Chapter 17

1.1K 56 4
                                    


"Om, om pacar Mami ya?" gadis kecil itu tak menjawab pertanyaan Daffa. Gadis kecil ini reflek bertanya seperti itu. Buset, ini si Nyanya ngomong apaan sih?!

Saat ingin menjawab perkataan gadis kecil itu, tiba-tiba ponsel Daffa berbunyi. Dengan segera pemuda ini melihat siapa yang menghubunginya. Memperhatikan gadis kecil itu yang menunggu jawaban Daffa. Pemuda manis ini tersenyum, memberi pertanda agar gadis kecil itu menunggu sebentar.

"Iya sayang? Darimana aja, baru aktif ya nomernya?" ucap Daffa pada Rana di seberang sana. Iya, yang ganggu acara Daffa itu Rana. Ituloh, pacarnya.

"Dari acara keluarga tadi Daf." jawab Rana di seberang sana. "Kamu lagi apa?"

Daffa memamerkan senyum-nya pada gadis kecil yang sedang menunggu di depannya sekarang. "Nanti aku hubungin lagi ya, aku ada perlu sebentar." dengan segera Daffa mematikan panggilan itu.

"Om, siapa Om? Bukan Mami ya Om?" todong gadis kecil itu dengan beberapa pertanyaan. "Jadi Om enggak pacaran sama Mami ya Om? Terus Om pacaran sama siapa dong?"

Daffa tertawa. Meraih tangan gadis kecil itu. "Om sama Mami kamu cuma temenan. Om, udah punya pacar." jawab Daffa seadanya pada Nyanya. Tau enggak sih? Gadis kecil ini malah berharap, Daffa adalah pacar sang Mami. Pupus sudah harapan. Nyanya terlanjur kecewa. Dan Daffa terlalu jujur. Bah!

"Yaah..." umpat Nyanya pelan.

Daffa mengernyitkan dahinya. "Loh, emang kenapa Nya?" tanya Daffa penasaran. Raut wajah Nyanya tiba-tiba berubah, tak bersahabat.

"Om kenapa enggak pacaran sama Mami aja sih Om?" rengek Nyanya pada Daffa. "Om kan ganteng, Mami kan cantik Om. Udah Om, tinggalin aja pacarnya. Jadi Papi Nyanya aja." komentar gadis kecil ini seadanya.

'Gleek!' Buseet, dah! pekik Daffa dalam hatinya. Dia menatap gemas Nyanya. Ya, gak mungkin aja gue tinggalin Rana. nalarnya kemudian.

"Masalahnya, Om enggak mungkin tinggalin pacar Om." jawab pemuda itu curhat pada gadis kecil itu. "Kamu enggak bakalan tau sekarang, besok, kalau Nyanya tumbuh lebih gede lagi, Nyanya pasti tau. Oke? Sekarang kita pulang ya.." ajak Daffa.

Nyanya menganggukan kepalanya lemah. Kan enak banget kalau Nyanya punya Papi kayak Om Daffa. Nyanya di beliin Cokelat tiap hari deh, pikir gadis kecil ini kecewa dengan ucapan Daffa. Gagal deh, punya Papi baik hati kayak Om Daffa. Gagal deh, makan cokelat tiap hari!

*****

Dira memperhatikan Nyanya yang diam di ruang tengah rumahnya. Dia sibuk memakan semua cokelat pemberian Daffa. Tanpa berbasa-basi sedikitpun kepada Dira. Maminya itu. Sudah semakin larut, Dira menggelengkan kepalanya melihat Nyanya tak berhenti makan cokelat.

"Udah, ayo stop makan cokelatnya. Cuci muka, cuci tangan, cuci kaki. Jangan lupa gosok gigi, besok pagi mau sekolah kan? Bentar lagi mau SD loh, emang mau giginya ompong semua? Ayoo... berangkat tidur!" kata DIRA menarik tubuh Nyanya ke arah kamar mandi. Gadis kecil ini nyatanya malas-malasan untuk melakukan hal yang di sebutkan Dira barusan.

"Mami... jangan gitu dong." rengek Nyanya. "Masih mau makan cokelat."

Dira mencubit gemas kedua pipi gadis kecil itu. "Jangan makan cokelat lagi,". "Entar Nyanya giginya ompong. Mami juga bakalan nyalahin Om Daffa, terus enggak jadi kesini deh.. lusa."

Sebelum pulang, Daffa memang berjanji kepada Nyanya akan kembali datang lusa. "Mami.. Om Daffa suruh putus sama pacarnya dong Mami." pinta gadis kecil itu seenaknya. Dira terpelongo.

"Kok gitu Nya? Gak boleh begitu dong, kan... kalau kita bikin hubungan seseorang itu putus namanya pengacau." Dira memberikan sedikit teori kepada anak gadisnya. "Besok, kalau gede.. kamu cari pacar itu jangan yang OON ya!"

MINE!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang