Chapter 7: Masuk Islam

2K 172 4
                                    

Happy Reading
.
"Aku ditolak" ucap Sasuke yang kini tengah duduk di sofa apartemen Naruto dengan wajah yang sedikit tertekuk.
.
"Serius?" tak percaya Naruto. Sahabatnya ini baru pertama kali jatuh cinta, sekalinya nembak eh lah kok ditolak. Apes banget nasib sohibnya ini.
.
"Aku sudah bilang padamu kalo aku mungkin akan ditolak. Kau ngotot terus, nyuruh aku nembak dia. Aku gak tau lagi harus berhadapan dengan Sakura seperti apa setelah ini," Sasuke mengacak-acak rambutnya frustasi.
.
"Sorry, aku gak tau kalo lo bakal ditolak. Emang lo ditolak gara-gara apa? Dia gak suka sama lo?" tanya Naruto.
.
"Bukan, cuma karena beda agama. Dia juga gak mau pacar-pacaran, dia cuma mau nikah itupun harus orang yang seagama dengan dia." jawabnya.
.
"Seagama?" beo Naruto.
.
"Harapan lo sangat kecil buat ngedapetin Sakura rupanya?"
.
Perkataan Naruto tersebut semakin membuat semangat Sasuke buat dapetin Sakura makin melemah. Ia sepertinya sudah tak punya harapan lagi.
.
"Dobe," panggil Sasuke, Narutopun menoleh, menatapnya dengan pandangan bertanya.
.
"Aku rasa agama Sakura terlalu banyak aturannya," ujar Sasuke.
.
"Jangan ngomong gitu! Setiap agama itu udah pasti memiliki aturan. Dan itupun untuk membuat umat-umatnya menjadi manusia lebih baik." tutur Naruto.
.
"Tapi...ah terserahlah. Aku pergi dulu" Sasuke tak jadi melanjutkan ucapannya, dan malah berpamitan pada Naruto untuk pulang.
.
"Kau mau kemana?" tanya Naruto penasaran.
.
"Aku ada urusan. Kau tak perlu tau," setelah berucap seperti itu, Sasukepun hilang dari pandangan Naruto.
.
"Dasar Uchiha! Selalu sok misterius" gumam Naruto, menyeruput sisa kopi milik Sasuke yang tadi sebenarnya untuk suguhan karena tlah bertamu di apartemennya. Tapi, kopinya malah tak dihiraukan sama sekali. Jadi dingin, deh. Kan sayang...
.
***
.
Sasuke kini berada di rumah seseorang. Dia kemari untuk mengambil proposal penting. Setelah itupun ia pamit pulang pada tuan rumah.
.
Tadi, sebenarnya sang tuan rumah telah menyuguhinya beberapa camilan juga minuman. Hanya karena gengsi sangat tinggi, ia tak mengambil satupun cemilan bahkan minumpun tak dihiraukannya. Tadi, juga di apartemen Naruto, Sasuke juga membiarkan kopi yang disuguhi Naruto dingin.
.
Hingga iapun kehausan di dalam mobil. Ia akhirnya mencari sebuah warung yang tak jauh dari rumah orang tadi. Ia mengendarai mobil itu dengan pelan sambil melihat kanan-kiri siapa tau ia menemukan warung atau toko yang menjual minuman, untuk melepas dahaganya.
.
Ia tersenyum tipis saat menemukan sebuah toko. Ia memakirkan mobilnya tak jauh dari toko tersebut. Ia menghampiri toko itu dan membeli satu botol air mineral dingin untuknya. Hari ini cuacanya memang panas. Telur di masak di bawah sinar matahari ini mungkin akan cepat matang. Saking panasnya.
.
"Tak ada uang kecil, tuan?" kata si penjual. Sasuke menggeleng sebagai jawaban. Bukannya sombong Sasuke memang tak punya uang kecil. Sungguh!
.
"Sebentar ya! Saya mau nukarin uang ini ke tetangga saya dulu!" ucap penjual toko itu pergi ke rumah tetangganya satu persatu untuk menukarkan uang Sasuke.
.
Sasuke menunggu dengan bosan. Ia masih memikirkan penolakan Sakura kemarin. Ia tak tau harus berhadapan dengan Sakura seperti apa. Ia malu dan gengsi jika harus bertemu. Apa pertemanan mereka hanya bisa sampai disini saja ya? Apa tak ada harapan lagi baginya untuk mendapatkan Sakura
.
Jika disuruh move on, kayaknya ia tak bisa karena ia sudah terlanjur cinta. Amat sangat mencintai Sakura. Kalaupun ia bisa melupakannya, butuh waktu yang sangat lama.
.
Tiba-tiba Sasuke mendengar sebuah suara seruan yang tak ia ketahui apa maksudnya.
.
'Allahu akbar Allahu akbar'
.
Ia menyimak suara itu. Suara itu sangat indah dan merdu. Entah kenapa ia merasa hatinya jadi tenang dan damai mendengar suara itu. Pikirannya yang tadi memikirkan Sakura, kini sirna.
.
"Tuan, ini kembaliannya" ucap si penjual mengagetkan Sasuke yang sibuk mendengarkan sang suara.
.
"I-iya. Terima kasih" Sasuke menerima uang itu.
.
"Itu suara apa ya?" tanya Sasuke pada si bapak penjual.
.
"Maksudmu adzan?"
.
"Adzan?"
.
'Asyhadu annamuhammadarrasulullah'
.
Tanpa sadar kakinya bergerak melangkah pergi. Tak peduli bahwa mobilnya masih disana. Ia pergi mengikuti suara yang dapat menenangkan hatinya itu.
.
Dan tibalah dia disebuah bangunan. Ia sepertinya tau bangunan apa ini. Ini kan masjid. Tempat ibadah orang yang beragama islam. Suara itu rupanya berasal dari masjid ini. Masjid Konoha. Masjid terbesar di Konoha.
.
Ia melangkah masuk melewati gerbang masjid. Iapun sampai di depan masjid. Ia terus mendengar suara itu, sampai seseorang menepuk pundaknya.
.
"Anak muda! Apa yang kau lakukan disini?" seorang kakek tua berpakaian putih dan berpeci bertanya pada Sasuke.
.
Sasuke tak menjawab ia hanya diam memandangi kakek itu.
.
"Cepatlah masuk! Ambil wudlu! Sebentar lagi mau sholat. Dengar sudah iqamah! Kalau begitu ojii-san duluan. Cepat nyusul." kakek itupun masuk ke dalam masjid itu.
.
Sasuke tak menghiraukan ucapan kakek tersebut. Ia tak begitu paham dengan ucapan kakek itu. Yang wudhu-lah, sholat, dan iqamah. Benar-benar membuatnya pusing.
.
Ia mengintip masjid dari luar. Ia melihat beberapa orang di dalam melakukan sebuah gerakan, entah gerakan apa itu. Seseorang yang berada di depan memimpin gerakan, sedang yang lain mengikutinya. Ia berpikir mungkinkah Sakura juga melakukan hal seperti ini? Apa ini adalah ibadah orang islam untuk tuhannya?
.
Sasuke yang saking seriusnya melihat gerakan sholat tersebut, tak sadar bila sudah selesai. Semua orangpun keluar dari masjid satu persatu.
.
Kakek tadi juga keluar dan melihat Sasuke masih berada ditempatnya. Kakek itupun menghampiri Sasuke.
.
"Kau masih disini? Kau tidak sholat tadi?" tanyanya. Sasuke sedikit tersentak melihat kedatangan kakek tua tadi.
.
"Emm...saya bukan orang islam" jawab Sasuke.
.
Kakek itu nampaknya terkejut. Ia mengira Sasuke adalah orang islam dan ke masjid untuk beribadah. Tapi, ternyata bukan.
.
"Maaf, saya pikir kau muslim. Apa yang kau lakukan disini?" tanya kakek itu penasaran. Pasalnya untuk apa coba orang nonmuslim ke masjid?
.
"E-ee.. itu.. aku tidak sadar, kakiku yang membawaku kemari. Kakiku berjalan sendiri tanpa kehendakku. Saat mendengar suara adzan" kata Sasuke, membuat sang kakek tertegun.
.
"Suara itu indah. Entah kenapa suara itu bisa membuat hatiku tenang. Aku yang tadinya banyak pikiran, sekarang pikiran-pikiran itu telah sirna" lanjut Sasuke.
.
Sang kakekpun tersenyum mendengar perkataan Sasuke.
.
"Bisakah kau membuatku masuk islam, ojii-san!" kata Sasuke sambil membungkukkan badannya. Sungguh perlakuan yang tak pernah ditampakkan oleh seorang Uchiha Sasuke. Pada kakeknya sendiri ia tak pernah membungkukkan badan didepannya. Sedangkan kakek tua yang baru ia kenal, ia dengan sukarela membungkukkan badannya demi agar bisa masuk islam.
.
Kakek itu tersenyum seraya mengangguk.
.
***
.
Keesokan harinya, Sasuke menuju masjid Konoha. Kakek tua kemarin menyuruhnya untuk datang ke masjid Konoha lagi. Katanya ia akan melakukan pengislaman Sasuke di masjid itu.
.
Sasuke tak sendirian ada sahabat pirangnya, Naruto juga ikut menemani. Sasuke pagi-pagi sekali menemuinya. Ia ingin Naruto menemaninya dalam proses pengislamannya.
.
Mendengar kabar itupun Naruto kaget dan ingin tau alasan Sasuke sebenarnya. Tapi, Sasuke malah langsung menyeretnya ke dalam mobil, katanya ia akan menjelaskannya nanti di mobil.
.
Naruto dari tadi menunggu Sasuke menjelaskan alasannya, tapi ia belum-belum juga mengatakan sepatah katapun padanya. Membuat Naruto jengkel sendiri dan berucap, "Kau bilang ingin masuk islam? sungguh?"
.
Sasuke mengangguk tanpa menolehkan kepalanya ke Naruto. Bagaimanapun juga ia sedang menyetir, iakan harus fokus pada jalanan, kalau tak mau tertabrak.
.
"Tapi, bagaimana dengan keluargamu,terutama kakekmu? apa mereka sudah tau?" tanya Naruto lagi.
.
Sasuke menghembuskan nafasnya sebelum menjawab, "belum," singkat Sasuke dengan nada frustasinya.
.
Keluarga Sasuke adalah keluarga yang taat dalam ibadahnya. Keluarga Sasuke selalu menyempatkan hari minggu untuk ke gereja. Kakek Sasuke juga adalah seorang pendeta terkenal di seluruh Jepang. Sasuke dari dulu sudah dididik untuk patuh terhadap agamanya. Jika mereka tau kalau Sasuke akan memeluk islam, mereka pasti terkejut dan kecewa pada Sasuke. Entah apa yang akan keluarganya itu perbuat padanya nanti jika tahu.
.
"Keluargamu bisa marah!" kata Naruto memperingati.
.
"Aku tau. Tapi, aku sudah dewasa. Ketika kecil mereka memang selalu menuntunku, menunjukkan sesuatu mana yang baik dan buruk. Tapi sekarang aku berhak menentukan jalan hidupku sendiri,"
.
Naruto menghela nafasnya pasrah, sanabatnya ini memang orang yang keras kepala. Tak ada gunanya ia terus memperingati Sasuke.
.
"Baik. Jika menurutmu itu yang paling benar, dan itulah yang terbaik untukmu. Aku akan selalu mendukungmu, karena aku sahabatmu. Tapi, cepat atau lambat keluargamu pasti akan tau,"
.
"Hn,"
.
"Sas, keiginanmu untuk masuk islam ini, apa ada hubungannya dengan Sakura?"
.
***
.
Disinilah Sasuke berada berhadapan dengan si kakek tua, dibatasi oleh sebuah meja kecil. Ada dua orang saksi yang menjadi saksi pengislaman Sasuke, yang dibawa si kakek. Ada Naruto juga disana yang ingin melihat pengislaman Sasuke.
.
Hingga akhirnya Sasukepun benar-benar menjadi islam, setelah membaca dua kalimat syahadat yang dibantu oleh si kakek.
.
"Alhamdulillah, kamu telah menjadi muslim sekarang" ucap si kakek.
.
"Terima kasih, kek." balas Sasuke.
.
"Setelah ini kau juga harus belajar sholat, wudlu, ngaji pokoknya semua ibadah yang dilakukan orang muslim. Biar ojii-san yang mengajarimu," ujar kakek.
.
"Sekarang?" tanya Sasuke.
.
"Hmm.. sebenarnya saya masih ada urusan. Besok saja. Ini alamat rumah saya. Kamu bisa datang diwaktu yang kau mau, Saya akan selalu siap mengajarimu. Oh, ya siapa namamu, anak muda?" tanya kakek itu, sambil menyerahkan kartu namanya pada Sasuke.
.
Sasuke pun mengulurkan tangannya untuk mengambil kartu nama kakek itu seraya berucap, "Uchiha Sasuke,"
.
"Kalau aku Uzumaki Naruto, ojii-san!" ucap Naruto tiba-tiba, yang sedari tadi diam.
.
"Dia tak menanyakan namamu, dobe" ucap Sasuke.
.
"Memang kenapa? Tak ada salahnya aku memperkenalkan diriku, iyakan ojii-san?"
.
Kakek itu hanya mampu tersenyum pada mereka sebelum pergi. Sedangkan dua saksi tadi telah pergi terlebih dahulu.
.
Sasuke kemudian menatap kartu nama yang diberikan kakek tadi seraya membaca, "Sarutobi Hiruzen."
.
tbc.
.

My ReligionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang