Part 20 - Marvellio

371 44 7
                                    

 


——————









  SEUMUR hidup seorang Marvelllio Alpheratz Bagaskara, ada empat hal besar yang dilakukannya. Yang pertama adalah menjadikan Kava sebagai kekasihnya dan yang kedua adalah membohongi gadis itu selama 1 tahun lamanya.

  Mungkin alasan Marvel memaksa Kava untuk menjadi kekasihnya terdengar bodoh, hanya karena cinta pandangan pertama. Tapi jika bukan karena si bodoh Alvin yang terang-terangan mendekati Kava, sudah pasti Marvel juga mendekati gadis itu pelan-pelan.

  Hal besar ketiga yang dilakukannya terjadi beberapa bulan lalu, ketika pertempuran besar yang terjadi antara dirinya, dan Ketua Radevilion melawan Galsentra. Saat itu, ia masih kelas 10 SMA dan bersiap untuk menjemput Kava dari tempat bimbel. Untungnya, letak sekolahnya dengan tempat bimbingan belajar gadis itu tidak terlalu jauh.

***

FLASHBACK

  Beberapa bulan yang lalu...

  "Woi, sialan lo!"

  Marvel yang sedang serius mengendarai motornya langsung menoleh dan mengerutkan keningnya ketika mendengar suara murid yang berseragam sama dengannya sedang dipukuli banyak orang. Laki-laki itu memang berusaha membalas, tapi perkelahian tidak seimbang itu tentu saja akan sulit dimenangkan. Dengan terpaksa, Marvel menghentikan motornya dan mulai membantu teman satu sekolahnya itu dalam melawan musuhnya.

  "Anjir, anak mana lo?" tanya salah satu lawannya.

  "Kayaknya satu sekolah, Bos. Seragamnya sama."

  Entah bodoh atau memang sengaja, musuhnya ini malah mengobrol dan lengah, bukannya fokus dalam menghajar mereka berdua. Alhasil, dalam sekejap mereka berdua dapat mengalahkan empat orang sekaligus. Tak lama kemudian, beberapa motor datang kearah mereka dengan cahaya merah berkedip-kedip di gelang mereka dan bodohnya, mereka hanya diam mengamati Marvel yang sibuk memberikan serangan.

  Sama seperti teman satu sekolahnya yang hanya melirik sekilas orang-orang yang datang, Marvel juga hanya melirik sekilas dan kembali fokus kepada musuhnya. Beberapa menit kemudian, mereka berhasil mengalahkan 15 orang yang menyerang laki-laki itu.

  "Lo, kelas berapa?" tanya teman satu sekolahnya itu dengan napas terengah-engah.

  "Kelas sepuluh," jawab Marvel sambil mengusap punggung tangannya yang terkena darah dari musuhnya. Pipi kanannya juga sedikit lebam, mungkin karena sedikit lengah tadi.

  "Lo ikut gue sekarang," ucap laki-laki itu.

  Marvel menaikkan sebelah alisnya, mengingat Kava yang belum ia jemput. "Tapi—"

  "Lo harus ikut. Semuanya, balik ke markas!" perintahnya.

  Mereka semua mengangguk patuh, lalu menaiki motornya dan pergi beriringan meninggalkan jalanan sepi itu. Dengan terpaksa, Marvel ikut menaiki motornya dan mengikuti motor-motor di depannya. Dalam hati, ia berharap agar Kava tidak marah kepadanya karena tidak dijemput hari ini.

  "Inget pake otak lo, ini markas Radevilion."

  Marvel mendongak. Ternyata orang yang ia tolong itu terlibat dengan Radevilion. Cowok itu menghela napasnya. Jangan bilang kalau sekarang ia menolong orang yang salah?

  "Kenalin, gue Arsen dan gue Ketua Radevilion yang sekarang," ucap Arsen sambil mengulurkan tangannya.

  "Marvel," balasnya singkat sambil menyambut uluran tangan kakak kelasnya itu.

MarvelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang