Chapter 23

1.2K 46 4
                                    

Pagi ini Kania muncul ke kampus dengan gaya-nya yang seperti biasa. Tanpa beban. Dira berlari kencang dari belakang menyusul Kania yang baru nampak batang hidung-nya hari ini setelah sekian lama dia tak muncul (Bagi Dira beberapa hari adalah beberapa tahun kali ya). Dia memeluk bahu Kania dengan nafas yang masih sulit untuk di atur. "Hossh... Akhirnya... lo muncul juga Kan! Anu, si anu minta maaf." ucapan Dira tak jelas sama sekali. Saking sesaknya.

Kania menepuk bahu Dira dengan tawa yang sulit sekali di tahannya. "Udah nek tua, pelan-pelan ngomongnya, tarik nafas.. buang.."."Faktor usia nek, makanya susaaaaah kalau misalnya ngejar orang."

Dira mengerut sebal. "Bangke lo bangke!" cecarnya menarik rambut Kania. "Udah bagus gue cariin, malah gak mau ketemu. Coba aja Iqbal, sekali aja langsung bisa ketemu."

Kania merapikan sedikit rambutnya dan melipat kedua tangannya. "Ya, itu beda-nya elo..." Kania menarik rambut Dira pelan. "Sama yang namanya Iqbal."

Dira ngomel enggak jelas. "Ya jelas beda, gue perempuan nah si Iqbal laki." Sahut Dira . "Gue gak suka sama lo. sedangkan Iqbal iya. Jelas dong ya?"

Kania mengangguk dan tertawa puas. Dia menarik tangan Dira agar kembali berjalan menuju ruangan. "Nah, itu lo pinter. Ya udah."

Dira melepas sebal tarikan tangan Kania. "Bangke lo, udah jelas anak orang suka sama lo, tapi malah lo sia-sia-in. Lo suruh ngejar segala, buat apa? Orang udah di depan dia kok. Malah lo suruh ngejar, ya itu sama aja lo nyuruh dia mundur. Dasar bego, terus lagi ya..." Dira berhenti berbicara sebentar. Mengajak Kania sedikit meminggir.

Dira menatap mata Kania tajam. "Gue, sebagai temen. Dari dulu, prinsip temenan gue itu, ke temen sendiri itu gak ada kata bohong. Dalam artian kata, apa aja yang salah, dan perlu di ingetin, harus di kasih tau dan enggak main belakang. Sakit hati atau dampak buruknya? Belakangan itungnya." Dira mengambil nafas sejenak sebelum di mulai kembali berbicara.

Dia menepuk bahu Kania. Gadis itu nyata-nya terdiam mendengar uraian panjang dari Dira. "Gue gak suka lo ngehilang cuma gara-gara lo patah hati Kan, gue beneran gak suka. Gue juga enggak suka, kalau lo nganggep semua perkataan cowok itu tanda dia suka sama lo, gue beneran gak tega kalau tiap ada cowok yang deket sama lo, terus gombalin atau apa, lo langsung suka. Gue gak mau Kan " Dira kembali mengambil nafasnya sebelum kembali berbicara. Kania sendiri masih terperangah.

"Tau gak? Semua cowok di dunia ini, kecuali Ayah lo, saudara lo kek, kalau enggak tega. BULSHIT semua Kan!" Ketika kata-kata ini muncul dari mulut Dira, Kania ingin membuka suara, tapi segera di potong.

"Kecuali Daffa. Atau mungkin beberapa cowok di dunia ini. Pokoknya jarang," Dira tampak berpikir. "Daffa masuk kategori mana ya?"

Kania segera ingin menjawab, dengan senang hati Dira kembali memotong, "Ya, intinya.. jangan mudah percaya sama gombalan cowok, apalagi cowok yang udah punya pacar dan bentar lagi tunangan, inget, jangan mau jadi orang ketiga dong. Apa yang kita nilai benar, belum tentu benar sama orang lain."

"Oke bos? Gak usah galau-galau lagi." Dira mengakhiri perkataannya dengan senyum. Kemudian ada marah yang membeludak, belum sempat juga Kania berkomentar tentang apa yang di ucapakan Dira.

"Gue bener-bener kesal sama Rana sekarang Kan." kata Dira mengalihkan pembicaraannya kepada yang lain dan seolah tak pernah menasehati Kania lagi.

Kania juga bersikap demikian sekarang, seolah benar tak ada yang terjadi lagi dan semuanya sudah kembali ke awal. "Rana kenapa? Perasaan banyak banget deh yang belum gue tau." jawab Kania tenang.

"Kemaren, waktu gue ngajak Nyanya beli coklat ke mini market. Ada Rana bareng cowok disana, tapi bukan Daffa. Gue biarin. Dan waktu itu, pas di jalan pulang ke garut. Gue lihat Rana lagi, sama cowok itu, beda arah sama gue. Mana kaca mobilnya transparan lagi, apa aja kelihatan. Dan yang enggak enak nya lagi, di instagram dia nyindir-nyindir gue bilang gue segala macam tanpa sadar dia gimana! Gue bener naik darah Kan, selama ini gue diemin!" mata Dira memerah saking marahnya.

MINE!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang