Kania menatap kesal Dira yang masih menikmati rokoknya siang ini. Gadis ini masih sempat merokok di tengah perjalanan menuju kampus. "Itu yang berubah? Berubah lo power ranger banget ya. Bentar doang, misi selesai, topengnya di buka lagi deh." kata Kania pada Dira.
Dira tersenyum. Dia menunjukan ekspresi tanpa beban. "Kalau gue power ranger, santai dong Kan, hehe." jawab Dira membuang puntung rokoknya. "Liat aja lah, gue gimananya. Biarin aja." lanjut Dira seperti tak peduli dengan dirinya sendiri, dan untuk sekian kalinya, dia mengingkari apa yang tadi malam dia renungkan. Beginilah sifat manusia. Berubah tanpa niat sungguh sangat susah.
Kania diam dengan balasan Dira sekarang. "Ya, setidaknya coba jadi orang baik-baik kek. Enggak ngerokok begini. Enggak minum-minum. Udah cukup tuh."
Dira menggelengkan kepalanya juga menutup kedua kupingnya. "Udahlah, enggak usah mikirin gue."
*****
Kania bertemu dengan Iqbal tepat di depan mading kampus. Bersama Dira yang acuh tak acuh melihat Iqbal sekarang. Dia dari tadi sibuk membalas sapaan dari cowok-cowok yang lewat. Iqbal menatap Kania dari atas sampai bawah. Baru hari ini Iqbal melihat Kania. Sebelumnya, dia memang dekat dengan Iqbal. Satu-satu nya cowok di kampus yang mendekati dia sebelum Kania berubah memperlihatkan jati dirinya.
"Kan, gue duluan ya. Ini kebelet." Ucap Dira di depan Iqbal. Gadis ini mengulur senyum tipis melihat pemuda itu. "Titip mbak cupu gue ya." kata Dira pada Iqbal sebelum dia benar-benar terbirit-birit lari. Iqbal menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan Dira yang seperti itu. Mata Iqbal kemudian melirik gadis yang berada di depannya sekarang.
"Sejak kapan lo deket sama Dira?" tanya Iqbal sengit. Dia melipat kedua tangannya di dada. "Penampilan lo berubah." komentar Iqbal.
Kania melihat Iqbal dengan tatapan tanya sekarang. "Sejak kapan lo jadi peduli banget Bal?" kata Kania kemudian tertawa. "Santai aja dong."
"Ya, gue sebagai teman yang baik enggak mau dong, liat elo ikut-ikutan Dira." ujar Iqbal. "Udah deh, jauhin aja Dira. Lo bakalan ikut sesat juga kalau sama Dira. Daffa aja ya, gue suruh jauhin Dira tuh, akhir-akhir ini tuh cewek nempel mulu sama dia." balas Iqbal dengan wajah datar.
Kania memasang wajah seriusnya sekarang. "Lo enggak boleh nilai orang kayak gitu aja dong." kata Kania tak terima Dira di katakan seperti itu. "Terus apa urusan elo buat Daffa jauhin Dira? Atas dasar teman yang baik? Kalau kayak gini elo mah jahat."
"Buktinya apa? Ini lihat, gaya lo sekarang berubah jauh dari beberapa hari lalu gue ketemu sama lo. Ya, alasan lainnya karena Daffa sekarang udah sama Rans juga."
Kania tersenyum mendengar perkataan Iqbal sekarang. "Ini jati diri gue Bal. Kalaupun gue enggak deket sama Dira, gue lambat atau cepat juga akan berubah."
"Dira bukan seperti yang lo kira. Lo masih mau temenan sama gue kan, walaupun dan apapun yang terjadi saat ini? Jangan lihat orang dari kulitnya doang dong. Deketin dulu, sebelumnya." ujar Kania mengakhiri.
"Gue duluan ya. Lain waktu kita ketemu lagi." pamit Kania lagi. Iqbal menahan tangan Kania sekarang. "Kapan Kan?"
Kania tersenyum. "Kapan lo mau. Kapan lo butuh. Dan kapan lo kangen." tawa Kania meledak sekarang. Fall in Love? Maybe.
*****
Dira keluar dari kamar kecil dengan perasaan lega. Di depannya sekarang, sudah berdiri seorang pemuda yang sangat dia kenal. Dira merasa heran dengan orang yang berada di depannya sekarang. Dia, benar-benar melihat Dira dengan sinisnya.
"Kenapa lo? Ada apa? Gue punya salah sampai elo nungguin gue di depan wc cewek begini?" tanya Dira tak bertele tele.
Pemuda itu berjalan selangkah kedepan Dira. "Gue heran aja sama lo." jawab pemuda itu. "Gue heran sama pola tingkah lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE!!
Teen FictionKisah seorang gadis yang sangat terobsesi dengan pemuda polos bernama Daffa Kayana Satria, apapun akan dilakukan gadis itu demi mendapatkan perhatian Daffa. " Gue lg mikir nih, gimana cara dapetin Daffa!" ujar Adira bersemangat. "Gak pernah lirik gu...