Chapter 18

1.1K 52 5
                                    


Daffa mendekati kedua teman-nya yang sedari tadi tidak mengacuhkannya sedikitpun. Yap, sepertinya Bryan dan Iqbal berusaha menjauhi Daffa yang mendadak keras kepala dan tambah di begoin Rana. Dan, Daffa... merasa sangat bersalah karena sudah membentak kedua temannya itu kemarin. Oh Daffa! Polosnya kamu -_- (Cool sedikit kenapa sih!.
 
"Bal, Bry. Maafin gue bisa kan, soal yang kemaren?" ungkap Daffa. Dia menatap dua orang yang tak mengacuhkannya itu. Iqbal dan Bryan nyatanya acuh tak acuh. Membuat Daffa semakin terpuruk saja rasa bersalahnya.

Bryan dan Iqbal malah meninggalkan Daffa sendiri. Dari tempat dia duduk, Pemuda ini nyatanya hanya bisa menghela nafas panjang. Sebelum akhirnya Rana datang, duduk di sebelahnya.

"Ngelamun aja sayang? Kenapa?" kata Rana yang memeluk-nya dari samping. Daffa agaknya sedikit terhibur dengan kedatangan Rana. "Hahaha... siapa bilang? Enggak kok." sahutnya tersenyum manis.

Rana menatap lekat Daffa. Mendekatkan wajahnya pada Daffa. Pemuda itu lantas menoleh kesamping. Alhasil, yang tadinya Rana ingin mencium Daffa, gagal. Ini penolakan yang sempurna kan?

"Kamu kenapa?" bete Rana. Bayangkan, Rana benar-benar merasa di tolak mentah-mentah. "Enggak.. enggak.." sahut Daffa kemudian kembali menatap kekasihnya. "Ini, masih pagi."

Rana benar-benar tidak terima dengan omongan Daffa. "Kamu boong aja terus. Buktinya, waktu itu.. kamu juga kayak gini. Kenapa sih Daf? Apa yang salah? Aku ini pacar kamu!"

Daffa meraih tangan Rana. "Please, believe me. Karena ini bukan waktunya Rana." balas Daffa seadanya. "Aku.. aku.."

"Aku apa! Kamu kenapa sih?" marah Rana sekarang. "Kamu bener enggak nganggep aku ya Daf?"

Daffa kembali menggeleng. "Bukan begitu. Bukan," bantahnya.

"Why? I just want kiss your lips babe!" potong Rana segera. "Dan kamu selalu nolak aku. Selalu,"

"Itu karena kita baru pacaran enggak terlalu lama Rana." jujur Daffa. "Aku ngehargain kamu sebagai pacar aku. Udah, bisa ngerti kan? Ya sayang?" bujuknya.

Rana menghela nafas panjang. "Kamu bohong banget." Rana masih tak terima dengan ucapan Daffa.

*****

Dira bersama dengan Kania juga Abbas sekarang. Di rumahnya. Abbas kekeuh minta ikut Kania, yang hari ini pergi kerumah Dira. "Kan, tadi Iqbal sms gue," kata Dira bingung. Dia melirik Kania yang Bicara dengan Abbas.

"Bangke, lo berdua kerumah gue mau ngapain sih? Mau ngunjungin gue, atau mau pacaran di rumah gue hah?" bete Dira melirik Kania dan Abbas.

Pemuda itu tertawa. "Lah, ngomong apa Dir? Gue juga suka kok sama lo. Hahaha!" tawa Abbas. Dia tersenyum nakal pada Dira. Nyatanya, Dira benar-benar jijik di perlakukan seperti itu oleh Abbas. Jadi ngerasain jadi Daffa. Karma? Maybe ._.

"Ah, udah dong Dir, enggak usah malu begitu. Bersyukur dong, ada yang suka sama lo." goda Abbas lagi. Kania ikut bagian tertawa-nya saja mendengar penuturan Abbas.

"Idih, pede banget." Dira terkekeh geli. "Lagian, lo ngapain kesini? Katanya, mau ketemu Sepupu ke sini, kok malah kerumah cewek cantik? Modus!" ejek Dira.

"Cantik? Iya, Cantik.. Dir, tapi masih cantik Kania, oke?" balas Abbas mengejek. "Daffa? Suka yaa? Tapi Daffa-nya punya Rana? Cieee..."

"Apa sih!" sewot Diea saat ucapan Abbas menyerempet ke Daffa.

"Sama Abbas aja Dir, biar dapet manas-manasin Daffa." usul Kania kalem. Menengahi omongan mereka.

Abbas mendekatkan diri pada Kania. "Terus lo gimana? Gue kan suka-nya sama lo." jawab Abbas mengedipkan sebelah matanya.

MINE!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang