Chapter 14

1.1K 53 6
                                    

" Tok Tok " merasa ada yang mengetuk pintu rumahnya Dira, bangkit menuju pintu.

'Kleek'

Dengan pelan Dira membuka pintu rumahnya. Memandang siapa yang datang ke rumahnya malam hari begini. Seorang gadis yang dia sangat kenal. Gadis cantik ini menatap tamunya dengan wajah tak bersahabat. "Kenapa Kan?" tanya Dira malas-malasan. Kania menatap gadis yang memakai celana pendek dengan kaos putih. Dengan bandana di kepalanya. Kania sungguh menyesal dengan perkataan Iqbal pada gadis ini.

Kania menatap Dira sekarang. Dengan tatapan santai, Dira melirik tangannya yang di pegang gadis ini. "Lo anggep gue temen lo enggak sih Dir? Kayak gue nganggep lo temen yang paling baik." Ucap Kania memancing Dira supaya jujur padanya. Gadis cantik ini mengangguk pelan. Melepaskan genggaman tangan Kania.

"Udah malem, udah sana lo pulang Kan." jawab Dira mengabaikan pertanyaan Kania. Gadis ini tak mungkin mengatakan sebenarnya pada Kania. Dira juga tak ingin mengatakan apa yang terjadi, dan apa maksudnya dia berubah sikap kepada gadis yang berada di depannya sekarang. Teman yang sangat mengerti dirinya. Seperti Elena. Tapi ini berbeda. Kania menuntunnya ke arah yang benar.

"Jawab dulu dong Dir, kenapa sih.. elo pake bohong segala sama gue?" ungkap Kania geram dengan jawaban Dira. Gadis ini menggeleng-gelengkan kepalanya. 

"Gue baru tau, yang namanya Adira itu ternyata cemen-nya minta ampun." Ucap Kania melipat kedua tangannya di dada. "Gue udah denger semuanya dari Iqbal, jangan dengerin omongan dia. Maafin dia yah Dir. Dia emang kadang-kadang sotoy, sama kayak anak-anak yang lain."

Dira tersenyum santai. "Gak masalah sih sebenernya Kan,"

"Gue emang bukan orang baik. Yang di takutin Iqbal emang ada benernya. Lo enggak boleh bilang Iqbal sotoy. Its true. Come on."

Kania segera menggelengkan kepalanya. "Emangnya kenapa kalau gue temenan sama lo? Emang apa hubungannya sama Iqbal? Gue bisa jaga diri gue baik-baik. Dan gue bakalan bikin lo berubah lebih baik, bukan buat di jauhin. Lo inget ya, gue ini temen lo. Kalau elo masih nganggep gue temen. Gak usah di bahas lagi dan kembali di posisi awal lo jadi temen baik gue." kata Kania panjang lebar. Dira benar-benar terharu dengan perkataan Kania. Sangat kekeuh.

Gadis itu tersenyum haru. "Lo mau bikin gue nangis ya Kan? Belajar dari mana ngomong kata-kata kayak gitu?" tanya Dira menghapus air matanya yang banjir di pipi. Dia segera memeluk Kania. Orang yang sangat mengerti dirinya tanpa di jelaskan sedikitpun.

*****

Beberapa pekan berlalu. Dira kembali berteman dekat dengan Kania. Semua orang sekarang memandang sebelah mata Dira. Walaupun, sudah berkali-kali hingga berbusa mulut Kania membela Dira. Tentang pandangan buruk anak satu kampus tentang anak yang di gadang-gadangkan adalah anak kandung gadis ini. Namun, nyatanya Dira hanya memilih bungkam dan membalas senyum apa yang di lontarkan anak-anak padanya. Bahkan, pertanyaan pak Abdi pun hanya di balas senyum oleh Dira. Entah apa yang ada di pikirannya.

Setiap waktu, ponsel Kania selalu berdering. Gadis itu selalu mengabaikan. Panggilan dari Iqbal. Dira tak mau berbicara banyak dengan reaksi Kania pada Iqbal. Pemuda tampan itu selalu mengejar Kania dan meminta waktu untuk berbicara, setiap kali Iqbal melihat Kania. Namun, gadis itu selalu menolak bahkan membentak. Semakin di perhatikan oleh Dira, nyatanya Daffa dan Rana semakin dekat saja. Dira benar-benar menahan dirinya yang sebenarnya sangat ingin berbicara dengan pemuda manis itu. Ini bukan masalah Bryan.

Wajah Kania cemberut sekarang. Dia benar-benar geram dengan orang-orang yang memandang Dira sebelah mata tanpa tau dulu apa yang terjadi. "Ngomong dong Dir! Kenapa lo santai aja, tuh.. liat setan-setan yang bisik-bisik di setiap sudut kampus ini. Ada apa sih mereka? Bangke!" geram Kania tak memungkiri syndrom of heart sick-nya sekarang. Bahasa baru Kania akhir-akhir ini.

MINE!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang