Bonus Chapter

2.8K 198 21
                                    

Oke, kali ini athor bikin bonus chap dari cerita author ini. Karena ada yang minta.
.
Sebagai author yang baik hati dan menghargai readersnya, jadi author mengabulkan permintaannya.
.
Jadi, selamat membaca!
.
Suasana kantin sekolah saat ini sedang ramai. Itu dikarenakan jam istirahat sudah berlangsung 5 menit yang lalu.
.
"Cho-cho, kau yakin akan memakan itu semua?" tanya seorang siswi berkacamata dan berhijab. Ia sedikit terkejut melihat makanan yang dipesan temannya, seperti ramen, yakishoba, omurice, burger dan beberapa snack tersaji di depan Cho-cho.
.
"Sarada, asal kau tau ya! Tadi, saat pelajaran olahraga, Lee-sensei menyuruh semua teman kelasku untuk berlari mengelilingi lapangan sebanyak 100 kali. Dia tak memandang laki atau perempun, semuanya suruh berlari," jeda sejenak. Gadis berkacamata yang dipanggil Sarada tadi, hanya diam mendengarkan keluhan Cho-cho. Dia tak heran lagi dengan perintah guru olahraganya itu. Menurutnya gurunya tak kejam, dia menyuruh seperti itu pasti ada alasan. Alasannya pasti agar muridnya itu sehat dan tubuhnya bugar. Hanya saja gurunya itu memerintahnya secara tiba-tiba dan tanpa memberitahu muridnya terlebih dahulu. Ya, kalo sepuluh.. ini 100, mana lapangannya lebar buaanget. Kalo dikasih tau dulu kan nanti muridnya bisa bersiap-siap.
.
"Aku kan capek. Perutku juga sangat lapar. Aku membuang banyak energiku. Aku yakin berat badanku tlah menurun drastis. Karena aku tak mau membuat orang-orang disekitarku panglin gara-gara tubuhku yang sekarang langsing. Aku akan membuatnya kembali seperti semula. Dengan memakan makanan ini,"
.
Sarada terkikik mendengar ucapan Cho-Cho. Karena apa yang diucapkannya tak sesuai dengan kenyataan. Mana bisa orang yang bertubuh gemuk tiba-tiba menjadi langsing hanya dengan lari 100x sehari. Nah, kalo berbulan-bulan mungkin bisa..
.
Cho-Cho mengernyit heran, "Kenapa kau tertawa?"
.
"Tidak. Bukan apa-apa. Kita lanjutin makan aja yuk!" Merekapun memakan makanan mereka dalam diam.
.
Tak jauh dari meja mereka, tiga orang tengah memandang sinis ke arah mereka. Terutama pada Sarada.
.
"Kau tau gadis berkacamata yang kepalanya ditutup pakai kain itu?" ujar salah satu dari mereka, bernama Wasabi.
.
"Hmm.. maksudmu Uchiha Sarada dari kelas VII-A itu?" tanggap temannya, yang bernama Sumire sambil menggoyang-goyangkan garpunya.
.
"Entahtah,, aku tak tau namanya" sambil mengendikkan bahunya.
.
"Aku heran, dengan penampilan anehnya itu. Apa dia gak gerah memakai pakaian yang tertutup itu? Padahal cuaca disini sangat panas sekali," ujarnya.
.
"Hmm..iya, sih. Tapi, setahuku dia berpenampilan tertutup seperti itu karena perintah dari agamanya. Sudah aturan gitu..Islam kalo gk salah.." jawab Sumire.
.
Satu dari mereka berucap, "Tou-sanku bilang, islam itu agama terorisme, suka nimbuli perpecahan, suka perang. Pokoknya agama yang menakutkan,"
.
"Serius?!" Wasabi dan Sumire melotot tak percaya mendengar perkataan teman mereka barusan, bernama Namida.
.
"Ihh..kalo gitu aku gak mau ah, temenan sama dia" ucap Wasabi.
.
"Iya. Ngeri.." setuju Sumire.
.
'Brak'
.
Tanpa mereka sadari, ada yang mendengar pembicaraan mereka sedari tadi. Mereka terkejut mengetahui bahwa orang yang jadi topik pembicaraan mereka ternyata mendengar percakapan mereka.
.
Dan kini Sarada berdiri menggebrak meja kantin dengan sangat keras. Tangannya mengepal, nafasnya memburu, matanya memancarkan sorot kemarahan. Ia perlahan menolehkan kepalanya ke tiga gadia tadi. Menatap tajam mereka satu persatu. Yang ditatap hanya diam ketakutan.
.
"Sarada, sudahlah. Jangan pedulikan mereka! Sabar ya!" ucao Cho-Cho mencoba meredakan emosi Sarada.
.
Saradapun menuruti kemauan sahabatnya, dengan duduk kembali ke kursinya. Meskipun amarahnya masih membara.
.
"Tarik nafas buang, tarik nafas buang," tuntun Cho-Cho agar Sarada mengikuti perintahnya.
.
Kini amarah Sarada mulai mereda. Merekapun kembali memakan makanan mereka dengan tenang, tanpa ada gangguan lagi. Karena rupanya tiga orang tadi sudah menghilang dari tempatnya. Entah kemana mereka pergi. Mungkin mereka takut.
.
***
.
"Assalamu'alaikum"
.
Sarada memasuki rumahnya dengan wajah murungnya. Membuat ibunya, Uchiha Sakura yang melihatnya mengernyit heran.
.
"Wa'alaikumsalam. Sarada kamu kenapa? Kok murung gitu? Ada masalah di sekolah?" tanya Sakura. Hmm.. yah.. setelah Sakura dan Sasuke menikah, setahun kemudian mereka dikaruniai anak yaitu, Sarada. Kini Sarada tlah berumur 13 tahun. Dia bersekolah di Konoha Junior High School. Sakura, dia memilih untuk berhenti dari pekerjaannya sejak dia hamil Sarada, karena ia ingin mengurus anaknya itu. Sedangkan Sasuke, dia kembali menjalankan perusahaan yang diberikan ayahnya kepadanya.
.
Sarada menatap wajah ibunya sambil tersenyum, "Tidak apa-apa kok, kaa-chan. Mungkin karena aku lelah. Tadi Shino-sensei memberikan banyak tugas di kelas."
.
Sakura menanggapinya dengan ber'oh'ria.
.
"Ya, sudah. Aku ke kamar dulu," Sarada berjalan menuju kamarnya, meninggalkan ibunya yang masih menatap bingung anaknya itu.
.
***
.
Hari berlalu begitu cepat. Tak terasa sekarang sudah hari jum'at. Persediaan makanan dikulkas pun hampir menipis. Seperti daging, telur, wortel, kubis dll. Tak ketinggalan juga pada tomat. Sayuran yang wajib mesti ada dikulkas. Jika tidak, suaminya akan ngambek padanya. Sasuke itukan suka makan tomat, mungkin bisa dibilang maniak, kali ya?
.
Dan hal itu mau tak mau membuat Sakura harus segera berbelanja ke supermarket.
.
Disinilah dia sekarang, supermarket langganannya. Dia sedang memilih-milih sayuran yang akan ia beli. Dia tlah memasukkan beberapa sayuran di keranjangnya.
.
Saat ia melihat daun selada, ia jadi teringat pada anaknya itu. Karena sayuran itu hampir mirip dengan nama anaknya, Sarada. Ia kepikiran tentang Sarada, yang akhir-akhir ini sering murung entah karena apa. Saat ditanyapun, anaknya selalu bilang baik-baik saja. Ia tau ada yang disembunyikan anaknya.
.
"Permisi, apa anda sudah selesai? Saya juga ingin mengambil sayur itu, tapi terhalang oleh anda," ujar salah satu pembeli juga kepada Sakura. Rupanya pembeli itu sudah dari tadi dibelakang Sakura dan menunggu Sakura pindah dari tempatnya. Karena ia juga ingin mengambil sayuran yang ada di depan Sakura. Tapi, malah terhalang oleh tubuh Sakura.
.
Sakurapun terperanjat. Ia sadar dari lamunannya. "Gomen," ucapnya, kemudian berlalu pergi menuju kasir untuk membayar semua belanjaannya.
.
***
.
Sakura saat ini sedang dalam perjalanan pulang.
.
Ia menaiki taksi. Memang sih, jarak rumahnya dengan supermarket itu agak sedikit jauh. Tapi, kualitas sayuran yang terjamin juga harga yang murah meriah. Mau tak mau membuatnya rela-relaan datang kesini. Padahal di dekat rumahnya juga ada supermarket.
.
Sakura sedari tadi hanya diam sambil memandangi kaca jendela taksi. Dapat ia lihat, beberapa orang berlalu lalang di jalanan, ada juga kendaraan yang melintas. Saat ini memang adalah waktu bagi para pelajar dan pekerja untuk pulang.
.
Ia jadi teringat lagi pada anaknya. Ia rencananya akan memasak makanan kesukaan Sarada. Ia sudah tak sabar. Mungkin saja dengan ini Sarada akan kembali ceria dan tak murung lagi.
.
Matanya membulat saat melihat sosok yang tak asing baginya dari luar jendela taksi.
.
"Pak, Stop! Stop!" Sang supir segera memberhentikan taksinya secara tiba-tiba dan menatap bingung ke belakang, tepatnya ke arah Sakura.
.
"Ehmm... saya berhenti disini saja!" ujarnya dan menyerahkan uang pada si sopir.
.
Setelah Sakura sudah keluar dari taksi, ia segera menyebrang menuju sosok tadi yang membuatnya terkejut.
.
Ia tak tau apa penglihatannya itu benar atau tidak. Tapi, ia berharap penglihatannya salah. Tidak mungkin apa yang dilihatnya itu terjadi!!
.
Sakura mempercepat langkahnya. Cepat dan semakin cepat. Bahkan ia mulai berlari.
.
Tubuhnya menegang, kaku. Matanya membulat melihat apa yang dilihatnya sekarang.
.
Dia...
.
Anaknya...
.
"Sarada?!"
.
Sosok yang ternyata adalah Sarada itu menolehkan kepalanya ke arah Sakura.
.
Sama seperti Sakura, tampaknya Sarada juga terkejut. Mulutnya menganga dan matanya melebar.
.
"Kaa-chan??"
.
***
.
"Kenapa kau lakukan ini, ha???" hal yang tak pernah Sakura lakukan pada anaknya, kini ia lakukan, yaitu membentak.
.
Sarada hanya menunduk takut.
.
Tadi, Sakura melihat Sarada bersama dengan seorang pemuda. Entah, Sakura tak tau siapa dia. Dan yang membuatnya sangat terkejut adalah.... yang membuatnya marah hingga membentak anaknya adalah...
.
Sarada melepas hijabnya.
.
Anaknya itu melepas identitas seorang muslimah.
.
Hatinya terluka dan sangat kecewa. Anaknya sudah membohongi dirinya. Anaknya sudah merusak kepercayaannya. Ia tak tau kenapa anaknya melakukan hal itu. Apa ini penyebab Sarada murung akhir-akhir ini?!
.
Sakurapun tadi menyeret Sarada untuk pulang, ia ingin Sarada menjelaskannya di rumah.
.
"A-ano.." Sarada masih menunduk ia tak tau harus menjawab apa.
.
"Sarada, jawab pertanyaan kaa-chan?!"
.
"Dan siapa laki-laki tadi?!" penuh penekanan.
.
"A-ano.. t-tadi dia cuma t-temanku kaa-san. Shinki," jawabnya takut-takut.
.
"Baiklah, kaa-chan bisa mempercayainya. Tapi, kenapa kau melepas hihabmu?! Kau tau hijab adalah identitas seorang wanita muslim. Sudah dianjurkan bagi para wanita untuk mengenakannya! Kau tau sendiri, kan??"
.
"Kaa-chan.."
.
"Kenapa kau mengkhianati kepercayaan kaa-chan?! Kau mau kaa-chan dan tou-chan masuk neraka karena kau membuka auratmu itu? Apa kau sudah tak sayang pada orangtuamu? Sarada, kenapa kau lakukan ini?"
.
Sarada hanya diam.
.
"Jawab Sarada jawab!" sambil menggoyang-goyangkan bahu anaknya.
.
Sakura tak mengerti sebenarnya apa yang dipikirkan anaknya itu. Tubuhnya melemas. Ia mendudukkan dirinya di kursi yang entah dari kapan ada disebelahnya. Air matanya mulai merembes keluar. Ia merasa sudah tak becus mendidik anak.
.
"Kaa-chan!" Sarada akhirnya mengeluarkan suaranya dengan nada tegasnya.
.
"Asal kaa-chan tau! Aku sudah lelah. Aku lelah terus dihina oleh teman-temanku!" kini nada suaranya agak meninggi.
.
"Setiap hari bahkan setiap menit, aku selalu mendengar penghinaan-penghinaan yang keluar dari mulut mereka. Aku malu!" Sarada mulai mengangkat kepalanya dan menatap ibunya.
.
"Mereka menghina cara berpenampilanku! Mereka menghina agamaku! Agama yang terorislah. Suka nimbulin konflik. Agama menakutkan. Sungguh aku malu! Aku malu memeluk agamaku sendiri!!"
.
'Plak'
.
Tanpa disangka-sangka, Sakura menampar wajah putrinya itu.
.
Sarada terkejut.
.
"Jangan sekali-kali kamu menghina agamamu, Sarada!" bentaknya.
.
Sarada masih terkejut dengan perlakuan ibunya itu. Tangannya memegangi pipi yang memerah bekas tamparan Sakura. Ia tak percaya jika ibunya tega menamparnya.
.
Air mata Sarada mulai mengalir melewati pipi dan terjun bebas hingga jatuh ke lantai keramik rumahnya.
.
"Kaa-chan, nampar aku?" Sarada langsung berlari menuju kamarnya. Ia menutup pintu kamarnya dengan sangat keras.
.
Sakura langsung tersadar dengan apa yang diperbuatnya. Ia menatap telapak tangan yang tadi menampar pipi Sarada. Kemudian ia menatap kamar Sarada. Ia menyesal.
.
'Puk'
.
Tiba-tiba ada yang menepuk bahunya pelan.
.
Sakura menoleh.
.
"Sasuke?"
.
"Kau melihatnya?"
.
"Hn, beri dia waktu dulu untuk sendiri. Aku akan menjelaskannya nanti" ucapnya.
.
***
.
'Tok tok tok'
.
Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar Sarada. Dan pelakunya adalah ayahnya sendiri, Sasuke.
.
"Sarada, ayo makan malam!"
.
"Aku tidak lapar," jawabnya dari dalam.
.
"Apa ayah boleh masuk?"
.
Sarada membukakan pintunya, setelah tadi membuat Sasuke menunggu, berdetik-detik.
.
Sasukepun masuk ke dalam kamar Sarada. Sasuke tampak mengernyitkan alisnya saat dilihat anaknya itu celingak-celingukan melihat keluar. Apa dia mencari ibunya?
.
"Kenapa?"
.
Sarada sedikit tersentak.
.
"Ah! tidak apa-apa," ucap Sarada lalu menutup pintunya. Ia kembali duduk di atas ranjangnya dan di samping Sasuke.
.
"Mencari kaa-chan?" tanya Sasuke.
.
"Tidak," Sarada langasung menyergah pertanyaan Sasuke.
.
"Hn," Sasuke manggut-manggut. Walaupun dia tau bahwa anaknya ini sedang berbohong.
.
Sasuke mengelus rambut hitam anaknya pelan dan penuh kasih sayang.
.
"Sarada, tou-chan tau apa yang terjadi tadi," ucapnya.
.
Sarada menatap wajah ayahnya langsung.
.
Sasuke menghentikan tangannya. Ia menatap serius sekarang wajah anaknya.
.
"Kenapa kau lakukan itu?"
.
"Jika tou-chan disini ingin memarahiku seperti kaa-chan, lebih baik tou-chan pergi dari kamarku," ucap Sarada.
.
Mendengar perkataan anaknya, hanya mampu membuat Sasuke menghela nafas.
.
"Kau tau? Kenapa seorang wanita disuruh untuk berhijab?" tanya Sasuke dengan nada yang lembut.
.
Sarada tak menanggapi, ia bahkan memalingkan wajahnya dari Sasuke.
.
"Itu adalah sebagai bukti ketakwaan kepada Allah. Ajaran kita menyuruh para wanita muslim berhijab tidak sembarangan. Itu ada alasannya. Seperti terhindar dari tindak kejahatan."
.
Sarada masih tak menghiraukan ayahnya itu.
.
"Sarada, apa kau mau kaa-chan dan tou-chan menanggung dosa karena kau tak mau berhijab?"
.
Masih diam. Membuat Sasuke menghela nafasnya lagi.
.
"Baik,"
.
"Sarada," panggil ayahnya dan Sarada tetap tak menyahut.
.
"Apa rasa malu yang membuatmu melepas hijabmu?"
.
"Memang, kaa-chanmu dulu saat berusia sama sepertimu dia belum berhijab. Tapi, dulu kaa-chanmu tak pernah malu menjadi seorang muslim. Dia adalah seorang muslimah yang rajin beribadah. Meskipun dia di sekolah, dia tetap sempat menjalankan ibadah sholat. Bahkan ada yang menghinapun, kaa-chanmu masih tetap tersenyum." Sarada tampak sedikit melirik ayahnya itu, sepertinya ia mulai tertarik dengan perkataan ayahnya.
.
"Kaa-chanmu dulu juga sering mendapatkan diskriminasi sama sepertimu. Tapi, perilakunya yang ceria dan selalu tersenyum, tak membuatnya sulit untuk mendapatkan teman. Bahkan seluruh sekolah menyukai pribadi kaa-chanmu,"
.
"Kenapa kaa-chan begitu? Kenapa aku tidak?" tanya Sarada, yang saat ini sudah
menghadap Sasuke.
.
Sasuke tersenyum melihatnya.
.
"Tou-san tak tau. Seharusnya kau tanyakan itu pada dirimu sendiri," ucap ayahnya, membuat Sarara sedikit bingung.
.
"Tapi, tou-chan apa benar yang dikatakan temanku kalau agama islam itu suka perang dan teroris?" Sarada menatap penuh tanya pada Sasuke.
.
"Menurutmu?"
.
Sarada lagi-lagi dibuat bingung.
.
"Sarada, apa tou-chan dan kaa-chan pernah mengajarimu untuk perang, berkelahi?"
.
Sarada menggeleng.
.
"Apa di dalam al-qur'an, seorang muslim diwajibkan untuk selalu berperang?"
.
Lagi, Sarada menggeleng.
.
"Dengarkan tou-chan,"
.
"Islam itu merupakan agama rahmatan lil alamin, agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan manusia. Dalam sebuah hadis, Allah melarang kita untuk membunuh hewan kecil, misalnya semut. Nanti diakhirat akan dimintai pertanggunggjawabannya. Apalagi manusia," jeda sejenak.
.
"Mengenai tanggapan islam selalu perang dan terorisme, itu salah. Itu bukan islam. Hanya saja itu adalah sebuah kepercayaan yang mengatasnamakan islam. Padahal islam bertentangan dengan itu semua. Islam selalu mengajarkan kedamaian, kerukunan antarsesama manusia."
.
"Kau tau sendiri, kan? Kalau kita dilarang marah kepada seseorang lebih dari tiga hari,"
.
"Kau tau bila dulu tou-chan bukan seorang muslim. Tou-chan memeluk agama islam salah satunya adalah dengan mengetahui keindahan islam itu sendiri. Bahkan sekarang tou-chan merasa lebih tenang dan nyaman setelah menjadi muslim. Tou-chan bahkan bangga pada diri ayah sendiri. Kenapa kamu tidak?"
.
Sarada diam, ia menunduk. Sepertinya ia sedang merenungi apa yang tadi diucapkan tou-channya.
.
Ia menyesal melepas hijabnya. Ia juga menyesal mengkhianati kepercayaan orangtuanya padanya dan ia juga menyesal tadi telah membentak Sakura.
.
Air matak terasa meluncur bebas. Ia menangis. Sasuke yang melihat itupun mengelus pucuk kepala anaknya perlahan.
.
"M-maafkan aku hikss.. tou-chan,"
.
"Hn, tak apa"
.
"Hiks.. aku menyesal,"
.
Tangan Sasuke yang tadi digunakan untuk mengelus kepala Sarada kini berpindah ke pipi anaknya itu. Ia menghapus air mata anaknya yang keluar.
.
"Hn, ayo kita makan malam. Kaa-chan sudah menunggu." ujarnya.
.
"Tou-chan, apa kaa-chan mau memaafkanku?" tanyanya penuh harap.
.
Sasuke tampak berpikir sejenak, "Hmm.. jelas. Dia adalah kaa-chanmu. Kaa-chan mana yang tak memaafkan kesalahan anaknya,"
.
Mendengar itu, membuat Sarada tersenyum kembali. Merekapun segera keluar dari kamar dan makan malam.
.
Dan benar saja, Sakura langsung memeluk anaknya setelah melihat Sarada ada di ruang makan. Saradapun minta maaf pada Sakura, pastinya Sakura memaafkan Sarada. Entah kenapa Sarada merasa makan malam ini adalah makan malam yang berharga baginya.
.
***
.
"Aduh, aku lupa! Uangku ketinggalan di rumah, bagaimana ini??" ucap Namida.
.
Tiga serangkai, Namida, Wasabi dan Sumire tengah berada di kantin, dan tujuan mereka ke kantin, jelas untuk makanlah.. Dan ketika ia selesai makan, Namida ingin membayar semua makanan temannnya, nraktir gituhh... Tapi, ternyata ia lupa uang. Mana tadi yang dipesen sahabatnya banyak lagi.
.
"Kamu ini gimana, sih? Niat nraktir, gak di cek dulu uangnya!" kesal Wasabi pada Namida.
.
"Sudah..sudah kalian jangan bertengkar. Sebentar aku liat dulu dompetku," ucap Sumire, mengeluarkan dompetnya. Saat ia melihat uang yang ada di dalam dompetnya, ia menghela nafasnya.
.
"Teman-teman, uangku kurang nih.."
.
Wasabi berdecak, "Ini salahmu Namida,"
.
"Kok aku sih? Lagian kamu tuh makannya banyak banget!!" Namida tak terima disalahin Wasabi.
.
"Justru kamu! Ngajak nraktir, tapi gak ada duit!"
.
"Bukan gak ada, ketinggalan! Lagian kemarin aku udah nraktir kalian. Daripada kamu, gak pernah nraktir sama sekali. Pengennya aja ditraktir,"
.
"Oh, jadi kamu gak ikhlas nraktir kita?!"
.
"Kamu kok jadi nuduh gitu?! Aku tuh bukannya gak ikhlas!!!"
.
Sumire yang melihat kegiatan adu mulut antarkedua sahabatnya, hanya bisa diam dan cemas.
.
"Berhenti dong!" Sumire mencoba menghentikan kedua sahabatnya, tapi sahabatnya tak menghiraukannya. Sampai...
.
"Heh! Kalian ini jangan berantem disini?! Cepet bayar! Udah kenyang gak mau bayar malah berantem! Gak ada duit?" Ibu kantin memarahi ketiga siswi tadi.
.
Ketiga siswipun hanya menunduk ketakutan. Ibu kantin ini memang sangat galak sekali, kalau marah bisa banting meja. Pernah ada siswa yang utang, ibu kantin langsung ngeluarin otot-otot lengannya dan siswi itupun pingsan langsung dibawa ke UKS.
.
"Ada dua pilihan, pertama kalian cuci semua piring itu atau habis ditangan saya. Hahaha..." ucap ibu kantin sambil tertawa jahat. Ketiga siswi yang ketakutan itupun langsung berpelukan seperti teletubies.
.
"Ini, biar aku yang bayar" terlihat tangan seseorang menyerahkan beberapa lembar uang kepada ibu kantin. "Sekalian punyaku juga,"
.
Ibu kantin menatap heran sejenak, kemudian mengambil uang yang diserahkan orang itu padanya. "Baiklah,"
.
Namida, Wasabi, dan Sumire menatap orang yang dengan berbaik hati mau membayar makanannya.
.
Mereka terkejut melihat orang itu ternyata adalah Sarada.
.
"Sarada?!"
.
Sarada hanya tersenyum menanggapi.
.
"L-lain kali akan kuganti kok" ucap Namida.
.
Sarada masih tersenyum dan berkata, "Tak perlu. Aku ikhlas. Bye!" Sarada pamit meninggalkan mereka bersama dengan Cho-Cho yang sedari tadi ada disampingnya.
.
Ketiga siswi yang dulunya pernah menghina Sarada hanya menunduk malu. Padahal mereka pernah menghina Sarada. Tapi, Sarada malah berbuat baik pada mereka.
.
"Aku kagum padamu Sarada," ucap Cho-Cho yang berjalan lebih depan dari Sarada. Mereka saat ini akan menuju ke kelas, mengingat bel masuk akan berbunyi sebentar lagi.
.
Sarada lagi-lagi tersenyum menanggapi. Sarada sekarang kembali berhijab, kembali pada penampilannya dulu dan rasa malu yang dulu ada di hatinya kini hilang. Ia akan terus percaya diri dengan penampilannya seperti ini.
.
Ia yakin dengan penampilannya seperti ini, takkan membuatnya sulit untuk mendapatkan teman dan lancar menjalankan pembelajaran di kelas. Sama seperti ibunya.
.
Anggapan yang dulu ia buang sia-sia.
.
Ia tak peduli dengan hinaan orang lagi. Jika dihina, ia akan tetap tersenyum. Ia akan terus menebar kebaikan kepada seseorang, agar orang itu tau bahwa islam bukanlah agama yang suka perang justru agama islam adalah agama yang suka menjalin perdamaian.
.
Ia bangga. Bangga pada dirinya. Bangga karena ia seorang muslim. Ia akan terus mempertahankan hijabnya sampai ajal nanti menjemputnya. Karena, "Islam adalah agamaku"
.
End.
.
A/N:
.
Yeah, akhirnya selesai juga. Gimana? Jelek? Ngebosenin? Biasa aja? Sorry 🙏🙏🙏
.
Dan buat Cherryss1039, ini thr-mu. Moga suka ya? Kalau jelek, maaf🙏
.
.
.
Udah, kan? Gak ada yang minta bonchap lgi??? Author bingung kalo disuruh buat bonchap lagi!! Jadi, udah aja ya!
.
😘😘

My ReligionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang