cinta sampai halal part 7

3.7K 101 0
                                    


Kali ini,aku bangun lebih pagi. Seusai sahur dan shalat subhu,aku berencana hendak berjalan-jalan pagi. Sekalian merasakan kembali suasanah pagi, di tempat ini.

3 tahun silam,berjalan pagi atau lari pagi adalah rutinitas ku yang tidak bisa terlewatkan. Minimal 30 menit,aku harus merenggangkan otot-ototku agar tidak sulit untuk bergerak.

Biasanya aku akan berjalan-jalan kaki atau berlari-lari kecil di tempat.

Dan setelah pulang dari jalan pagi,biasanya aku langsung bergegas ke taman belakang,memberi makan ikan di kolam,membantu bi ija dan pak mamang di kebun belakang.

_
Segera aku memakai sepatuku,dengan stile aneh mungkin dipandangan orang,tapi bagiku ini adalah sesuatu yang menyenangkan pada diriku.

Berbeda,yah berbeda dengan orang kebanyakan yang jika berlari pagi akan memakai celana lejing,kaos tipis,topi,sepatu dan aksesoris lainnya. Sedang aku sebaliknya,dengan rok panjang dan baju berlengan panjang tidak tipis.

Yah semua orang punya stile masing-masing,hak mereka mau berpenampilan bagaimana,asal mereka nyaman saja.

"Alwa kan?" seseorang menyuarakan namaku saat aku baru saja keluar dari pintu pagar rumahku hendak menutupnya kembali. Aku menoleh padanya yang ada dibelakangku.

Aku memandanginya penuh tanda tanya. Dia cantik dan aku baru melihat wajahnya.

Kok dia bisa tahu namaku sih?

"Hey,apa kamu lupa sama aku? Aku rara teman SMP kamu."

"Hah rara,siapa?" aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal sembari mengingat siapa RARA.

"Rara..." lirihku

"Iya aku rara."

"Rara? Seingatku teman SMPku yang nama rara tidak ada. Yang ada itu rana putrianingsih "

"Itu aku." aku melongo menatapnya takjub.

"Subhanallah...."

"Hey,kamu kenapa wa?"
Tanyanya keheranan.

"Kamu beda banget yah sekarang." pujiku sembari tersenyum. Diapun ikut tersenyum dengan menampilkan gigi gingsulnya yang cantik.

"Masah sih..." seraya memegangi rambutnya yang terurai rapi sejajar bahu. Dia terlihat malu-malu.

"Bener."

"Makasih deh kalau gituh wa,baru kamu yang muji aku loh... Hehe.
Oh iya,kamu mau kemana nih?" tanyanya

"Aku mau jalan pagi. Kamu?"

"Sama,aku juga. Kita barengan aja." ajaknya.

"Yukk..."

Kamipun akhirnya berjalan bersama-sama.

"Kita duduk disituh yuk.."
ajakku menginstruksikan kepadanya seraya menunjuk bangku yang kosong didekat pohon hias. Karena dirasa sudah lebih 15 menit kami berjalan.

"Yukk..." lalu kamipun duduk.

"Kamu haus?" seraya menyodorkan sebotol aqua padanya.

"Oh terimakasih,aku tidak haus." tolaknya.

"Oky,no problem." sembari tersenyum padanya. Kami hening sejenak.

"Oh iya,kok kamu tahu aku sih?"

"Apa kah sulit mencari sosok salwa putri kumaira"
Aku mencubit lengannya.

"Aw,sakit wa. Aduh kebiasaannya tidak pernah hilang nih..."

"Kamu sih ditanya serius malah becanda."

"Oky oky,tapi kamu harus jawab jujur dulu sama aku."

"Jujur apaan?"

"Apa yang membuatmu berubah 99 % seperti ini?" dia memandangi penampilanku.

"Menurutmu apa?"

"Hum apa yah...?" matanya menerawang keangkasah.

"Hayo apa..."

"Tidak tahu wa. Hehe..." tawanya dengan menampilkan jejeran giginya.
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku.
"Ehy,kok kamu malah nanya aku sih,kan seharusnya kamu yang jawab pertanyaan aku." ucap rara yang seketika membuat aku tertawa. Ternyata kebiasaan lucunya belum hilang sampai sekarang. Penampilannya emang bisa berubah tapi sifat lucu dirinya belum hilang.

"Udang dongk ketawanya." pintanya.

"Hehe.. Oky oky." jawabku.
" kamu sendiri,apa yang membuatmu merubah penampilanmu seperti ini?" tanyanya
Seraya menatapku.

"Pola pikir." jawabku .

"Pola pikir yang gimanah?"

"Dewasa. Karena jika pola pikir kita dewasa,maka kita akan mampu menyikapi setiap permasalahan dengan santai tanpa merasa sesuatu itu adalah beban untuk kita. Dan Intinya kedewasaanlah yang membuat aku ingin berubah. Kan tidak mungkin dizaman canggih seperti ini,penampilanku seperti siti nurbaya melulu. Hehe..." lalu kami tertawa bersama.
"Oh iyah,kok kamu bisa tahu aku alwa? Sedangkan setelah pelulusan,kita berpisah dan ikut orangtua kita masing-masing." tanyaku kembali. Pertanyaan yang sedari tadi masih melayang-layang di kepalaku.

"Kemarin,aku tidak sengajah lewat depan rumahmu saat jalan pagi. Pagi itu,ayah kamu sedang duduk di teras rumah. Akukan tahu wajah ayah kamu karena waktu kita sekolah,tiap pengambilan rapor,orangtua kita yang selalu mewakilkan. Iya kan?" aku mengangguk. "Dan untuk memastikan itu,aku kembali lagi. Pagi ini aku berjalan pagi itu,aku sengajah biar tahu kebenarannya,apakah bener dugaanku atau salah. Ehy dan ternyata bener." jelasnya sembari tersenyum.

"Lalu aku samperin deh..."lanjutnya.

"Emang,kamu orang yang peka ama sahabat sendiri." ucapku seraya memeluknyA.

Rara,sahabat seperjuanganku saat SMP. Jika SMP aku tanpa bantuannya,mungkin aku akan selalu kesulitan mendapatkan teman. Aku yang dulu orangnya pemalu,karena bertemu dengan dia yang super acuh namun murah senyum dan pandai bergaul,mempermudah semuanya.

Jika mengingat-ngingat masah silam,mampu membuat aku terharu. Segera aku usap air mataku.
Aku melepaskan pelukanku.

"Ehy kamu kenapa?"

"Oh ini,ndak kenapa-napa kok." seraya masih mengusap air mataku.

"Hahaha... "

"Ihh rara..." dia menghentikan tawanya.

"Ups,sory baby." ucapnya.

"Oh iya,kamu disinih sama siapa?"tanyaku

"Sama papa mama dan adik. Kebetulan papaku dipindahtugaskan kesinih. Jadi aku adik sama mama,ngikut aja."
Aku mangguk-mangguk menanggapi ucapannya.

"Wa,kamu uda banyak berubah yah sekarang,uda tambah anggun aja. Make hijab dan pakean kayak ginih merubah diri kamu 99 % dari diri kamu yang sebelumnya." ucapnya. Aku hanya menanggapi ucapannya dengan senyuman.

--
Dan karena sudah cukup lama kami bercerita tentang diri kami,kamipun memutuskan untuk kembali ke rumah kami masing-masing.

"Kapan-kapan,mampir yah..." ucapku.

"InsyaAllah. Pulang dulu yah... Assalamu'alaikum." ucapnya.

"Wa'alaikumussalam." jawabku.

Setelah dia tidak nampak lagi,aku segera masuk ke halaman rumah.

Cinta sampai HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang