Chapter 10

1.2K 50 0
                                    

" Tante, Nyanya tidur sama siapa tante?" tanya Gadis manis yang duduk di sebelah Dira sekarang. Dira sudah mengganti baju Nyanya dengan baju tidur. Namun, tau apa yang dia lakukan saat ini? Dia masih saja meminum wine, sekalipun di depan Nyanya. Dira masih menahan rokoknya saat ini, tapi.. untuk yang ini kenapa tidak bisa? Sebenarnya, Dira memang tak bisa melakukannya. Bude Yana sendiri sudah di suruh tidur dari tadi oleh Dira.

Dira memegang kepalanya sambil melirik Nyanya yang dari tadi tak berhenti melihatnya. "Ya tidur sama Tante lah sayang." rasanya, pikiran Dira berubah untuk mengadopsi anak manis ini, dia benar-benar tak ingin menjadi seseorang yang tidak baik di mata gadis itu. Gadis kecil yang tidak tau apa-apa.

"Tante minum apa sih tante? Nyanya boleh minum juga gak? Teh ya tante?" tanya gadis kecil yang mempunyai mata indah itu.

Dira tertawa mendengar ucapan Nyanya. Dia mengelus lembut rambut Nyanya. "Kamu lucu banget sih sayang.." kata Dira menarik Nyanya kedalam pelukannya.

"Yah, tante.. kenapa gak jawab pertanyaan Nyanya sih tante?" rengeknya penasaran. "Nyanya minum juga.."

Dira tersenyum tipis. Tanpa bicara lagi, Dira beranjak menjauhkan botol wine itu dari hadapan Nyanya. Gadis kecil yang baru saja ia adopsi.

"Ingat ya Nyanya. Kamu enggak boleh minum minuman yang tadi tante minum." Ucap Dira melipat kedua tangannya di depan gadis kecil itu.

" Besok pagi, tante mau anterin kamu ke sekolah baru kamu. Jadi sekarang tidur ya say?" ucapnya mengulurkan tangan pada Nyanya. 'Say' kata-kata itu membuat dia mengingat seseorang. "Kenapa gue manggil anak kecil ini Say sih? Aduh.. ribet." umpat Dira dalam hatinya.

Dira benar-benar tak biasa dengan kehadiran Nyanya. Gadis cantik ini sebenarnya hanya tak ingin mematahkan keinginan Nyanya yang ingin tinggal bersamanya. Dengan kata lain, menjadi anak angkatnya. Dira benar-benar tak siap dengan apa yang terjadi selanjutnya. Perilaku buruknya tentu akan sangat sulit di ubah.

*****

Daffa bangun dari tidurnya. Nafasnya terengah-engah. Matanya melirik ke arah sebelahnya sekarang. Tidak ada siapa-siapa. Daffa mengambil air mineral yang ada di meja kecil di sebelah ranjangnya. Meminumnya. Hatinya gundah sekarang. "Tadi gue mimpi Dira." gumamnya sendiri.

Daffa menghela nafas panjang. Mengambil handphonenya. Ada pesan masuk dari Rana, Daffa nyatanya mengabaikan pesan itu. Ia membuka galeri foto di dalam ponselnya itu. Melihat foto dirinya dan Dira. "Gue mimpi elo bunuh gue. Kejam banget sih lo!" Gerutu Daffa pada foto itu.

Dia kembali menghela nafas. "Gue gak suka sama lo." kata Daffa berbicara pada foto Dira. "Tapi kenapa lo masuk kedalam hidup gue dan bikin gue mikirin elo terus." lanjutnya kemudian.

Daffa segera menggelengkan kepalanya. Menepuk pipinya sendiri. "Argh! Kenapa sih gue, udah Daf, Jangan mikirin Dira!"

Pemuda ini berjalan menuju balkon kamarnya. Memandang ke arah sekitarnya. Pagi tak kunjung datang. Pikirannya kembali memikirkan Dira. Gadis Gila itu. Lagi-lagi ia tak bisa menjauhkan pikirannya dari Dira.

"Jam dua pagi, apa jangan-jangan Dira lagi di bar ya sekarang?" gumam Daffa sendiri. Kali ini ia membiarkan dirinya sendiri tak memegang ucapannya tak beberapa menit yang lalu.

"Mabuk lagi? Dira pulang gak yah.. Dira kesini gak yah?" Daffa mengacak-acak rambutnya sendiri. "Argh!! Dira, gue tau, ini salah gue! Tapi bisa gak sih, enggak rusak pikiran gue. Lo gak disini, tapi lo tetep aja di pikiran gue. Gila! Ini cewek mau ngapain sih dipikiran gue!!" omel Daffa lagi kepada dirinya sendiri.

Daffa ingin sekali mendengar kabar Dira saat ini. Akhirnya, Pemuda ini mengambil handphonenya dan kemudian menghubungi Dira. Ya, menghubungi gadis yang merubah hidupnya akhir-akhir ini.

MINE!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang