Part 18 - Nasi Ketan

237 33 0
                                    





☘️☘️☘️

  SEBENARNYA, tidak ada salahnya jika waktu anggota OSIS menjadi berkurang ketika ingin mempersiapkan sebuah acara besar. Hal itu bukanlah sebuah resiko, melainkan tanggung jawab bagi mereka yang karena bersedia masuk ke dalam OSIS.

"Jadi, kamu ada perlu apa?" 

Kava mendongak, menatap wajah Alvin yang tampan seperti biasa. Cowok itu memang tampan dan menjadi ketos favorit di sekolahnya. Tapi sayangnya, Kava tidak pernah menaruh hatinya pada Alvin karena sifatnya yang terlalu membanggakan pencapaian tingginya sehingga merendahkan pencapaian kecil orang lain.

"Aku cuma mau tanya pembagian jobdesk aku dan Kak Selly," ujar Kava. Tapi sebelum Alvin menjawab, gadis itu buru-buru melanjutkan. "Aku tahu, pembagian jobdesk itu harusnya aku diskusiin bareng Kak Selly, bukan Kakak. Tapi aku cuma takut Kak Selly marah."

  Kava tahu, harusnya ia membicarakan hal ini dengan Dafka selalu Ketua Pelaksana pensi dan Ketua Divisi-nya di OSIS. Tapi sayangnya, cowok itu entah berada dimana sekarang. Kata kakak kelasnya, Ketua Pelaksana acara pensi itu tidak masuk karena sakit.

"Kenapa? Kamu merasa pembagian jobdesk kalian gak adil?" tanya Alvin dengan alis terangkat satu.

  "Iya. Mungkin di awal-awal aku ngerti dan bisa ngejalaninnya. Tapi akhir-akhir ini aku mulai ngerasa capek, Kak. Aku jadi susah buat seimbangin waktu buat fokus ke sekolah dan waktu buat fokus ke OSIS," jelas Kava jujur.

  Mungkin Alvin termasuk orang yang sombong, mungkin Alvin sakit hati sudah di tolak oleh Kava. Tapi di dalam dirinya, sudah tertanam jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab yang besar sehingga mengerti apa yang dirasakan oleh anggotanya itu.

  "Oke, aku akan berusaha bilang ke Selly. Semoga gak ada unsur dendam pribadi disini," ujar Alvin, membuat Kava mengerutkan keningnya tidak mengerti. Dendam pribadi? Memang hal jahat apa yang dilakukannya pada Selly sehingga kakak kelasnya itu menaruh dendam kepadanya?

  "Makasih, Kak." Hanya itu yang dapat ia katakan pada Alvin.

  Setelah berbasa-basi lebih lanjut dengan Ketua OSIS-nya itu, Kava berjalan kembali ke kelas. Saat ini memang sedang berlangsung jam istirahat dan Kava sengaja tidak makan karena setelah ini mereka akan membuat onigiri atau sushi untuk nilai tugas pelajaran Bahasa Jepang.

"Rendy, nasi nya udah di anter?" tanya Kava pada Rendy—teman satu kelompoknya.

Untuk tugas kali ini, Kava satu kelompok dengan Rendy, Bagas—salah satu anak nakal di kelasnya sekaligus anggota Radevilion, dan Sarah—perempuan paling malas di kelasnya dan berencana ingin pindah sekolah karena malas belajar.

"Oke, tunggu Sensei dateng baru kita mulai bikin," ujar Kava semangat. Rasa onigiri yang lezat buatan mereka nanti sudah terbayang dipikirannya.

Karena jam pelajaran Bahasa Jepang jatuh pada pukul satu siang, nasi putih untuk onigiri mereka harus di antar ketika jam istirahat kedua. Sedangkan Kava yang bertugas untuk membawa isian dan sarung tangan plastik sudah siap sejak pagi tadi. Isian untuk onigiri ini simpel, hanya dada ayam rebus yang di potong kecil-kecil di campur dengan mayonaise pedas.

"Konichiwa minna-san..," sapa Sensei Hana—guru Bahasa Jepang di kelasnya.

"Konichiwa Sensei..." koor seluruh murid kelas 10 IPS 2.

"Jadi, seperti yang sudah dijadwalkan dari minggu kemarin, hari ini kita akan membuat onigiri atau sushi. Ayo, langsung saja di susun mejanya dan buat makanan kalian," ujar Sensei Hana sebelum bertepuk tangan agar seluruh muridnya bekerja dengan cepat.

Mungkin banyak yang bertanya mengapa Sensei Hana tidak menggunakan Bahasa Jepang di kelas. Selain karena mereka baru beberapa bulan belajar Bahasa Jepang, beberapa murid laki-laki secara terang-terangan mencibir wanita itu ketika menjelaskan materi dengan Bahasa Jepang. Benar-benar perbuatan yang tidak patut di contoh.

Tidak seperti Rendy, Bagas, dan Sarah yang menghampirinya dengan malas, Kava menaruh kotak bekal kecil berisi isi onigiri dan sarung tangan plastik yang ia bawa dengan semangat.

"Rendy, mana nasinya?" tanya Kava sambil menata nori dari Bagas di atas meja.

"Nih!" Dengan percaya diri, Rendy menaruh kotak makan besar berisi nasi untuk onigiri mereka yang ia baru datang tadi siang di atas meja.

  Kava tersenyum manis seperti biasa, lalu membuka kotak makan itu dan mengerutkan keningnya. Isi dari kotak makan itu memang nasi, tapi kok mirip nasi ketan ya...

  "Rendy! Jangan bilang lo masak beras ketannya doang?" tanya Kava panik.

  "Bukan gue yang masak," jawab Randy karena tidak ingin disalahkan.

  "Yah udah deh," celetuk Bagas dengan nada pasrah, sengaja ingin mengompori mereka.

  "Kan gue udah bilang tadi malem. Harusnya kayak masak nasi biasa, tapi tambahin beras ketas seperempatnya aja," omel Kava.

  "Bikin seadanya aja deh," ucap Sarah, sudah malas dan ingin pulang ke rumah secepatnya. Padahal setelah ini masih ada pelajaran Sosiologi.

  "Ya udah," sahut Kava pasrah.

  Sarung tangan sudah terpasang dengan sempurna di kedua tangan Kava. Setelah menaruh 'nasi ketan' itu di baskom, mereka menaburkan bubuk nori yang di bawa Sarah dan mengaduknya.

  "Parah sih ini mah," ujar Bagas yang sejak tadi mengamati teman satu kelompoknya. Sepertinya cowok itu memilih untuk gaji buta alias hanya menumpang nama.

  Dengan tidak tahu diri, Rendy mengambil sedikit nasi ketan dan satu lembar nori, lalu menggulungnya. Tak lupa ia menaruh isi onigiri buatan Kava.

  "Enak gak?" tanya Kava, tidak marah sama sekali.

  "Mantap," puji Rendy sambil mengacungkan jempolnya.

  Karena waktu pelajaran Bahasa Jepang masih banyak, mereka jadi mengikuti Rendy yang membuat sushi asal-asalan tapi dengan rasa yang lezat.

  "Bukan sulap, bukan sihir!" seru Bagas pada teman sekelas mereka. Tangannya membalikkan baskom yang berisi nasi ketan mereka. Mungkin karena nasi ketan itu lengket sehingga ketika di balik tidak jatuh.

  "Anjir!" umpat Risa tertawa ngakak.

  Kava yang melihat tawa bahagia sahabatnya itu langsung merengut. Jujur saja ia iri ketika melihat sushi milik kelompok Risa yang terlihat menggiurkan, apalagi jika di tambah dengan kecap asin.

  "Kenapa?" tanya Sensei Hana.

  "Ini Sensei, Rendy malah bawa nasi ketan," adu Kava dengan nada sedikit merengek.

  Bahkan Sensei Hana juga menjadi bingung harus bersikap seperti apa. Mereka sudah jelas gagal dalam membuat onigiri maupun sushi untuk hari ini.

  "Ya udah lah, Sensei. Begini juga enak," ucap Rendy sambil melahap sushi jadi-jadian yang ia buat itu tanpa rasa bersalah.

  "Rendy!!!"

☘️☘️☘️

TBC

MarvelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang