Di kampus, semua sedang memperbincangkan Daffa dengan Dira (lagi). Kali ini berbeda, banyak kaum hawa yang menatapnya dengan tatapan sinis. Tak seperti biasanya. Selalu mengejarnya. Daffa menghela nafas panjang sekarang, mencoba bersabar. Tiba-tiba Iqbal datang dari arah belakangnya.
"Wes, Daffa Kayana. Ada apa dengan tadi malam? Itu tweet Dira beneran ya?" tanya Iqbal penasaran. Tak berapa lama, muncul lah Bryan.
"Hey!! Ternyata di balik sikap lo, gini ya ternyata?" Ucap Bryan pada Daffa. Pemuda manis itu melotot ke arah Bryan yang juga manis (?)
"Apa sih?" bentak Daffa marah. "Gue gak ngapa-ngapain sama Dira!! Tuh anak iseng aja." alasan Daffa. Sungguh, Daffa adalah orang yang tak bisa memberikan alasan.
Iqbal mengerutkan dahi melihat Daffa. Di ikuti dengan Bryan yang menunjukan raut wajah tak percaya. "Bohong ya? Ya?" goda Bryan pada Daffa.
Lagi-lagi Daffa hanya bisa diam. Ia tak ingin banyak bicara saat ini. Tak ada satupun dari mereka berdua yang mendapat jawaban akurat dari Daffa.
*****
"Len, kemaren elo kemana sih?" tanya Dira pada Elena yang datang ke rumahnya. Rumah Dira. "Handphone elo kemaren gak aktif ya bos?"
Elena mendekat ke arah Dira yang sedang bermalas-malasan di depan Tv. "Ya sorry deh coy, kemaren gue nganterin nyokap keluar kota. Ini baru balik. Shit lah pokoknya, gak bisa minum, gak bisa ngerokok, baterai handphone gue juga low." keluh Elena duduk di sebelah Dira.
Dira tertawa. "Kasian ya, kesiksa pake banget pasti ya?" tanya Dira melirik Elena dengan tatapan 'iba'.
"Yee..." Elena menempeleng kepala Dira. "Seneng lo ya? Setan!"
Dira tertawa mendengar ucapan Elena. Ia mengambil rokok yang berada di dekat meja ruang tengah rumahnya. "Mau denger cerita terbaru gak lo?" kata Dira memberikan sebatang rokok pada Elena, gadis itu dengan senang hati mengambilnya.
"Apaan?" tanya Elena.
Dira tersenyum kepada Elena. "Lo mau tau kan? Traktir gue lagi ya?" jawab Dira menaik turunkan alisnya.
"Lo minta tratir gue mulu deh!!" dumel Elena menghembuskan asap rokok tepat di depan wajah Dira.
"Uhuk.. uhuk.. Sialan lo!!"
Elena tertawa puas melihat Dira menderita seperti itu. "Tuh, traktiran dari gue woo!!" ejek Elena.
*****
"Jadi, lo tadi malem tidur di sebelah Daffa?" kata Elena tak percaya dengan ucapan gadis itu. Dira mengangguk santai.
"Daffa itu polos." komentar Dira kemudian. "Itu yang bikin gue suka banget sama cowok itu."
Elena menyenggol bahu Dira. "Jadi, lo mau serius sama Daffa?" goda Elena.
Dira tertawa lebar. "Ya enggak lah Len, sejak kapan gue betah lama-lama sama cowok? Mungkin ini cuma rasa suka sesaat aja kali Len, gak lebih."
"Bangke banget omongan lo." cecar Elena. "Beneran tuh? Gak yakin deh gue sama lo."
"Woy setan! Mana pernah gue bohong sama lo!"
Elena mengangkat kedua alisnya ke atas. "Gini ya temen dari temennya setan." kata Elena pada Dira. "Sebenarnya tujuan lo deket sama Daffa itu apa coba? Kalau sama cowok-cowok lain kan jelas, buat morotin doang. Lah terus sama Daffa?!"
"Eng..."
Daffa Call
"Tuh, handphone lo bunyi di angkat!" goda Elena pada Dira. Gadis itu tampak kebingungan saat akan mengangkat panggilan itu. Ada apa Daffa? Kenapa dia menghubunginya? Tanpa buang-buang waktu lagi, Dira menjawab panggilan Daffa.
"Iya, apa?" sahut Dira singkat pada Daffa yang berada di seberang sana. Dira mewaspadai Elena yang siap-siap akan mengejeknya.
"Kemana kok gak muncul? Biasanya lo muncul terus tanpa gue izinin," ucap Daffa pada Dira. "Dan tumben juga gak nyebut gue pake bahasa-bahasa alien lo?"
Lo kangen sama gue bilang aja BEGOK! dumel Dira dalam hatinya. Ingin rasanya berbicara bebas pada Daffa, Pemuda yang bersamanya beberapa waktu lalu. Tanpa memberikan jawaban, Dira segera menutup panggilan.
"Loh, kok dimatiin Dir? Alah, pake acara Jaim lo coy!!" ejek Elena pada Dira.
"Diem deh lo!!" Maki Dira pada Elena.
Elena diam. "Cielah... Pacarnya Daffa... hahay!" Lanjutnya.
"Udah deh, gue cuma suka kepolosan Daffa doang, udah." Dira masih membela diri.
Elena mengangguk tanda mengerti, ia mengambil sebatang rokok lagi untuk di konsumsinya kembali. "Oh iya Dir, gue mau ngomong sesuatu nih sama lo," ujar Elena yang mengeluarkan asap rokok dari mulutnya sekarang.
"Tapi, sebelumnya, gue mohon elo jangan marah ya." Elena memperingati Dira.
"Damn! Emang kapan gue marah sama lo bangke?" ujar Dira melirik Elena. "Ada apa sih? Kok kayaknya lo serius banget sama gue? Lo habis minum Vodcka berapa botol emang?"
"What the hell! Gue gak becanda tolol!" Elena kembali menempeleng kepala Dira.
"Ya udah, emang apa?" kata Dira merangkul bahu Elena.
Elena menunduk. "Nyokap gue pengen gue pindah ke luar negri." kata Elena pelan. "Gue disuruh ngelanjutin kuliah disana, itu berarti gue gak bisa sama-sama lagi sama lo."
"Sebenarnya gue gak mau Dir, cuma gimana lagi, gue gak mungkin ngelak dari perkataan Nyokap gue."
"Lo, gak marah kan Dir, kalau gue pergi?"
Sebenarnya bukan marah yang ada di hatinya saat ini. Tapi, sedih. "Setan, kata yang tepat saat ini tuh harusnya sedih oon!" jawab Dira melirik Elena saat ini.
Elena memegang bahu Dira. "Gue seneng banget bisa punya temen kayak lo Dir," tuturnya jujur. "Bad Girl, goodbye!"
Dira memukul pundak Elena pelan. "Jangan ngomong gitu lo, kita masih bisa ketemu begok!"
*****
Pukul 02:00 Pagi, Dira masuk ke kamar Daffa dengan keadaan mabuk. Daffa tersentak saat ada suara berisik pagi-pagi buta begini. Ternyata Dira. Daffa melotot melihat gadis itu yang sepertinya baru pulang dari Bar. Dira tidur di sebelah Daffa. "Eng.. Say, gue tidur disini boleh kan? Sorry ya gue tadi gak ngasih kabar sama lo. hehe, lagian penting amat yak sama lo? Enggak penting juga kan?" kata Dira yang mabuk.
Dira membalikan tubuhnya tepat menghadap Daffa. Ia memukul pundak Daffa berulang kali. "Eh, bego.. gue lagi sedih! Lo peluk gue kenapa sih? Gak bisa apa say? Sayang? Haha." ujar Litha ngelantur.
"Tadi gue sama Elena habis minum yang banyaaak banget say! Soalnya temen gue itu mau pergi.. pergi jauh. Ninggalin gue .." cerita Dira yang mabuk.
Daffa masih melongo mendengar perkataan Dira. Daffa bisa merasakan, Dira sekarang dalam keadaan sedih, pasalnya, Elena. Teman terdekatnya.
"Terus gue sama siapa dong besok say? Gue kesepian deh, gak ada temen." kata Dira lagi. Dia memeluk erat tubuh Daffa sekarang. Pemuda itu tak berusaha melepas pelukan Dira.
Ada air mata membasahi baju Daffa saat ini. "Gue sedih sayang hiks..." tangis Dira dalam pelukan Daffa. "Janji ya, jangan tinggalin gue?" Dira mempererat pelukannya.
Daffa tak menjawab perkataan Dira. Ia hanya terpaku dengan perkataan Dira barusan. "Ternyata Dira bisa nangis juga ya?" gumam Daffa dalam hatinya.
BERSAMBUNG..
Percaya gak percaya temenan kayak Dira sama Elena gitu seru banget looh..🤔
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE!!
Teen FictionKisah seorang gadis yang sangat terobsesi dengan pemuda polos bernama Daffa Kayana Satria, apapun akan dilakukan gadis itu demi mendapatkan perhatian Daffa. " Gue lg mikir nih, gimana cara dapetin Daffa!" ujar Adira bersemangat. "Gak pernah lirik gu...