuk Kava dan Risa yang baru saja makan di Kantin. Kebetulan, jalan menuju kelas 10 IPS melewati koridor itu sehingga mau tidak mau, mereka harus melewati koridor ramai itu.

  "Kava!"

  Mendengar namanya dipanggil, Kava memutar tubuhnya dan berdehem pelan ketika mengetahui bahwa Alvin yang memanggilnya.

  "Kenapa Kak?" tanya Kava ketika cowok itu sudah berdiri tepat dihadapannya.

  "Hari ini kamu ada rapat, tapi jangan bilang yang lain ya," jelas Alvin.

  "Kenapa gak boleh di kasih tahu ke yang lain Kak?" tanya Risa langsung, tahu jika sahabatnya itu tidak nyaman dihampiri Alvin. Dia sendiri juga tidak nyaman karena tatapan orang-orang disekitarnya sudah terpusat kearah mereka. Ya, mungkin Alvin bukanlah anggota Radevilion, tapi jika ada bibit-bibit cabai unggul—sudah punya pacar tapi mengincar yang lain—maka murid SMA Nusa Bangsa—khususnya perempuan—akan menaruh perhatian besar pada hal itu.

  Tatapan Alvin yang tadinya terpusat kepada Kava menjadi terpusat kearah Risa. "Lo yang dulu suka bantu Kava kerjain tugas OSIS, kan? Kenapa lo gak ikut OSIS aja?"

  "Hm.., karena aku gak mau jadi babu—argh!" ringis Risa karena Kava menginjak kakinya.

  "Oke, Kak. Pulang sekolah aku ke ruang OSIS. Ayo Ris!"

  "Kenapa lo nginjek kaki gue?" tanya Risa galak.

  "Lagian lo ngomong macem-macem. Diem aja udah," gerutu Kava.

  "Belain aja terus tuh ketos. Dia modus terus sama lo, tau. Kalau Kak Marvel tahu, abis lo!"

  Kava yang mendengarnya mendengus pelan, tapi dalam hati menyetujui perkataan Risa. Hanya saja, mereka baru saja berbaikan dan Kava tidak ingin hubungan mereka merenggang lagi karena ketosnya itu.

  "Lo tahu kan kalau Kak Alvin itu dari dulu selalu deketin lo?" tanya Risa sesampainya mereka di kelas.

  "Gue tahu," jawab Kava sambil menarik kursinya dan duduk disana.

"Terus kenapa lo tetep aja mau di deketin dia? Tuh orang gak bakal masuk ke kehidupan lo kalau lo gak ngasih jalan," omel Risa, tidak suka dengan sifat Kava yang masih mau di dekati Alvin walaupun sudah mempunyai Marvel.

"Yang penting itu perasaan gue, Ris. Sedeket apapun gue sama Kak Alvin, kalau gue gak suka sama dia, itu gak akan jadi masalah," ujar Kava dengan senyuman manisnya. Tangannya mengambil buku paket Bahasa Indonesia dan menaruhnya di meja.

"Tapi—"

"Selamat siang, anak-anak!"

Risa merengut karena Bu Sonya—guru Bahasa Indonesia mereka—datang untuk kembali mengajar. Padahal, ia hanya ingin menasehati Kava karena ia tidak suka dengan pemikiran sahabatnya itu. Perasaan seseorang itu bisa berubah. Kita tidak punya andil dalam hal itu dan hanya bisa memberi rasa cinta kepada seseorang yang kita cintai nanti.

☘️☘️☘️

  BEL pulang sekolah berbunyi. Tanpa sopan santun, seluruh murid laki-laki kelas 10 IPS 2 bersorak dan berlari meninggalkan kelas. Beberapa dari mereka kabur dari jadwal piket sehingga mengundang teriakan dari murid perempuan. Untungnya, hari ini Kava tidak piket sehingga bisa bebas keluar kelas terlebih dahulu dan memberi tahu Marvel bahwa ia akan mengikuti rapat OSIS.

MarvelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang