Part 7 - Hukuman

436 53 1
                                    









  SEPERTI biasa, Kava memulai harinya dengan senyuman. Hari ini adalah pelaksanaan serah terima jabatan OSIS/MPK. Oleh karena itu, Kava sangat bersemangat untuk bersekolah. Setelah siap dengan penampilannya, gadis itu berjalan ke lantai bawah. Disana, sudah ada Dina dan Kaveross Zevano Tahardja—adiknya yang berusia 10 tahun.

"Tata mau berangkat?" tanya Eros sambil melahap makanannya. Dulu ketika Kava memanggilnya Kave, adiknya itu marah karena nama Kave itu mirip dengan 'cafe'.

"Kakak, Eros, bukan Tata," tegur Dina.

Kava mendengus geli, lalu mengecup pipi Eros yang masih bulat walaupun sudah berusia 10 tahun. Oh iya, alasan Eros memanggilnya 'Tata' itu karena dulu belum bisa melafalkan kata 'Kakak' dengan benar. Tapi walaupun sekarang sudah bisa, adiknya itu masih saja memanggilnya 'Tata'.

"Dadah, Eros!" ucap Kava sambil melambaikan tangannya, lalu berjalan keluar dari rumahnya dan menaiki mobil Marvel yang sudah siap di depan rumahnya. "Bawa mobil lagi?" tanyanya yang diangguki cowok itu.

  "Iya, lagi males bawa motor. Soalnya berat ada kamu," jawab Marvel dengan kekehan gelinya.

  "Kamu kali berat, tuh perut isinya rendang berapa piring?"

  "Banyak nih, kenyang kemarin sampe gak bisa jalan."

  "Enak banget sih, kondangan. Aku udah gak pernah kondangan lagi," keluh Kava.

  "Gak usah kondangan kamu mah. Tipe orang kayak kamu pasti naruh duit ceban di amplop, terus bawa sekampung masuk ke kondangan buat makan makan," ledek Marvel.

  "Sumpah nyebelin banget!" seru Kava sebal. Tapi tetap saja, gadis itu tidak akan benar-benar bisa marah kepada Marvel.

  "Bawa makan gak? Laper."

  Kava mendengus pelan, tapi menyuapkan roti bakar coklat kacang untuk kekasihnya itu.

  "Tumben kamu pakai hoodie. Dingin?" tanya Kava sambil ikut melahap rotinya.

  Langit yang cerah dengan sinar matahari pagi tentunya membuat Kava bertanya-tanya mengapa cowok itu menggunakan hoodie pada cuaca sepanas ini. Tapi sebelum menjawab pertanyaan Kava, kekasihnya itu mengunyah rotinya pelan-pelan, seakan sedang berpikir.

  "Males pake seragam," jawab Marvel akhirnya, tapi dengan seringai nakal.

  "Bagus, gak usah sekolah aja sekalian," puji Kava sarkastik.

  "Selagi gue gak bego."

  "Idih, berani ngomong lo-gue. Mau gue libas lo?" tanya Kava galak.

  "Mau, tapi pake cinta."

  Tidak dapat ditutupi, pipi Kava memerah ketika mendengar ucapan dari Marvel. Sepertinya jika hal ini terus dibiarkan, ia bisa berubah menjadi budak cinta secepatnya.

  Sesampainya di sekolah, Kava dan Marvel turun dari mobil dan berjalan beriringan menyusuri koridor. Seperti biasa, jika sedang berada di hadapan publik, ekspresi wajah cowok itu berbeda jika hanya berdua dengannya. Tapi setidaknya, Kava bersyukur karena Marvel memiliki sesuatu yang hanya akan diperlihatkan kepadanya dan hanya dirinya yang bisa melihat hal itu, yaitu sifat cowok itu yang hangat dan jahil.

  Oke, jiwa posesif Kava mulai bergejolak sekarang.

☘️☘️☘️

"HADEH, capek deh gue punya sahabat OSIS lagi," gerutu Risa sambil menatap Kava yang sudah mengenakan almet OSIS kebanggaannya.

Serah terima jabatan OSIS hari ini memang berjalan dengan lancar. Bahkan Marvel baris paling depan hanya untuk melihatnya mengucapkan sumpah. Karena mengingatnya, sekarang gadis itu jadi senyum-senyum sendiri.

MarvelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang