Cinta sampai Halal part 5

3.7K 112 0
                                    

Mungkin semua telah diatur oleh yang Maha kuasa.
Apapun yang terjadi hari kemarin,saat ini dan esok,adalah apa yang sudah tertulis di lauful Mahfuz.

               🍀🍀

Suara klokson mobil,lantas membuat aku tersadar.

Aku hendak menengok siapa yang datang bertamu sepagi ini.

Ayah baru saja keluar dari ruang kerjanya menuju ke ruang Tv. Kami berpapasan.

"Siapa nak?" Tanya ayah padaku.

"Alwa juga tidak tahu yah. Apa ayah punya janji sama teman ayah?" Tanyaku padanya.

Sedetik ayah terdiam. mungkin dia hendak mengingat-ngingat,apakah dia sedang ada janji dengan cliennya.

Ayah menggeleng. "Sepertinya ayah tidak punya janji dengan siapapun." Ucapnya. Aku mengangguk.

Aku hendak bergegas keluar,namun suara pak mamang menghentikan langkahku.

"Tuan,ada orang yang mencari tuan." Ucap pak mamang.

"Siapa mang?" Tanya ayah.

"Katanya dia sahabat lama tuan. Namanya Reyan Pratama." sontak ayah dibuat terkejut.

Lantas dia segera keluar hendak memastikannya.

Terdengar suara tawa ayah dan seorang laki-laki.

Karena rasa penasaranku,lantas aku mengamati mereka dari balik dinding yang tertutup horden.

Sekilas,aku melihat wajah yang tidak asing.

Laki-laki itu?, apa kah bisa dalam sehari tidak nampak wajahnya?
Tidak didunia nyata,dunia maya,dan dunia mimpi,dia selalu hadir. Aku mendesah kesal dalam hati.

"Eh wa,kemari nak." Panggil ayah.

"Aduh... kenapa ayah harus menengok kearah sinih sih,kan jadi ketahuan jadinya aku sedang menguping pembicaraan mereka." Aku mengetuk-ngetuk jidatku pelan.

Aku memberanikan diriku untuk keluar meski ini adalah keterpaksaan.

"Assalamu'alaikum om tante." Salamku pada keluarga pak reyan.

"Wa'alaikumussalam." Jawab keduanya.

"Ini putri kamu zak?" Tanya pak reyan pada ayahku.

"Iya yan."

"Putri kamu cantik zak." Pujinya.

"Kamu bisa saja yan. Putra kamu juga tampan seperti kamu." Ayah membalas pujian pak reyan.

Mereka tertawa.

Aku menoleh padanya diam-diam,namun dia tampak acuh seakan belum pernah bertemu denganku.

"Mama kamu mana?" Tanya ayah padaku.

"Ada didalam yah. Mau alwa panggilin?" Tanyaku

"Iya. Bilang ada sahabat lama ayah mau bertemu dengannya." Ucapnya lagi.

"Iya yah." Ucapku sebelum bergegas pergi.

Beberapa menit kemudian,aku dan mama keluar bersama-sama.

Bi ija meletakan gelas minuman diatas meja lalu kembali lagi.

Kedua orangtuaku mulai berbincang-bincang dengan keluarganya.

Aku mulai merasa jenuh. Aku menoleh kearahnya sebentar,dia sedang asik mendengarkan pembicaraan ayah dan papanya.

"Jadi bagaimana?" Tanya ayahku pada papanya diakhir topik pembicaraan mereka tentang perkembangan perusahaan mereka masing-masing.

"Kalau saya sih tidak keberatan. Malah itu semakin baik. Dengan begituh,hubungan persahabatan kita akan semakin erat." Ucap papanya sembari tersenyum.

Ayah mengangguk menyetujui usulan itu.

"Jadi bagaimana ran,apa kamu setuju dengan usulan papa jika kita menjalin hubungan kerjasama dengan razak?" Tanya papanya padanya.

"Jika itu baik untuk kemajuan perusahaan,aku tidak bisa menolak pa." Ucapnya. Papanya menepuk pundaknya diiringi senyumannya.

Aku hanya menghela napas saja melihat drama antara ayah dan anaknya dihadapanku.

"Jadi bagaimana mbak yanti,apakah hubungan kita ini hanya akan sebatas hubungan persahabatan suami kita dan kerjasama perusahaan?" Mamanya mulai membuka percakapan.

Mama belum memahami maksud pembicaraan itu.
"Maksudnya bagaimana mbak?" Tanya mama pada mamanya.

"Maksud saya,kenapa tidak kita ikat saja hubungan ini menjadi hubungan keluarga." Ucapnya. Mama mulai paham maksud pembicaraan itu. Lalu mama mengangguk.

"Sepertinya itu lebih baik. Dengan begitu,hubungan ini akan tetap terjalin." Ucap mama.

"Jadi bagaimana nak alwa dan fikran?" Tanya papanya pada kami berdua. Lantas aku menoleh.

"Bagaimana apanya pa?,fikran tidak paham." Tanyanya bingung.

"Yah bagaimana jika kamu dan alwa mengikat hubungan ini dengan tali pernikahan?" Jelasnya.

"Apa....?"

Cinta sampai HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang