Chapter 21

1.1K 46 3
                                    

Sudah dua hari Dira di Garut. Hari ini, tepat dimana Kinan, adiknya menerima raport. Itu artinya, liburan. Untuk itulah Kinan meminta Mama-nya menghubungi Kakaknya agar menjemput dan menunggunya sampai hari dimana dia menerima raport semester I.

"Ki, cepetan dong, bawa koper lo ke dalam mobil. Masih lama? Halah.. udah gak usah liat raport itu lagi. Issh!" sebal Dira mengambil paksa Buku raport yang dari tadi Kinan liat terus menerus.

Mama Dira muncul dari arah dapur rumah. "Eh, Kakak, Adek.. makan dulu. Katanya mau berangkat, ayo makan siang dulu." ajaknya pada kedua anaknya itu.

Mereka mengangguk. Kinan merungut sebal melihat pola tingkah kakaknya. "Iri aja lo, iri aja liat gue."

Dira menggelengkan kepalanya. "Bukan gue iri, kalau elo lama, entar nyampe nya juga lama. Nyanya udah nunggu tau!" 

"Iya.. iya.. terserah lo deh." runtuk Kinan kemudian. "Tapi, temenin gue jalan-jalan ya disana kak?" bujuk Kinan manis. Dia memeluk kakaknya dari samping. Memohon dengan nada yang menggelikan menurut Dira.

"Gak usah ngebujuk gue deh.." sahut Dira menahan tawanya.

*****

Kini, Dira duduk di sebelah adiknya. Menikmati makan siang kali ini, dengan Papa dan Mama nya. "Jadi, Kinan cerita mau ikut Kakak? Dapet ranking enggak dek?" tanya Papa Dira kepada anak bungsunya.
 
"Iya pa, Kinan mau ikut Kak Dira, liburan disana Pa. Kinan dapet ranking kok pa, emang kayak kak Dira. IPK-nya anjlok mulu." sindir Kinan membuat Dira mati kutu.

Papa Dira menghela nafas panjang. "Kak, masa papa harus bilang kamu harusnya mencontoh adik kamu sih Kak? Papa minta sama Dira, belajar yang rajin ya nak.. Papa kan udah ngasih kamu fasilitas yang lebih Nak, kamu belajarnya yang rajin.." nasehat Papa.

"Papa denger, nilai IPK kamu rendah lagi kayak semester sebelumnya? Apa itu benar Dir?" tanya Papa baik-baik. Mama juga memandang anaknya penuh harapan. Dira menunduk, menciut.

"Iya Pa." jawab Dira pelan.

"Papa enggak mau denger ya, nilai IPK kamu besok rendah lagi, gimanapun caranya. Papa enggak mau tau. Kamu ngerti Kak?"

Dira mengangguk pelan. Kinan jadi nyesal, nyindir Dira tadi. "Gak bosen Mama bilang sama kamu Dir, kamu jangan sampai terlibat sama hal-hal yang aneh pokoknya. Mama, pokoknya juga gak mau denger ada kejadian buruk sama kamu." Sambung Mama.

Dira mengambil nafasnya sejenak. Mencoba menatap kedua orang tuanya dengan senyum se adanya. "Iya Ma, Pa. Dira bakal jadi apa yang Papa sama Mama pengen kok Pa, Ma.."

*****

Sedangkan di tempat lain, Daffa sibuk dengan Nyanya yang mau di anter jemput Om Daffa. Maunya sama Om Daffa dan apa apa Om Daffa._. Jadilah, ketika Daffa selesai dari urusannya di kampus, Daffa segera menjemput Nyanya. Kemudian mengantarkannya Les. Padahal, baru sehari kemarin, lalu sekarang. Dan, anehnya.. Nyanya tidak mau diantarkan Abbas.

"Om Daffa. Habis ini mau kemana Om?" tanya Nyanya saat dia sudah berada di samping Daffa yang sedang menyetir. Hari ini, dia akan bertemu dengan Rana. Dan, rencananya... Nyanya akan dititip dengan Bude Yana atau tidak Abbas.

"Om ada urusan bentar Nya, kalau Nyanya sama Bude dulu, Nyanya mau?" bujuk Daffa pada anak kecil itu. "Mau ya?"

Dengan cepat saja Nyanya menggelengkan kepalanya. "Nyanya gak mau Om! Nyanya mau ikut sama Om.." rengeknya kemudian.

Daffa menghela nafas panjang. "Om mau ketemu pacar Om." jawab Daffa jujur. "Katanya, Nyanya gak suka sama Pacar Om?"

Nyanya manyun. "Ya udah Om. Anterin Nyanya ke rumah Mami aja."

MINE!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang