Chapter 6

1.3K 59 2
                                    

Pagi hari begini, Dira harus menahan kantuknya karena Tante Nisa tak ingin anaknya bangun siang. Dirumah orang tua Dira di garut, pagi-pagi begini Dira harus membantu mama-nya untuk menyiapkan sarapan pagi untuk adik dan papanya. Ya, Dira benar-benar merasa tersiksa pulang kerumah, Dira sebenarnya sangat dan tidak ingin berada di rumah, namun apa daya? Dira juga tak ingin membantah perkataan tante Nisa yang menginginkannya pulang. 

"Gimana kuliahnya Dir?" tanya Tante Nisa yang sedang menyiapkan sarapan pagi. Dengan berlinangan air mata, Dira menjawab. "Baik aja kok Ma." Dira sedang mengiris bawang, sampai-sampai matanya mengeluarkan air mata karena pedihnya. 

"Dira, gimana sih.. motong bawang aja sampai nangis?" Tante Nisa tertawa melihat anaknya menangis. Ingin rasanya Dira mengeluarkan semua bahasa planetnya saat ini karena bawang ini sudah membuat matanya perih. Tapi, apa daya? Dira harus bersikap manis, semanis dari yang paling manis!

"Perih ma.." jawab Dira mencuci matanya dengan air. 

"Yah, Dira.. kalau kamu cuci sama air tambah perih dong," ujar Tante Nisa pada anaknya. Dira benar-benar merasakan apa yang barusan Tante Nisa bilang. 

"Aduh.. perih ma..." rintih Dira sekarang. Tante Nisa menggelengkan kepalanya melihat Dira yang bertingkah demikian sekarang.

"Kamu itu ya Dir, ya udah.. kamu masuk aja ke kamar, mandi ya... Biar Mama yang beresin ini semua. Ayo, cepat." kata Tante Nisa pada anaknya.

Dira mengangguk pelan mendengar perkataan mamanya. Ia beringsut ke dalam kamarnya sekarang. 

*****

"SHIT! DRAT! WHAT THE HELL!!!" omel Dira saat masuk kedalam kamarnya. "Ini nih, gak enak.. Bawang sialan!" kutuk Dira.

Dia merebahkan tubuhnya ke kasurnya. Di ambilnya handphone yang tergeletak manis di sudut kasurnya yang hampir saja membuat handphone itu jatuh kebawah. Ada pesan masuk di dalamnya. Ada dari beberapa teman pria nya. Tak satupun ia balas. Dan juga, ada pesan masuk dari Elena.

From : Elena 

Gue cariin lo kerumah Dir, tapi gak ada... Lo marah ya sama gue? 

Bangke! Gak usah marah dong!

Kita masih bisa kontekan kan.. Oke, dimanapun elo sekarang, doain gue ya..

Gue berangkat pagi ini.. See you next time Bad Girl!! ;)

Dira menghela nafas melihat pesan singkat dari Elena. "Ya, sukses aja deh buat lo Len. Jangan lupain gue lo!" ucapnya sendiri pada layar handphonenya. "Percuma gue bales, udah pergi paling.." gumamnya.

"Kak.. Kak..." ucap seseorang yang muncul dari balik pintu kamar Dira. 

Dira melirik ke arah bunyi itu. Tatapannya santai. "Eh, elo." jawab Dira singkat. "Masih pake baju putih abu-abu juga lo? Masih seneng ya, pake baju begituan?" ejek Dira kepada seseorang itu. Dia, adik Dira. Kinan. Dira langsung melemparkan bantal tepat ke wajah adiknya itu.

"Kangen deh sama Kinan.." jawab Dira menunjukan kepada adiknya sikap yang baik. Sikap yang baik menjadi seoarang kakak. Walaupun, nanti... hasilnya bakalan nihil.

"Ah, kakak!!" rungut Kinan kesal pada Dira. "Kangen sih kangen! Tapi gak usah nimpuk gue!!" lanjut Kinan yang masih duduk di bangku SMA.

"Haha.. udah sana lo, mandi.. kalau gak gih bantu Mama di dapur." ujar Dira pada adiknya. "Bikin yang enak ya.."

Kinan menggelengkan kepala melihat Kakaknya. "Elo sekali pulang bukannya bantuin tapi ngerepotin ya.." 

Dira tak peduli dengan ucapan adiknya. Ia kembali menarik selimutnya sekarang. "Udah, gak usah ribet! Mama gak marah kok sama gue, kenapa lo rempong gitu? Huhu~" 

Kinan menggelengkan kepala melihat perangai Dira yang demikian. "Semoga aja Mama gak nyesel ya kak ngelahirin anak nakal kayak lo!" tutur Kinan menyindir Dira.

"Bocah!" kesal Dira dengan perkataan Kinan kepadanya.

*****

Pemuda manis ini memandang apa yang ada di depannya dengan tatapan yang tak bisa di artikan. Pandangannya menerawang jauh sekarang. Iqbal yang berada di samping Daffa tampak bingung dengan Daffa hari ini. 

"Kenapa lo? Di tinggal Dira ya.. maka nya kayak gini?" goda Iqbal pada Daffa. Ia menyenggol bahu Daffa.

"Tuh.. tuh.. Coy lihat sana.." Iqbal memindahkan pandangan Daffa pada seorang gadis yang sedang berjalan kearah mereka sekarang. "Cewek yang lo taksir tuh, udah.. gak usah mikirin Dira dulu lah sekarang." ujar Iqbal menepuk bahu Daffa.

Daffa kesal dengan ucapan Iqbal. "Apasih lo! Gue gak mikirin Dira juga!" tegas Daffa. Matanya kemudian kembali melirik seorang gadis yang sedang berjalan ke arah mereka. Ya, Daffa memang sempat dekat dengan seorang gadis. Tak mudah bagi Daffa untuk suka kepada seseorang. Rana. Gadis cantik yang mempunyai IQ tinggi dan cantik. Sesungguhnya, begitulah tipe Daffa. 

"Hai Daffa.." sapa Rana pada Daffa. Hanya Daffa, Iqbal sama sekali tidak di gubris, padahal Iqbal duduk di sebelah Daffa. 

Daffa tersenyum tipis. "Hai.." balas Daffa. "Mau kemana?"

"Oh ini.. aku mau pulang." jawab Rana kalem. "Udah selesai mata kuliah hari ini Daf?"

Iqbal menyenggol baju Daffa. Lalu berbisik pelan. "Eh, kesempatan lo nih.. deket sama Rana! Anterin pulang kek.." bisiknya.

Daffa melirik Iqbal dengan tatapan tajam. Daffa segera menggelengkan kepala. Iqbal kesal dengan jawaban Daffa yang demikian. 

"Rana, Daffa katanya mau nganterin elo.. lo mau gak?" ucap Iqbal kepada Rana sekarang. Daffa benar-benar kaget dengan ucapan Iqbal kepada Rana. Alhasil, gadis itu malu-malu. Daffa lantas berdiri, "Aku anterin ya?"

"Kalau Dira tau, dia bener-bener mau bunuh Rana gak ya?" gumam Daffa dalam hatinya. Dia teringat Dira waktu itu bilang, 'Gue bunuh ceweknya, simple kan?' Daffa benar-benar memikirkan ucapan gadis gila itu.

*****

Daffa mengantar Rana kerumah gadis itu saat ini. Dia, masih terngiang dengan perkataan Dira. Rana bingung dengan Daffa yang tidak berbicara sedikitpun dari tadi. "Daf, kamu kok diem aja dari tadi?" tanya Rana sopan kepada Daffa. "Ada yang lagi kamu pikirin ya?"

Sadar, Rana berbicara kepadanya, Daffa langsung tersenyum tipis dan menjawab pertanyaan gadis itu. "Gak kok Na." ujar Daffa seadanya. "Gimana, kuliahnya?" 

"Sejauh ini gak ada halangan apa-apa sih Daf, semuanya bisa aku selesain dengan nilai yang baiklah." jawab Rana. "Kamu gimana? Kok tambah kurusan ya.. kelihatannya?" 

Daffa benar-benar tenang mendengar perkataan Rana. "Masa sih Na?" tanya Daffa mulai berani dan terbuka. Ia melupakan ketakutannya barusan. "Kepo banget.." ucap Daffa dalam hatinya.

"Iya, kurusan." jawab Rana lagi. "Patah hati ya, gara-gara Dira?" singgung Rana pada Daffa. 

Dan... 'JEDARR' Daffa kaget mendengar perkataan Rana barusan. "Aku gak pacaran sama dia kok!" jawab Daffa reflek.


Bersambung..
Jangan lupa vote dan komen yaaa😉😉
Kira kira siapa yg cocok jadi Rana?🤔


MINE!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang