Chapter 17: Pilihan

1.3K 146 9
                                    

Happy Reading
.
Sasuke tengah berada di dalam mobilnya. Ia akan menuju mansion Uchiha. Itachi memintanya untuk segera kesana, entah apa tujuannya. Padahal dia tadi sedang berada di kantor, tiba-tiba Itachi menelponnya memintanya untuk ke mansion Uchiha. Sasuke yang bertanya ada apa tak dijawab oleh Itachi. Itachi hanya bilang untuk cepat kesana, karena ini penting dan jangan terkejut, persiapkan dirimu dengan apa yang akan terjadi nanti.
.
Sungguh membuat Sasuke penasaran, tak biasanya Itachi seperti itu. Sasukepun segera mempercepat laju mobilnya, daripada rasa penasarannya membesar.
.
***
.
Sasuke telah sampai di mansion Uchiha. Dia merasakan hawa aneh di dalamnya. Ia tak tau kenapa semua keluarga Uchiha kumpul di ruang tengah. Ada itachi, ibunya, ayahnya, pamannya, bibinya dan ada juga kakeknya. Ia tak tau ada apa ini. Yang tambah membuatnya bingung adalah mereka semua memandangnya sinis.
.
Ayahnya tiba-tiba menghampirinya. Dia berdiri tepat dihadapan Sasuke. Dan hal yang tak pernah terbayangkan oleh Sasuke adalah....
.
'Plak'
.
Sang ayah menampar pipinya sangat keras dihadapan keluarga Uchiha. Sasuke memegang pipinya yang masih terasa nyeri. Dia menatap bingung ayahnya. Dia tak mengerti kenapa ayahnya melakukan ini.
.
Sang ibu, Mikoto hanya memejamkan matanya. Ia tak kuat melihat anaknya diperlkukan seperti itu. Sedangkan Itachi, dia hanya bisa menatap iba sang adik.
.
"T-tou-san?"
.
"Dasar anak gak tau diri?! Kenapa kau membuat malu keluarga Uchiha?! Terutama pada jii-sanmu. Untuk apa kau mempunyai otak, jika kau tak mau berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak!!!" bentak Fugaku tepat di depan Sasuke.
.
Sasuke makin bingung, ayahnya ini berbicara tentang apa? Kenapa ayahnya marah?
.
"A-apa maksud tou-san?"
.
"Jangan sok tidak tau!!! Kau pikir kita semua tak tau apa yang kau perbuat, apa yang kau sembunyikan, ha??? Kau telah masuk islam, kan?"
.
Sasuke terkejut mendengar kalimat terakhir ayahnya. Kenapa ayahnya bisa tau? Darimana ayahnya itu tau? Apa kakanya yang memberitahuya? Tapi, tidak mungkin. Kakaknya itu selalu ingi melindunginya. Jadi, tak mungkin kakaknya yang melakukannya. Atau ini ulah Sai. Sai adalah orang yang baru ia beritahu tentang hal ini. Tapi, tidak mungkin juga ini karena Sai, dia adalah sahabatnya. Begitu juga dengan Naruto.
.
"Kenapa kau diam?" tanya Fugaku.
.
"Tou-san, aku bisa jelaskan!" ucap Sasuke.
.
"Aku tak butuh penjelasanmu, anak tak tau diuntung!"
.
Madara tiba-tiba berjalan menghampiri Sasuke dengan tongkat. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Sudahlah, Fugaku. Jangan kasar lagi dengannya," ujar Madara.
.
"Tapi, tou-san-.."
.
"Sudah kasihan dia..." sambil mengelus pipi Sasuke yang kena tampar. Sasuke mengernyitkan alisnya mendapat perlakuan seperti itu dari kakeknya. Karena sosok kakeknya itu terkenal dengan ketegasannya, orang yang keras dan keegoisannya. Apa kakeknya itu tak marah? Apa kakeknya bisa menerima ini semua?
.
"Jangan seperti itulah..."
.
Tiba-tiba....
.
'Plak'
.
'Plak'
.
'Plak'
.
'Plak'
.
'Plak'
.
Tamparan bertubi-tubi ia dapatkan dari Madara. Sasuke awalnya terkejut, tapi ia akan menerima ini semua. Ia sudah berjanji kalau ia akan terima segala amukan dari keluarganya tanpa menolak.
.
Mokoto yang menutup matanya kini ia tutup juga telinganya. Ia tak kuat melihat anaknya ditampar dengan sadis oleh kakeknya. Ia menyandarkan tubuhnya di badan anak sulungnya itu sambil terisak. Betapa pedihnya melihat anaknya disiksa seperti itu. Bagaimanapun juga ia adalah seorang ibu. Meskipun kecewa, ia tetap menyayangi anaknya itu. Mana ada sih ibu yang tega melihat anaknya yang disiksa seperti itu. Tapi, dia tak kuasa untuk menghentikan ini semua.
.
"Kau cucu kurang ajar!"
.
"Kau tau bahwa jii-sanmu adalah pendeta terkenal di Jepang. Yang selalu dihormati dan disegani semua orang. Dan dalam sekejap kau ingin mempermalukan jii-san di depan semua orang dengan kau yang notabene-nya adalah cucuku memeluk agama lain. Kau ingin menghancurkan harga diri jii-san. Kau tak memikirkan aoa yang akan orang lain katakan pada jii-san,"
.
"Jii-san, aku tak ber-..." belum sempat Sasuke menyelesaikan perkataannya, Madara telah memotongnya.
.
"Kau adalah cucu kesayangan jii-san. Kau yang selalu jii-san bangga-banggakan. Tapi, kenapa kau tega bertindak seperti ini? Padahal dulu sejak kecil kami selalu mendidikmu dalam ajaran agamamu. Tapi, kini kau malah meninggalkan agamamu dan pindah ke agama lain dan itu demi seorang wanita" katanya.
.
Sasuke menautkan alisnya, seraya bertanya, "Apa maksud jii-san?"
.
"Kau begini karena seorang wanita, kan? Seorang wanita bernama Haruno Sakura. Kau rela-relaan meninggalkan agamamu demi dia, iyakan? Sadar kau Sasuke! Pikiranmu telah diracuni olehnya!"
.
"Jii-san, ini tak ada sangkut pautnya dengan Sakura. Ini real keinginanku. Jii-san jangan berkata yang tidak-tidak tentang Sakura. Dia adalah wanita baik. Lagipula, jii-san tau ini semua dari mana?"
.
"Kau membelanya seperti itu karena kau menyukainya, kan? Jika, Karin tak memberitahukan ini semua, entah apa yang akan perempuan itu lakukan padamu lebih lanjut,"
.
Sasuke sedikit terkejut, jadi Karin yang mengatakan hal ini. Tapi, tau dari mana dia? Dobe? Apa ini ulah dobe??
.
"Jii-san, Aku sudah besar aku berhak untuk menentukan keputusanku. Aku juga sudah mempertimbangkan hal ini matang-matang. Aku merasa agama yang aku peluk sekarang adalah agama yang benar," kata Sasuke.
.
"Kau memang susah diberi tau," geram Madara.
.
"Jii-san juga susah untuk menerima keputusanku. Jii-san selalu egois. Jii-san selalu bertindak sesuka jii-san. Tanpa mempedulikan anak dan cucu jii-san sendiri,"
.
'Plak'
.
Lagi-lagi Madara menampar pipi Sasuke.
.
"Sekarang kau berani menjawab ya! Ini pasti gara-gara perempuan tak tau diri itu!"
.
"Jii-san cukup!" bentak Sasuke.
.
Semua orang yang ada disana sungguh terkejut melihat perlakuan Sasuke. Mereka tak pernah membayangkan jika Sasuke akan membentak kakeknya yang disegani keluarga Uchiha.
.
"Kau berani membentakku?!" Madara tak terima dan membalas bentak Sasuke.
.
"Kenapa?! Aku tidak peduli! Aku tak terima jii-san menjelek-jelekkan Sakura," ucap Sasuke.
.
"Apa bagusnya wanita itu. Daripada kau memilih wanita itu lebih baik kau pilih Karin. Karena aku akan menjodohkanmu dengannya. Aku akan menikahkanmu dengan Karin, Sasuke!" ucap Madara, membuat Sasuke terkejut.
.
Kakeknya ini ingin menjodohkannya dengan perempuan gila seperti Karin? Yang benar saja?!
.
"Aku tidak mau!" tolak Sasuke mentah-mentah.
.
"Mau gak mau, kau harus mau! Kau juga harus kembali memeluk agamamu yang sebelumnya. Akan kuberi dua pilihan!" ucap Madara.
.
"Apa?"
.
"Pilih Wanita itu atau Keluargamu"
.
Sasuke lagi-lagi dibuat kaget oleh pilihan dari sang kakek. Dia disuruh untuk memilih Sakura atau keluarganya? Ia sungguh tidak bisa. Ia menyukai Sakura dan ia juga sayang kepada keluarganya.
.
"Aku tak bisa memilihnya!"
.
"Kau harus membuat sebuah keputusan. Jika kau memilih wanita itu kau boleh bertindak sesukamu tapi, kau akan aku coreng dari daftar keluarga Uchiha termasuk warisannya dan kau tak boleh kemari lagi. Siapapun dari keluarga Uchiha tak boleh ada yang membantunya. Jika ketahuan, kalian akan bernasib sama dengan dia. Jika kau memilih keluargamu, kau harus meninggalkan wanita itu dan menikahlah dengan Karin, kau juga harus kembali ke agamamu yang dulu" jelas Madara, yang membuat semua orang terkejut.
.
Sasuke masih berpikir. Ia tak mungkin meninggalkan agamanya. Ia tak mau jadi orang yang murtad. Ia sudah memegang teguh agama islam. Dia tak mungkin kembali memeluk agamanya dulu. Tapi, ia sangat menyayangi keluarganya. Ia tak mungkin meninggalkan keluarganya. Apalagi ia harus memutus tali silahturrahim dengan keluarganya.
.
"Maaf, aku tak mungkin meninggalkan agamaku.."
.
"Baiklah itu berarti kau aku coreng dari daftar nama keluarga Uchiha," tegas Madara.
.
Ibu Sasuke semakin terisak mendegarnya. Itachipun mengelus punggung ibunya, memberi kekuatan pada sang ibu.
.
"Sekarang tunggu apalagi, pergi kau dari sini!" perintah Madara.
.
Sasuke yang akan pergi, ia urungkan niatnya saat mendengar perkataan Madara.
.
"Kau harus menyerahkan semua fasilitas yang keluarga Uchiha berikan padamu. Kunci mobil, ponsel, dan semua uangmu"
.
Sasukepun meletakkan barang-barang yang disebutkan Madara ke atas meja. "Aku juga tak butuh ini. Harta bukanlah segalanya, untukku jii-san"
.
Sasuke yang akan pergi lagi-lagi dicegah oleh seseorang.
.
"Sasuke..." ibu Sasuke yang tak kuasapun berlari memeluk Sasuke. Itachi hanya diam ditempat dan menatap nanar pemandagan didepannya.
.
Sasuke sebenarnya sedih, ia tak ingin meninggalkan keluarganya termasuk ibunya. Ia sangat menyayanginya. Tapi, ini demi islam. Demi agamanya. Ia tak ingin dibenci oleh Allah Swt.
.
"Nak, jangan pergi! Tarik kata-katamu kembali. Pilihlah keluargamu. Apa kau ta sayang pada ibumu, nak. Sasuke..hiks.." sambil sesekali terisak.
.
Sasuke mengelus rambut ibunya. "Kaa-san, aku tak bisa merubah keputusanku. Aku saaangat menyayangi kaa-san dan semua keluarga Uchiha. Tapi, aku tak bisa meninggalkan agamaku,"
.
"Sasuke..hiks.." masih memeluk Sasuke. Ia kemudian bersujud di kaki Sasuke.
.
"Apa kaa-san harus bersujud di hadapanmu agar kau tak pergi hiks.."
.
"Ibu jangan seperti ini.." Sasuke mencoba untuk membangunkan ibunya.
.
"Mikoto, sudahlah! Untuk apa kau bersujud seperti itu di depan anak tidak tau diri ini. Jika itu sudah menjadi keputusannya, biarlah! Kau tak mau nasibmu jadi seperti dia, kan?" kata Fugaku menghampiri Mikoto lalu menarik tangannya ke atas agar istrinya itu berdiri.
.
Sasuke menghembuskan nafasnya terlebih dahulu dan tersenyum kepada semua keluarga Uchiha yang tak menanggapinya.
.
"Aku pergi," katanya lalu membalikkan badannya dan mulai melangkah untuk pergi.
.
"Sasuke..." teriak Mikoto yang tak rela anaknya itu pergi. Fugaku masih memegangi Mikoto agar ia tak menghentikan Sasuke untuk pergi lagi.
.
***
.
Disinilah Sasuke. Berjalan sendirian tanpa arah dan tujuan. Dia tak tau harus pergi kemana. Ia seperti seorang gembel yang tak punya apa-apa.
.
Pikirannya tiba-tiba terarah pada guru agamanya, Hiruzen. Ia mungkin akan kesana. Mungkin Hiruzen akan menerima Sasuke tinggal disana. Tapi, jarak menuju rumah Hiruzen cukup jauh. Butuh berpuluh-puluh kilometer untuk kesana. Ia juga sudah tak punya uang. Ia tak mungkin naik bis tanpa mengantongi uang sepeserpun. Yahh..ini adalah sebuah perjuangannya. Ia akan lewati ini semua.
.
Tiba-tiba mobil berhenti tepat disampingnya. Membuat Sasuke mengernyitkan alisnya.
.
Ia sepertinya tau mobil ini milik siapa.
.
"Itachi?"
.
Tampak Itachi dari jendela mobil yang sengaja dibukanya.
.
"Masuk!" perintahnya.
.
Sasuke masih diam berpikir.
.
Itachi berdecak, "Masuk, Sasuke!"
.
Hingga akhirnya Sasuke masuk ke dalam mobil Itachi.
.
"Kenapa kau menyusulku?" tanya Sasuke setelah mobil dijalankan oleh Itachi.
.
"Mana tega aku melihatmu jadi gembel seperti ini," kata Itachi tanpa menolehkan kepalanya ke Sasuke, fokus pada jalanan.
.
Sasuke mendengus mendengar perkataan Itachi.
.
"Ibu juga menyuruhku untuk melakukan ini. Dia sangat khawatir padamu. Dia menitipkan uang ini padaku untukmu" Itachi menyerahkan uang kepada Sasuke.
.
Sasuke tampak diam dan berpikir.
.
"Sudahlah terima saja!" ucap Itachi.
.
Sasukepun menerimanya.
.
"Kau akan aku sewakan apartemen," ucap Itachi.
.
"Tidak perlu. Antarkan saja aku ke guru agamaku. Aku akan tinggal disana. Aku tak mau kau terlibat dalam masalahku, Itachi." kata Sasuke. Ia sangat menyayangi Itachi. Dia tak mau Itachi juga terkena masalah karena dirinya.
.
"Dan bilang pada ibu, jangan khawatir padaku. Aku baik-baik saja. Jangan mengirimiku uang lagi. Aku akan coba hidup mandiri dengan mencari pekerjaan" kata Sasuke.
.
Itachi sesekali menoleh ke Sasuke, seraya berkata, "Apa aku perlu membantumu untuk mencari pekerjaan?"
.
"Tak perlu,"
.
tbc
.
A/N:
.
Hiks..hiks..hiks.. 😭😭
Kasihan aku sama Sasuke, ditmpar bolak-balik ama kakeknya.
Wajahnya jadi gimana???
Gak tega jadinya....
Yang tabah ya, Sas...
.
Gomen, ngebut lgi...
Gomen, juga klo masih jlek...
.
Smpai ketemu di chap. slanjtnya...
Bye...👋👋

My ReligionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang