cinta sampai halal part 15

3.3K 91 1
                                    


Aku sedang menikmati makan malam bersama keluargaku.

"Yah,besok aku sama alwa mau melihat rumah yang baru saja aku beli. Jika cocok dan pas dihati alwa,lusa kami akan langsung menempatinya." Apa dia tidak waras. Akukan belum ingin pindah. Dia menoleh kearahku sebentar sembari tersenyum lalu beralih menatap ayah.

Ayah tersenyum mendengar perkataannya. "Itu baik nak."

"Apa tidak terlalu terburu-buru ran?" Tanya mama yang baru datang dari arah dapur seraya meletakan semangkok sayur.

"InsyaAllah tidak ma. Aku sudah memikirkannya jauh-jauh hari. Alwa juga sudah setujuh. Iyakan sayang?"  Hah sayang, apa aku tidak salah dengar dia manggil aku dengan sayang?
"Iyakan sayang?" Tanyanya lagi.
Aku mengangguk. "Iya ma,ayah." Sembari tersenyum.

--

Aku menutup pintu keras hingga ia menoleh kearahku.
Dia menatapku. "Kamu kenapa?"

"Tidak kenapa-napa." Jawabku seraya menuju tempat tidur. Ia kembali pada kegiatannya mengotak ngatik leptopnya.

"Kenapa kamu tidak minta persetujuan dari aku dulu sebelum memutuskannya?"

Dia menoleh." Apakah penting?"

"Yah,sangat penting. Bagaimana jika nanti aku tidak betah berada disanah?"

Dia melepaskan pekerjaannya,meletakan kembali leptopnya pada tas khusus lalu menyimpannya disampingnya. Tidak ada tanggapan,ia hanya diam lalu berbaring membelakangiku.

"Dasar menyebalkan.''bisikku. segera aku menuju tempat tidur. Aku meliriknya,hanya untuk memastikan apa dia benar-benar sudah tidur. namun ternyata dia benar-benar telah tidur.

--

Setelah selesai sarapan pagi,aku dan dia pun berangkat. Hanya untuk melihat rumah yang baru di belinya.

Dalam perjalanan tidak ada obrolan diantara kami. Kami hanyà sama-sama terdiam. Bisa dibilang diam dalam pikiran kami masing-masing. Dia sibuk menyetir sedang aku sendiri mengamati arah luar dari balik kaca.

30 menit perjalanan,sampailah kami di tempat yang ditujuh.
Rumah bercat biru pudar itu terlihat rapi dengan tatanan bunga-bunganya disetiap sisi.

Disamping rumah itu,terdapat pohon mangga yang baru saja berbuah. Cukup lebat sih buahnya.

Aku keluar dari mobil lalu mengekori langkahnya. Dia mengeluarkan kunci dari saku celananya lalu membuka pintu.

Segera setelah pintu terbuka,aku mengikutinya masuk kedalam rumah. Rumahnya cukup luas meski belum ada perabot yang melengkapi isi rumah. Hanya kursi dan meja yang tertutupi oleh kain putih.

Aku menuju kearah belakang,mengamati ruang tamu,ruang makan,dapur juga halaman belakang.

"Bagaimana,apa kamu merasa cocok dengan tempat ini?" Aku menoleh padanya. Dia sudah berdiri dibelakangku dengan menampilkan senyumannya.
Senyuman yang mungkin bisa membuat wanita yang ada didekatnya langsung jatuh hati. Aku tidak bisa memunafikan diriku,namun senyumannya seperti magnet yang mampu mendebarkan jantungku. Salahkah jika aku merasakannya?

"Lumayan." jawabku sedikit ragu. Ragu akan jawaban yang aku lontarkan padanya.

"Kog lumayan. Aku memilih rumah ini,tidak asal membeli. Aku mempertimbangkan semuanya dengan matang-matang."

"Lumayan belum tentu jelekkan?" Ujarku sembari tersenyum kearahnya. Ia mengangguk. Syukur saja otakku cepat bekerja. Jika tidak,aku bisa mati kutu.

"Iya sih..." jawabnya lalu berlalu.

--

Setelah mengamati setiap sudut ruangan di rumah ini,kami beristirahat sebentar.

Cinta sampai HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang