Chapter 8

1.3K 51 0
                                    


Pagi ini Dira ke kampus duluan. Meninggalkan Daffa yang masih tertidur lelap. Gadis cantik ini mendapat jam terbang pagi. Sedangkan Daffa, dia mendapat jam terbang lebih siang (Baca : Jadwal Kuliah). Daffa dan Dira memang satu jurusan yang sama. Cuma, Dira adalah junior Daffa di kampus. Ya, tak sepantasnya Dira berlaku sewenang-wenang pada Dafa. Rana sendiri juga senior Dira.

"Beuh! Bangke banget lah, dapet jam pagi." omel Dira menguap. Ia melaju mobilnya cepat. "Hari yang baru buat gue nih! Happy Day.. semoga gue masih bisa hidup tanpa si bangke Elena!!" teriak Dira sambil tersenyum. Ya, Dira harus membiasakan diri tanpa sahabatnya Elena.

Dira merogoh tas-nya ingin mengambil rokok di dalamnya. Saat Dira membuka kotak rokoknya. Yang terjadi, rokok itu tak ada sama sekali. "Kerjaan Daffa pasti." gumam Dira sambil tersenyum. "Daf.. Daf, niat banget sih lo nyuruh gue berhenti ngerokok."

Dira mengambil handphone-nya lantas ingin menghubungi Daffa lewat telepon rumah. Ya, Handphone milik Daffa masih di tangannya sekarang. "Halo.. apa sih ganggu pagi-pagi gini." serak Daffa yang masih setengah sadar.

"Say, bangun!" ujar Dira pada Daffa yang berada di seberang sana. "Gue ke kampus duluan. Elo mandi deh sana, udah bau hahaha!"

"Ganggu aja Dir." balas Daffa lalu menutup panggilan Dira.

"Yee... nih anak di bangunin malah marah." gumam Dira melirik layar handphonenya.

*****

Dira berjalan santai sendiri menuju kelas-nya. Gadis ini duduk di bangku depan. Belum ada satupun orang yang datang. Dira kepagian. Tak berapa lama setelahnya, seorang gadis berpenampilan sangat culun lewat di depan Dira memperlihatkan senyum. Dira membalas senyum santai. Dia, Kania.

" Kan, duduk sini deh." ajak Dira pada Kania yang sepertinya ketakutan. Padahal, Dira tak akan memakannya bukan? Ya, gadis ini memang sangat tertutup dan culun. "Elo kuliah disini, tapi gaya lo culun abis." komentar pedas Dira pada Kania yang duduk di sebelahnya.

Kania menunduk. "Perasaan, gaya gue biasa aja deh Dir." jawab Kania kalem. Dira geleng-geleng kepala mendengar ucapan Kania. "Hey, gaya lo ini jauh dari keren tau gak!" sahut Dira lagi.

"Liat gue." kata Dira pada Kania. "Bilang 'Iya' atau 'Enggak' lo mau jadi sedikit keren?" kata Dira sekenanya. "Ya, setidaknya gue pengen liat lo gak di kucilin sama yang lain aja." ucap Dira.

Kania menatap Dira dengan tatapan penuh harap. "Beneran Dir? Elo mau bantuin gue?" jawab Kania sedikit takut.

Dira menepuk bahu Kania. "Ikutin gaya gue. Sekarang kita teman kan?" Ucap Dira kemudian. Kania segera mengangguk pada Dira. Entah kenapa Kania begitu saja langsung menyetujui perkataan Dira. Apa yang terjadi pada Kania ketika berteman dengan Dira?

*****

Ketika jam kuliah berakhir, Dira segera mengajak Kania keluar. Ia ingin membuat perubahan pada Kanka. Semua mata tertuju pada Dira dan Kania. Dira yang modis, dan Kania yang cupu. Ini, benar-benar seperti siang dan malam. "Lo liat apa Kan? Dengan gaya lo yang kayak gini, semua orang cuma bakalan liat lo sebelah mata tau gak!" kata Dira menepuk bahu Kania.

"Kania.. elo kenapa sama dia?" ujar Iqbal yang muncul bersama Bryan.

"Emang kenapa kalau Kania sama Dira?" tanya Kania kalem. Ia memperbaiki letak kacamatanya. Dira tegak pinggag sekarang, dia sudah sangat resah melihat gaya Kania yang seperti ini.

"Daffa mana?" Tanya Dira memotong pembicaraan mereka.

"Tadi lagi sama Rana deket taman." jawab Bryan jujur. Iqbal sudah terlambat untuk menutup mulut Bryan yang keceplosan.

MINE!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang