Chapter 9: Ketahuan Itachi

1.6K 160 1
                                    

Happy Reading.
.
"Nii-san?"
.
Mata Sasuke melebar melihat Kakaknya, Itachi berada di depan pintu kerjanya  tengah melihatnya juga dengan tatapan tak percaya.
.
Sasuke segera menyembunyikan buku itu dilaci meja kerjanya dan membenarkan posisi duduknya.
.
Itachi melangkah mendekat ke arah Sasuke. Ia memandang Sasuke dengan pandangan curiga. Sasuke sendiri hanya gugup dan was-was, ia takut kalau semisal kakaknya tadi melihat apa yang dilakukannya.
.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Itachi pada akhirnya dan penuh curiga.
.
"Y-ya tentu aku sedang mengerjakan laporan ini," jawab Saduke sedikit terbata dan pura-pura berkutat dengan laporannya.
.
"Apa itu?" masih dengan tatapan curiga, tatapan itu mengarah ke laci meja Sasuke.
.
"Apanya yang apa?"
.
Tingkah dan ucapan Sasuke membuat Itachi semakin curiga. "Buku yang kau masukkan ke dalam laci tadi. Aku ingin melihatnya!" katanya dan mendekati laci meja Sasuke.
.
Mata Sasuke melotot, Itachi ternyata tadi melihat apa yang dilakukannya. Mampus! Ia tak tau apa yang harus ia jelaskan pada kakaknya sekarang. Ia tak tau harus berbuat apa.
.
"Buku apa?" pura-pura tak tau.
.
Itachi tak menjawab, ia bermaksud untuk membuka laci meja Sasuke sendiri, tapi langsung ditahan oleh pemiliknya. Itachi menatap heran pada adiknya itu. Itachi semakin dibuat penasaran, dengan tingkah Sasuke seperti ini.
.
"Apa yang kau sembunyikan dariku?" tanya Itachi. "Tidak ada," bohong Sasuke.
.
"Jangan berbohong padaku, Sasuke" Itachi masih terus menarik laci meja Sasuke agar terbuka. Tapi, Sasuke juga tetap menahannya.
.
"Sasuke, lepaskan tanganmu! Aku ingin lihat!!" bentak Itachi. Sasuke tersingkap mendengar bentakan Itachi, dan akhirnya mengalah. Ia tak bisa melawan kakak yang disayanginya itu. Ia pasrah.
.
Nampak dari wajahnya, Itachi sepertinya terkejut dengan kenyataan yang ada dihadapannya ini. Saat ia mengeluarkan buku yang disembunyikan Sasuke, matanya melebar.
.
"Sasuke, ini?" matanya menatap tak percaya pada buku itu kemudian beralih ke Sasuke.
.
"Tuntunan sholat? Ini kan? Apa maksudnya ini?" Itachi memandang Sasuke dengan pandangan menuntut, ia ingin segera mendengar penjelasan adiknya itu.
.
Dan setelah mendengar pengakuan Sasuke, adiknya yang disayanginya itu, matanya membulat. Bagai tersambar petir di siang bolong. Ia tak mengira adik yang ia sayangi itu, adiknya yang selalu ke gereja bersamanya, adiknya yang dari kecil hidup di keluarga kristiani ternyata telah..
.
"Aku masuk islam, nii-san"
.
Lontaran yang keluar dari mulut Sasuke membuatnya lemas. Kenapa Sasuke secara tiba-tiba pindah agama? Kenapa ia tak memberitahunya lanhsung? Apa yang membuatnya seperti ini?
.
"Sasuke! Kau sadar dengan apa yang kau perbuat?! Setiap hari kau taat dalam beribadah, tapi kenapa kau? Aku tak tau apa yang membuatmu jadi seperti ini? Apa Sasuke?! Apa?!" emosi Itachi menyulut. Ia tak bisa menahan emosinya yang bergejolak itu.
.
"Nii-san!" Sasuke berdiri dihadapan Itachi. Tangannya ia kepalkan, perlahan tapi pasti ia menatap wajah emosi sang kakak. Ia tau didepannya ini adalah kakak yang disayanginya. Tapi, ia harus menjelaskan kenapa ia berbuat seperti ini. Ia harus membela dirinya sendiri. Ia merasa ini adalah hal yang terbaik baginya.
.
"Nii-san. Aku tau mana yang baik untukku dan yang bukan. Dulu sewaktu kecil, kaa-san dan tou-san memang berkewajiban untuk selalu menuntunku. Tapi, sekarang aku sudah dewasa, pemikiranku sudah matang. Orangtua kita sudah lepas kewajiban untuk mengurusku. Dan sekarang tak salah jika aku ingin menentukan jalan hidupku sendiri." jelas Sasuke.
.
Itachi tampak juga mengepalkan tangannya, "Baiklah, kau benar. Kau dewasa, kau mampu menentukan jalanmu sendiri. Tapi kenapa kau tidak memikirkan dirimu?! Kau tidak memikirkan keluargamu?! Kau tau jika kakek akan marah bila mengetahui hal ini?! Sejujurnya, aku tak terlalu mempersalahkan keputusanmu itu. Tapi, Ojii-san! Kita tidak tau apa yang akan jii-san tua itu lakukan padamu?! Aku hanya tidak mau kau kenapa-kenapa?! Jii-san itu keras, Sasuke! Dia akan melakukan apapun demi mempertahankan harga dirinya!" Itachi berucap sambil sedikit menggigit bibirnya.
.
"Aku hanya mengkhawatirkanmu,"
.
Sasuke menghela nafasnya.
.
"Nii-san, terima kasih sebelumnya. Tapi, aku sudah memutuskan hal ini matang-matang. Suatu hal yang kuputuskan tidak bisa diganggu gugat. Aku siap dengan apa yang dilakukan kakek padaku nanti. Jangan khawatir. Aku bisa jaga diri" Sasuke mencoba menenangkan kakaknya itu.
.
"Tapi, kenapa kau tak bilang hal ini padaku? Tak ada siapapun kah yang tau tentang hal ini?" sekarang Itachi mulai tenang. Emosinya kini mulai sirna perlahan-lahan.
.
"Maaf, sebelumnya. Aku hanya belum siap dan takut bila kau tak menyutujuinya. Tapi, dobe dia tahu" ujar Sasuke. kembali duduk di kursinya.
.
Tampak Itachi menghela nafas panjang, sepanjang-panjangnya.
.
"Setelah ini, kau akan memberitahu ayah, ibu dan kakek?" tanya Itachi dengan alis yang terangkat sebelah.
.
"Tentu tidak, nii-san. Kau tau sendiri, mereka akan marah" ucap Sasuke.
.
"Lalu?"
.
"Mungkin sebaiknya kita sembunyikan hal ini terlebih dahulu. Jika, sudah waktunya atau jika aku siap aku akan mengatakannya di depan mereka. Aku akan menerima segala kemurkaan ayah, ibu ataupun kakek." Itachi mengelus punggung adiknya itu, seolah ia ngin memberi semangat sang adik.
.
Meski, ia kecewa terhadap keputusan Sasuke. Ia akan tetap mendukung adiknya itu. Karena ia sangat menyayangi sang adik.
.
***
.
Seminggu telah berlalu, dan selama itu Sakura belum menemui Sasuke setelah kejadian di restoran. Ia merasa bersalah dan tidak enak pada Sasuke. Sudah berkali-kali dia mencoba menghubungi Sasuke, tapi tak ada balasan darinya. Apa Sasuke benar-benar marah padanya? Apa pertemanannya dengan Sasuke harus berakhir sampai disini? Arghh...kenapa ini begitu rumit?
.
"Ino, bagaimana dong?" Sakura kini tengah bersama dengan Ino, Hinata dan Tenten di salah satu kafe favoritnya juga sahabatnya. Disini Sakura meminta pendapatnya teman-temannya apa yang harus ia lakukan agar dia dan Sasuke kembali berteman. Ia juga sudah menceritakan perihal Sasuke yang pernah menembaknya juga dirinya yang menolak Sasuke.
.
"Aduhh.. gimana ya? Kau sudah mencoba mengabarinya?"
.
"Udah. Aku sudah kasih pesan ke dia, tapi gak dibalas. Ditelepon juga gak diangkat, bahkan beberapa kali ia juga pernah mematikan teleponku," ucap Sakura.
.
"Hmm... mungkin saat kau menolak Sasuke. Kau mengatakan hal-hal yang membuatnya tersinggung? Atau pada saat kau menolak, kau membentaknya sehingga membuatnya tersakiti," kata Tenten.
.
Sakura tampak berpikir kemudian berkata, "Masa sih? Perasaan gak ada tuh kata yang bikin dia tersinggung apalagi membentak,"
.
"Itu kan perasaanmu bukan perasaannya Sasuke," kata Tenten lagi.
.
"Sakura-chan, L-lebih baik kamu coba b-buat ngomong sama Sasuke-kun dengan b-baik-baik. T-temuin dia dan minta maaflah lagi dengannya," saran Hinata. Sakura sepertinya akan mengikuti saran Hinata, yang merupakan sosok sahabat yang lebih dewasa dan bijak dari Ino dan Tenten.
.
***
.
Disebuah ruangan berbau obat-obatan, tampak seorang pasien yang terbaring diatas ranjang sendirian. Ruangan itu gelap, tak ada lampu, hanya cahaya bulan remang-remang  yang meneranginya.
.
Sang pasien sudah lama menempati tempat itu dan tanpa meninggalkannya walau semenitpun. Karena saat ini sang pasien telah mengalami koma. Satu bulan telah berlalu, tapi tak sedikitpun ada kabar baik tentang kesehatan sang pasien. Dokter telah berusaha keras, tapi tak ada hasilnya.
.
Tanpa diketahui oleh siapapun, tiba-tiba jari telunjuk sang pasien bergerak-gerak, tapi tak lama setelah itu jari itu kembali diam seperti semula.
.
***
.
Dalam waktu seminggu lebih, Sasuke sudah hafal gerakan wudhu, sholat dan bacaan-bacaannya sekalipun. Ia juga sudah bisa menghafal bahkan membaca tulisan arab. Tak butuh waktu lama bagi Sasuke. Karena ia lahir dari darah uchiha, yang memang terkenal dengan iq-nya diatas rata-rata.
.
"Alhamdulillah, sekarang mungkin kamu harus lebih belajar untuk membaca al-qur'an. Dalam membacanya, kamu juga harus memperhatikan makhraj-nya. Jangan lupa juga untuk melaksanakan sholat! Karena sekarang kau sudah mampu untuk menjalankannya" tutur Hiruzen.
.
Sasuke mengangguk menanggapi.
.
"Setelah ini kau akan ke kantormu?" tanya Hiruzen.
.
"Hn, ada banyak tugas di kantor yang harusku kerjakan" jawab Sasuke.
.
"Tunggu!" cegah Hiruzen ketika Sasuke akan berdiri dari sofa miliknya.
.
Sasuke tentu menoleh ke sang guru pembimbingnya. Iapun kembali menghempaskan pantatnya ke sofa empuk milik Hiruzen.
.
Ia memandang Hiruzen dengan pandangan bertanya.
.
"Ini. Sempatkanlah membacanya ketika selesai sholat" ujar Hiruzen sambil menyerahkan sebuah al-qur'an ke hadapan Sasuke.
.
Sasuke melihatnya sejenak, kemudian beralih menatap Hiruzen. "Ini untukku?"
.
Hiruzen mengangguk sambil tersenyum. "Sebagai hadiah karena kau telah mampu menghafal gerakan sholat beserta bacaannya."
.
"Terima kasih, Hiruzen-sama"
.
Sasuke yang akan bagkit dari sofa, lagi-lagi ia urungkan niatnya saat ia melihat sosok orang yang dikenalnya masuk bersama dengan Konohamaru. Ia terkejut, kenapa sosok itu bisa kemari.
.
"Jii-san, lihat! Siapa yang kubawa?" ucap Konohamaru yang sepertinya habis pulang sekolah.
.
"Aku tadi bertemu dengannya dijalan. Dia bilang dia juga ingin kesini, katanya sih ada hal penting yang harus dibicarakan dengan jii-san, iyakan Sakura-nee?"
.
tbc
.

My ReligionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang