Chapter 16

1.1K 48 3
                                    

Saat sudah sampai di appartemen Daffa, Dira memapah Abbas masuk ke dalam apartemen yang tak asing lagi baginya. Dari belakang, Daffa memperhatikan pemandangan itu dengan diam. Dunia emang bener sempit banget ya? Kenapa coba, Abbas harus ketemu sama Dira? pikir Daffa. Abbas benar-benar sangat akrab dengan Dira. Padahal, tak beberapa jam yang lalu mereka bertemu. Tidak sengaja pula.

"Daf, anterin Dira ya pulang?" suruh Abbas saat dia sudah duduk di ruang tengah apartemen Daffa. Pemuda ini segera mengangguk. "Titip salam buat anak lo ya," Abbas bersalaman dengan Dira.

'Glek!'

Jadi ingat, sama anak Dira yang di gadang-gadang kan anak-anak satu kampus. "Jadi, mau pulang sekarang enggak Dir?" tanya Daffa ragu-ragu saat menyapa Dira. Gadis cantik ini segera mengangguk. "Oke Bas, gue pulang dulu ya. Cepet sembuh."

*****

Dira duduk tenang di bangku sebelah Daffa. Tak ada banyak pembicaraan di antara mereka. Hanya diam. Dira melirik pemuda itu sekarang, barang tentu gadis ini susah untuk mengendalikan dirinya sendiri. Faktanya, dari awal Dira memang menyukai Daffa. Kepolosannya.

"Diem aja, ada yang salah ya?" tanya Dira melirik Daffa santai. Pemuda itu nyatanya sedikit terkejut dengan perkataan Dira. "Enggak." jawab Daffa kikuk.

Krik.. Krik.. Ada hening meliputi mereka. Dira juga enggan menyapa Daffa lagi. Duh, kesempatan baik nih.. buat minta maaf sama Dira. Jadi temen udah deh. Gue juga enggak penge punya musuh, ayo dong Daf! kata Daffa dalam hatinya. Pemuda yang super duper polos ini, berniat untuk minta maaf atas ucapan kasarnya pada Dira beberapa waktu yang lalu.

"Ehm... Dir, maafin gue ya soal yang waktu itu." kata Daffa memberanikan diri. Dira sedang merokok saat ini. Dia hanya membalas senyum perkataan Daffa tanpa menjawab kata-kata pemuda itu lagi. Aduh, Daffa bego! kutuk pemuda ini kepada dirinya sendiri.

"Seneng gak sama Rana?" tanya Dira seakan tak mempermasalahkan ucapan Daffa yang menusuk hatinya waktu itu. "Kayaknya elo nempel banget ya sama Rana." gumam Dira membuang puntung rokoknya keluar jendela mobil Daffa.

Deg.. deg! Jantung Daffa berdebar kencang mendengar perkataan Dira. Melihat pola tingkahnya. Daffa tidak bisa menguasai dirinya, dia benar-benar kelihatan sangat kikuk sekarang. "Anu.. Dir," jawab Daffa bingung. Entah apa yang mau ia katakan.
 
"Yang bener dong bawa mobilnya," sergah Dira memotong. Daffa segera mengangguk mendengar perkataan Dira. "Anu apa say?" reflek Dira membuat Daffa memberhentikan mobilnya.

Deg.. Deg.. Deg! Daffa berusaha mengatur nafasnya. Dira tampak bengong melihat Daffa yang mendadak memberhentikan mobilnya. Kayaknya gue salah ngomong deh. Duh, kebiasaan lama gue!! pekik Dira dalam hatinya. Dia menyalahkan dirinya sendiri.

"Sorry yah.." ucap Dira pada Daffa. "Enggak sengaja, lupain aja."

Say, kenapa ya, gue kangen banget sama Dira yang manggil gue kayak gitu. Gue seneng banget malah. hati Daffa berkata demikian. Namun segera ia terpis perkataan itu. ENGGAK! Rana INGET Daf!!

*****

Dira turun dari mobil Daffa. Di ikuti pemuda itu yang menyusulnya. "Makasih ya Daf," kata Dira sekenanya. Dia benar-benar tak ingin lagi terlalu jauh dekat dengan pemuda ini. Dari arah dalam pagar rumah Dira. Muncul sosok anak kecil yang sungguh manis berlari ke arahnya. "Mami..."

Mami? Gadis kecil itu lagi? pekik Daffa melihat ke arah bunyi tersebut. Hari sudah mulai gelap. "Mami, kenapa baru pulang sih? Mami.. mana janjinya mau beliin Nyanya cokelat?" rengek gadis itu manja. Dira segera menggedong Nyanya saat ini.

"Daf, ini kenalin, Nyanya. Anak gue." kata Dira dengan santainya. Gadis itu tersenyum manis kepada Daffa. "Vanya Om, nama Om siapa?" tanya gadis kecil ini.

Pemuda ini membalas dengan senyum seadanya. Malahan, ini senyum yang dangat terpaksa dari Daffa. Dira menurunkan Nyanya dari gendongannya. Mendekatakan wajahnya ketelinga pemuda itu. "Vanya itu anak angkat gue." bisik Dira tak ingin Daffa dengan pikiran yang macam-macam.

Fyuuh. Daffa menghela nafas panjang saat Dira berkata demikian. "Nama om, Om Daffa Nya." jawab Daffa berjongkok di depan gadis kecil itu. Dira melihat kejadian itu dengan mengangkat kedua alisnya ke atas. Melipat kedua tangannya di dada. "Masuk dulu?" kata Dira berbasa-basi.

Daffa langsung menggeleng. Vanya merengek sekarang. "Mi, Nyanya mau cokelat, beliin." ungkapnya manja. "Nanti ya Nya, Mami mau mandi dulu nih.." jawab Dira mengacak poni gadis kecil itu.

Daffa sumringah. Dia benar-benar tak memikirkan Rana saat ini. Entah kemana lepasnya pikiran itu. Ternyata dugaan gue salah. Semua orang salah. Gue emang gak salah nilai Dira. Benerkan? Dira gak seburuk yang dibayangkan. kata Daffa dalam hatinya.

"Nya, om beliin Cokelat mau? Mami nya capek. Pergi sama Om yuk. Entar Om beliin." kata Daffa pada Vanya. Dia menatap gadis kecil yang sangat menggemaskan itu. Dira mengerutkan keningnya saat Daffa mengajak Vanya pergi. Whatever lah, ucap Dira dalam hatinya.

"Mi, Om ini siapa Mami? Nyanya boleh ikut sama Om ganteng ini gak Mi? Beli cokelat?" Nyanya tampak meminta izin pada Dira. Permintaan Nyanya di iyakan oleh Dira.

"Temen Mami. Ya udah, nanti pulang.. langsung ke kamar ya? Mami mandi dulu." jawab Dira pada anak gadisnya. Dia tak melirik Daffa lagi. Setelah mengizinkan Nyanya pergi, dia langsung masuk kedalam perkarangan rumahnya.

*****

"Apa sih Bal?" kata Kania bosan pada Iqbal yang urung berhenti menghubunginya. "Akhirnya, lo ngangkat telpon gue juga Kan, please, denger penjelasan gue dulu. Sekali aja. Oke, gue akuin gue salah." sesal Iqbal.

Kania menghela nafas panjang. Dia merebahkan tubuh mungilnya di kasur. "Urusannya? Bukan sama gue Bal."

"Jadi lo enggak marah sama gue?" tanya Iqbal senang dengan perkataan Kania di seberang sana. "Bukan, bukan gitu Bal. Gue emang masih sebel sama lo." ralat Kania kemudian.

"Tapi, gue ngehargain banget usaha lo. Bikin baterai hape gue cepet habis." sindir Kania. Ponselnya terus bergetar, membuat baterai handphonenya menipis terus menerus._.

Ada jeda beberapa saat di antara mereka. "Gue bener-bener minta maaf ya Kan. Lo jangan diemin gue kayak gini dong." sesal Reza lagi. "Gue cuma mau yang terbaik aja buat elo. Tapi, kalau ternyata yang gue lakuin salah, maafin gue."

Kania tersenyum mendengar penuturan Iqbal. Dia segera duduk. Mengganti letak ponselnya ke telinga kanannya. "Gue mau lo jangan remehin Dira. Dan gue mau elo minta maaf sama Dira. Bukan gue, itu kalau lo mau, gue gak maksa."

"Tapi lo maafin gue kan?" ulang Iqbal. "Oke, kalau itu yang lo mau."

"Justru gue yang minta maaf, sorry udah nampar lo waktu itu Bal."

*****

Daffa sedang berada di dekat mini market yang tidak jauh dari rumah Dira saat ini. Dia menemani gadis kecil itu membeli cokelat. Anaknya lucu banget sih. gumam Daffa dalam hatinya.

"Nyanya, ambil aja ya.. yang Nyanya mau." kata Daffa tersenyum. Gadis kecil itu menggangguk. "Makasih ya Om. Om baik deh," puji gadis kecil itu kegirangan.

"Nya, besok kalau gede mau jadi apa?" tanya Daffa saat gadis kecil itu sibuk melihat ke kiri dan ke kanan. Rak-rak penuh makanan ringan.

"Om, om pacar Mami ya?" gadis kecil itu tak menjawab pertanyaan Daffa. Gadis kecil ini reflek bertanya seperti itu. Buset, ini si Nyanya ngomong apaan sih?!

Saat ingin menjawab perkataan gadis kecil itu, tiba-tiba...

 

Bersambung..
Jangan lupa vote dan komentar yaaa😘😘...


MINE!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang