Chapter 11

1.2K 57 0
                                    

Dira bersama dengan Nyanya hari ini. Libur akhir pekan, gadis cantik itu mengajak Nyanya keluar. Mereka sedang makan siang di sebuah cafe di pusat kota ini. Kania? Gadis itu entah kemana perginya. Beberapa hari ini dia menghilang, setelah menitip Nyanya padanya.

"Tante Kania mana tante?" tanya Nyanya yang sedang memakan ice creamnya. Bukannya memesan makanan, Dira memesankan Nyanya es krim.

"Tante gak dapet kabar dari Tante Kania." jawab Dira menghapus noda es krim di mulut Nyanya. "Kamu makannya berantakan ya." ucap Dira tersenyum.

Gadis itu kemudian mengalihkan pandang ke lain sisi. Dia melihat dua orang yang juga berada di tempat ia makan siang dengan Nyanya hari ini. Ya, siapa lagi kalau bukan Daffa. Tapi disini lain, Daffa bersama dengan Bryan. Pemuda itu tampak menatap tajam Dira. Lain hal dengan Dira, dia hanya membalas tatapan Daffa dengan sebuah senyum dan sapaan pada Bryan yang berada di pemuda manis itu

"Siapa itu tante?" tanya Nyanya melihat kepada dua orang yang sekarang jadi perhatian gadis kecil itu. "Pacar tante yah tante?"

Dira segera menggelengkan kepala. "Bukan Nya, itu cuma teman tante." jawab Dira kemudian. Ia memandang gadis manis itu, lalu mencium pipinya. "Mulai sekarang, jangan panggil Tante lagi ya, Nyanya enggak keberatan kan kalau misalnya Nyanya manggil Tante itu dengan sebutan Anak ke Ibunya?" tanya Dira hati-hati. Gadis ini berpikir, kenapa harus panggil tante kalau ternyata Nyanya anak angkatnya?

Perkataan itu di sambut baik oleh Nyanya. Ia berdiri di atas kursi lalu memeluk leher Dira, saking kependekannya. "Iya, Nyanya mau Tan..."

"Mami." cetus DIRA kemudian.

Gadis kecil itu kegirangan. "Makasih Mami.."

Dira begitu merasakan Nyanya sangat menyayanginya seperti Ibu Kandungnya sendiri. Dira meraih Nyanya kedalam pangkuannya. Beginikah rasanya menjadi seorang ibu?

*****

Daffa melihat pemandangan itu dengan menyipitkan sebelah matanya. "Kok Mami sih? Lo denger gak, itu anak manggil Dira Mami?" senggol Daffa pada Bryan yang tidak mengacuhkan Daffa sedikitpun dari tadi.

"Gak peduli sih." jawab Bryan membuat Daffa kesal. "Elo gimana sih Bry, jawab kek." dengus Daffa kesal.

"Suka-suka gue dong." jawab Bryan lagi. Dia melirik Daffa sinis. "Tuh, rasain lo. Seneng gak, kalau nanya jawabannya kayak gitu?" dongkol Bryan memukul pelan lengan Daffa.

Daffa menghela nafas panjang. "Jadi kesimpulannya apa? Itu anak Dira?" tanya Daffa lagi pada Bryan. Pemuda yang berada di sebelah Daffa itu nyatanya mengangguk setuju dengan perkataan Daffa. "Yoi, siapa lagi."

"Lagian elo apaan sih, masih mikirin Dira? Udah punya Rana juga. Selama ini gimana? Kemaren-kemaren elo sama Dira, tapi di sia-sia-in. Sekarang apa? Ya udah. Gak usah banyak bacot." Bryan mengakhiri perkataannya dengan meminum jus yang ia pesan.

"Udah berapa kali sih gue bilang sama elo Bry, itu si Dira yang ngikutin gue. Bukan gue yang ngejar dia. Cuma yang jadi pertanyaannya sekarang itu kan, itu anak siapa yang dibawa Dira? Kalau anak dia, anak dari siapa? Bapaknya mana?" Ucap Daffa dengan gaya polosnya.

Bryan menggeleng-gelengkan kepala. "Ya mana gue tau. Kenapa enggak tanya orangnya!" jawab Bryan.

"Lagian, sini gue tanya sama lo ya, sampai kapan elo bego kayak gini hah? Pikir kek sendiri. Jangan terlampau polos kayak kain putih yang enggak di apa-apain. Mikir kek, Dira itu biasanya kalau malem kemana aja? Pasti elo udah tau jawabannya apa. Dan gue maklum." simpul Bryan melipat kedua tangannya.

"She is bad girl, not good girl."  kata Bryan menutup pembicaraanya.

Daffa berusaha sabar sekarang. "Kayaknya elo salah tuh." bela Daffa kemudian. "Dia enggak kayak gitu,"

MINE!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang