Chapter 15

1K 56 4
                                    

' Braak'

Mobil Kania menyerempet motor yang melaju dari arah berlawanan. Kania menepuk jidatnya sendiri, segera mereka keluar dari mobil. Menghampiri pemuda yang tak sengaja di tabrak Kania. "He.. eh, lo enggak apa-apa kan?" tanya Dira membantu pemuda yang menggunakan motor Ninja itu. Dia memakai jaket kulit berwarna hitam.

"Bego banget sih lo, itu liat.. darah..." pekik Kania menutup matanya.

Dira gemetaran. Beuh, Darah! umpatnya dalam hati. "Hey, elo enggak apa-apa kan?" kata Dira berjongkok di depan pemuda yang masih tergeletak, kesakitan.

"Arrgh! Apanya yang masih baik-baik aja? Nih, nih liat!" bentak pemuda itu pada Dira. Gak nyantai. Dira segera membantu pemuda itu berdiri. Membuka helm-nya. "Sorry.. sorry.."

"Sorry ya, kita enggak sengaja nabrak elo. Sumpah deh." Sambung Kania yang dari tadi ada di belakang Dira. Dia melirik ke arah lutut pemuda itu sekarang. Ada darah, kakinya lecet.

Pemuda itu mengerang kesakitan. "Bego banget sih bawa mobilnya." cecar pemuda itu tanpa ampun.

"Ya, temen saya emang rada bego kalau bawa mobil." Ucap Dira pada pemuda ini. "Gue Adira. Situ siapa? Kita perlu ngapain lagi, supaya elo nya seneng dan gak marah lagi?" tanya Dira di selingi marah karna Kania di bilang bego bawa mobil.
 
Pemuda ini berdiri, matanya menyipit. Kaki-nya sedikit pincang sekarang. "Gue mau ke rumah adik gue. Sekarang, gimana caranya gue pergi kalau kaki gue kayak begini?" bentaknya kasar.

Dira masih berusaha santai. "Iya, kita bakalan tanggung jawab kok. Santai dong." Kania segera masuk kedalam mobilnya mengambil kotak P3K.

"Gue Abbas " pemuda itu mengenalkan dirinya. Lutut, tangan pemuda tampan itu berdarah. Dira menatap mata pemuda itu sekilas.

*****

Kania mengobati luka pemuda itu dengan ulet-nya. "Maaf ya Bas, udah bikin elo kayak gini nih, kita enggak sengaja, suer deh." ungkap Kania pada Abbas. Mereka sedang berada di bagian belakang mobil Kania. "Udah, beresin aja tuh luka gue." jawab Abbas dengan nada sedikit bete. Kania segera mengangguk.

Mata Abbas sekarang tertuju pada gadis yang berdiri di luar, di bawah pohon yang rindang. Seperti sangat menikmati rokok yang ada di tangannya. Buset, ada ya.. cewek ngerokok! kata Abbas dalam hatinya. Kemudian, matanya beralih pada gadis yang sedang mengobati lukanya.

Cantik. Itu yang ada di pikirannya saat ini. "Gue baru sadar, yang nabrak gue cewek-cewek cantik." pikir Abbas.

"Udah belum? Gue mau pulang nih, Nyanya entar lagi pulang Les. Ayo dong Kan, cepetan ngobatin luka nih orang." kata Dira dari luar mobil Kania. "Bosen nih nunggu."

"Apa lo liat-liat? Cantik ya gue?" kata Dira pada Abbas. Oke, ini kepedean.

Abbas tersenyum sinis. "Nih, temen lo yang di sebelah gue nih yang cantik." kata Abbas tak segan-segan menunjuk Kania dengan frontalnya. Cowok gila. Kayaknya Dira punya saingan jablaknya ._.

"Auuhhh!!" pekik Abbas saat Kania tak sengaja menekan luka nya. "Sorry.. sorry, gak sengaja Bas,"

 
" Ha Ha Ha! "Tawa Dira menggelegar saat bertemu orang seperti Abbas. "Gue suka gaya lo Bas!"

*****

Daffa sedang bersama dengan Iqbal di apartemennya. Mereka sedang menunggu sepupu Daffa yang datang dari Bandung. Namun, tak kunjung juga datang. Sudah lama mereka menunggu.

"Kania marah sama gue." curhat Iqbal pada Daffa. Pemuda manis itu menepuk bahu Iqbal. "Ye kan udah gue bilang, enggak usah sok over. Kan juga udah gue bilang, Dira itu baik kok."

Iqbal menghela nafas panjang. "Terserah lo lah mau ngomong, bete gue dengernya. Dira mulu, inget nih Rana."

Daffa mengangguk, "Iya, ini lagi mikir."

Drrret. ponsel Daffa bergetar. Ada pesan masuk.

From : BrotherBas

Tdinya gw udh mau nyampe apartmen lo.

Sdikit dpt msibah sih gue nih, di tabrak.

Tpi tenang, udah di obatin kok. Luka dikit.

Di jl cenderawasih y, gw tungguin lo disini.

Skalian, bwa mtor gw.

Gw knalin sma yg nabrak gw dah, anak-nya pada asik. Haha.

Melihat pesan dari Sepupunya itu. Daffa segera mengernyitkan dahi dan menggaruk-garuk kepalnya yang tidak gatal sama sekali. "Gue harus pergi nih, jemput si Abbas. Dia di tabrak, lo ikut?" ajak Daffa pada Iqbal. Namun, ternyata pemuda itu sudah molor duluan di sofa. Daffa menggelengkan kepalanya melihat Iqbal.

*****

Ketiga orang itu duduk di trotoar. Menunggu sepupu Abbas datang. Ada beberapa percakapan di antara mereka. Tak ada henti-henti nya mereka bercerita. Ternyata, tiga mahluk tuhan ini, mudah sekali untuk menyatukan karakter. Abbas sampai lupa untuk minta rugi, kesenengan duduk di antara dua gadis cantik kali ya? Duh, duh.

"Asyik banget ya. Yang ini normal, ini abnormal." tunjuk Abbas pada Kania dan Dira. Dia menilai dari berbagai aspek sehingga pada akhirnya di menyimpulkan hal yang demikian.

"Mana nih sepupu lo? Lama bener datangnya? Anak gue nunggu nih di rumah." ucap Dira pada Abbas. Disusul dengan anggukan dari Kania. "Iya Bas, mama gue juga pasti nyariin."

Abbas mengerutkan keningnya. "Lo udah punya anak Dir?"

"Anak Angkat. Gak usah salah sangka." potong Kania langsung. Abbas mengangguk. Mengerti. "Bentar lagi kok, tenang deh."

'Bruum'

Ada mobil yang berhenti tepat di dekat motor Abbas. Dira langsung tau, kalau itu Daffa. Dia benar-benar tidak tau harus berkata apa lagi. Kania juga demikian. Jadi, Abbas sepupuan sama Daffa? Benar saja, Daffa keluar dari Mobilnya lalu berjalan gugup ke arah mereka bertiga. Sangat gugup, kaget. Ini yang mau Abbas kenalkan? Dunia ini sempit banget ya!

"Eh Daffa." kata Kania melambaikan tangannya pada Daffa. Relax. pikir Daffa kemudian. Dia segera mengangguk dengan sapaan Kania. Sedangkan Dira? Dia mengalihkan pandangannya pada ponselnya.

"Udah kenal lo Daf? Gitu ya, punya temen cewek cantik gak kenalin sama gue." ungkap Abbas menoyor kepala Daffa. Pemuda ini hanya membalas senyum kikuk perkataan sepupunya itu.

"Udah, sana bawa mobil gue. Mana kunci motornya?" pinta Daffa pada Abbas. Pemuda ini segera memberikan kunci motornya pada Daffa. Kania berbisik kepada Dira.

"Bisik-bisik aja lo berdua. Dir, lo bawa mobil Daffa ya? Entar Daffa anterin lo kok. Udah kenal kan? Hehe. Oh iya, Kania pulang aja duluan. Entar di cari Mama-nya." kata Abbas mengedipkan sebelah matanya pada Kania. Gadis ini risih.

"Enggak apa-apa nih Dir?" bisik Kania pada Dira. Dengan santainya Dira segera menjawab. "Santai, enggak apa-apa kok."


Bersambung..
Maafya kalau gak daper feel nya:( aku ngetik buru buru biar cepet dilanjutin😊
Jangan lupa vote dan komentar yaaa😉🤘..



MINE!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang