Chapter 2

2.2K 70 4
                                    

Besoknya, Dira berjalan santai menelusuri koridor kampus. Rambutnya di ikat keatas, bajunya sedikit longgar, celananya ketat, dengan wedges yang tinggi. Membuat dia sendiri tambah tinggi. Semua mata tertuju padanya, setiap pria yang menggodanya, Dira tak sungkan untuk menggodanya balik. Hanya untuk main-main. Begitulah Dira. Banyak gadis-gadis yang iri kepadanya, banyak juga yang mem bully nya. Namun apa? Santai woy, gue gak rugi situ iri! Perkataan yang sering terlontar dari mulut gadis cantik nan Bad Girl itu.

"Dir, bener ya lo pacaran sama Daffa?" tanya seorang pemuda seangkatannya. Leo. Dira membalas senyum pertanyaan Leo.

"Coba tanya Daffa dong." jawab Dira terus berjalan menuju kelasnya. "Oh iya, tugas gue udah lo bikinin belum?" tanya Dira baik-baik. 

Leo segera mengangguk dan mengeluarkan makalah yang ia buat untuk Dira. "Thanks, lo baik banget ya Leo." kata Dira memberikan senyum manis kepada pemuda itu. Ia lalu berjalan menjauh dari Leo.

"Widih, ini Dira!" ucap pemuda manis yang mendadak muncul entah dari mana. Membuat Adira terkejut. "Woy, elo jangan bikin gue kaget kenapa sih!" bentak Dira marah.

Dia, Bryan Pratama. Pemuda manis teman si manis Daffa . Ia melirik Dira dari atas sampai bawah, ke atas lagi, ke bawah lagi. Begitu seterusnya.

"Ehm, kenalin neng, gue Bryan, temen deket Daffa. Beneran ya pacar Daffa si eneng?" kata Bryan mengedipkan sebelah matanya. Dira membalas senyum tipis kali ini. 

"Tanya sama orangnya lah." balas Dira sekenanya.

Tiba-tiba orang yang di maksud muncul dari arah yang berlawanan. Dira sumringah melihat pemuda itu muncul, melihat Dira, sebenarnya ingin rasanya Daffa segera pergi, namun apa daya, kini tangannya sudah di rangkul Dira. Membuat Daffa tak bisa berkutik. Pemuda bernama Bryan itu heboh sendiri melihat kejadian itu.

"Jadi bener ya, pacar lo Daf? Alah, ngapain di tutupin sih..." goda Bryan lagi. "Cantik tau!"

Daffa membolakan matanya kepada Bryan. Semua yang berada di sekitar koridor melihatnya sambil terus berbisik. Sudahlah kalau begini. Dasar Dira gila!! dumel Daffa dalam hatinya.

*****

To: Elena

Woy, lo dimana? Eh, kemana aja sih, gak ada kabarnya lo?

Dira mengirim pesan singkat pada Elena. Ia menunggu balasan dari sahabatnya itu, pasalnya, sudah seharian tidak ada kabar dari sahabatnya itu. Dan, seharian pula lah, Dira mengikuti kegiatan Daffa. Setelah selesai kuliah. Ternyata Daffa mempunyai banyak hal positif untuk di kerjakan. Pertama, main basket, lalu dia juga latihan dance di salah satu sanggar. Kali ini, Dira mengikuti Daffa sampai ia makan malam.

"Daf, suapin gue dong?" rengek Dira pada Daffa yang akan melahap makanannya. Daffa melirik sinis Dira. "Makan aja sendiri, siapa yang nyuruh lo ikut? Gak ada." 

Dira cemberut mendengar perkataan Daffa. "Lo kan milik gue." jawab Dira seenak hatinya. "Terserah gue dong, mau ikutin lo apa enggak." 

Daffa tak jadi memakan makanannya mendengar perkataan Dira. "Gimana gue mau jadi milik lo kalau sikap lo kayak gini?" Daffa menggelengkan kepalanya.

"Ngomong gak ada aturan, keluyuran tiap malem, senyum sama sembarangan cowok, bajunya ketat, nilainya anjlok." komentar Daffa. "Gak matching sama gue." ucap Daffa polos.

Dira tampak terpelongo mendengar penuturan Daffa. Ia segera mengambil rokok miliknya lalu menghisapnya. Daffa tambah terkejut dengan apa yang di lakukan Dira.

"Tuh, suka ngerokok." kata Daffa melanjuti.

Dira menatap Daffa dengan tatapan santai, "Say, kenapa lo mikirin semua hal kayak gitu. Emang penghalang banget ya, sifat gue buat lo?" tanya Dira.

MINE!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang