cinta sampai halal

3.2K 98 1
                                    


Waktu sudah menunjukan pukul 9 malam. Seusai shalat ishya,aku duduk seraya bermain ponsel sebagai hiburanku. Karena di rumah ini,belum tersedia televisi. Perutku sedikit keroncongan. Perginya sedari sore tadi belum juga kembali sampai detik ini membuat pikiranku terasa kacau. Aku memilih duduk di kamar seharian setelah dia keluar tadi sore sampai malam menjelang. Meski perutku rasanya mulai lapar,namun aku mencoba menahannya. Toh jika aku ingin makan,aku harus makan apa sedang perlengkapan dapur dan bahan-bahan makanan seperti beras sayur dan yang lainnya juga belum tersedia.

Aku menarik napas dalam sembari memegangi perutku. Sesekali aku merintih menahan rasa laparku. Mukena yang aku pakai belum sempat aku buka karena cuaca diluar juga dingin. Karena saat aku pakai mukena,aku merasa jadi nyaman. Adem banget.
Suara ketukan dan ucapan salam terdengar dari luar. Suara yang aku kenali dan tidak asing. "Sebentar." Seraya menuju depan pintu.

Sebelum membuka,aku mengintip dibalik kaca takutnya sesuatu yang tidak aku inginkan terjadi. Dizaman sekarang ini,banyak tindak kejahatan yang dilakukan oleh pelaku kejahatan dengan banyak cara untuk melancarkan aksihnya.

Aku membuka sedikit horden lalu aku amati arah luar. Alhamdulillah,ternyata itu dia. Segera aku membukakan pintu.

Aku terperanjat melihat belanjaannya. Hanya satu kantong plastik kecil,pulangnya sampai malam. Apa yang dia perbuat diluar sanah?

"Aku lapar. Aku mau makan." Keluhnya padaku setelah dia sudah duduk di kursih di ruang makan. Aku menoleh kearahnya dengan tatapan kesal. Dia pikir cuman dia saja yang lapar. Aku juga kali.

"Mau makan apa,aku belum masak apapun untuk kita makan malam ini."

"Jangan khawatir." Ujarnya seraya mengeluarkan kantong ukuran kecil dari kantong plastik itu.

Dua bungkus nasi kuning,dua botol aqua dan seporsih bakso hangat adalah isi dari kantong itu. Bibirku seketika mengembang. Sungguh aku tidak sabar lagi untuk segera menyantapnya.

"Eit.... jangan dulu. Mana piringnya?" Tanyanya menghentikan tangannku yang sudah hendak merogoh sebungkus nasi kuning. Bibirku melengkung kebawah. Hal yang paling aku benci adalah saat aku berniat ingin makan,ada yang menghalangi niatku. Aku segera bergegas ke kamar mengambil dua piring yang aku bawah dari rumah orangtuaku.

"Besok,aku mau ke pasar. Kamu antarin aku yah?" Ujarku seraya membuka bungkusan nasi dan kantong bakso yang diikat. Dia hanya mengangguk.

Kami segera menyantap makanan yang cukup menggugah indra pengecapku. Sedari tadi aku harus menahan lapar dan setelah makanan sudah tersaji,aku tidak ingin berlama-lama lagi.

Seusai makan,kami duduk di ruang tamu. Ia mulai membuka ponselnya. Aku memperhatikan dirinya yang cukup aktif dengan benda itu. Ada apa gerangan?
Bibirnya sesekali tersungging membuat rasa penasaranku memuncak. Namun aku mencoba menahannya.

Memang ujian pernikahan itu berat. Lebih berat lagi jika sepasang suami istri mempertahankan ego masing-masing tanpa mau mengalah. Ditambah iman yang tipis dan rasa menghargai pasangan juga kurang.

Aku mengabaikannya beralih ke kamar karena aku juga sudah sangat mengantuk. Aku hempaskan tubuhku ke tempat tidur. Aku tidak ingin memikirkan banyak hal yang membuat kepalaku sakit.

--

Pagi ini,aku sudah stand bay di depan cermin. Fikran juga sudah bersiap-siap sejak tadi. Aku memperhatikan penampilanku terlebih dahulu sebelum keluar rumah.

"Wanita sebaiknya jika sudah menikah ataupun belum menikah pantasnya jangan berdandan berlebihan yang mendatangkan syahwat bagi yang melihatnya. Apa kamu lupa larangan berdandan didepan yang bukan mahrom?"
Jelasnya. Apa aku berlebihan dalam hal berdandan? Aku kembali menarik wajahku menghadap layar kaca yang terpajang didepanku. Segera aku mengeluarkan tisu dari dalam tasku. Apa yang dikatan dia memang ada benarnya sih. Segera aku menghapus lipstik yang aku pakai. Setelah merasa yakin,aku segera keluar dari kamar. Aku juga tidak lupa mengenakan masker penutup wajah. Jika ini baik bagiku,maka aku akan melakukannya.

Dia menatapkan dengan tatapan anehnya. "Ada apa? Bukannya kamu tadi mengatakan jika kita seorang wanita tidaklah baik berdandan berlebihan apalagi kita sedang berada diluar rumah?" Nyatanya ucapanku mampu menampilkan senyuman dibibirnya.

Pasar di hari libur seperti ini cukup ramai. Dari berbagai daerah menjual hasil bumi mereka ke pasar ini. Ada berbagai sayur mayur seperti ketimun,labu,sawi,kangkung,bayam. Buah-buahan seperti pisang,semangka,dan masih banyak lagi.

Kami langsung menuju ke tempat penjual alat-alat rumah tangga. Membeli keperluan rumah tangga yang belum sempat dibelinya lalu setelah itu baru kembali kepada penjual sayur mayur untuk membelinya.

Setelah hampir seharian berada dipasar,kami pun memutuskan untuk pulang. Namun karena aku belum memasak apa-apa di rumah,jadi kami makan diluar.

Seperti hari kemarin sebelum sampai di rumah,kami singgah di warung pak amin. Pak amin menyambut kami. Warung pak amin hari ini cukup ramai. Pak amin yang kali ini dibantu oleh dua anaknya. Kami segera masuk kedalam warung.

"Mau pesan apa mbak,mas?" Tanya gadis muda berjilbab, ramah pada kami.

"Dua mangkok bakso dan dua gelas es teh." Gadis itu mengangguk lalu mohon permisi.

sambil menunggu pesanan,aku mengambil ponsel di saku gamisku. Aku lupa akan isi chatt sahabatku puput. Segera aku membuka pesannya.

Puput
Assalamu'alaikum wa. Aku sama temen2 mau ngadain acara reunian. Kamu mau ikut nggak? Soalnya tinggal nunggu kamu aja sih. Yang lain uda aku kasih info kog dan mereka setuju. Jika kamu mau,kamu balas yah... :-)

Sejenak aku terdiam,menarik napas dalam. Sejujurnya aku pengen ikut,tapi apa dia mau mengijinkan aku untuk keluar?
"Um...ran?" Aku sedikit ragu mengatakannya. Dia mengalihkan pandangannya dari ponselnya kearahku.

"Ya ada apa?"

"Teman-teman aku lagi ngadain reunian. Dan semua teman-teman aku ikut. Apa aku boleh ikut?" Dia tidak langsung memberikan jawaban atas pertanyaanku. "Apa aku boleh ikut?" Sekali lagi aku menanyakannya. Dia mengangguk. Aku hampir bersorak kegirangan namun ucapannya membuat aku mengurungkan niatku.

"Tapi aku juga ikut." Ucapannya berhasil membuat senyumku hilang. Yang benar saja dia harus ikut. Diakan bukan salah satu teman sekolah aku. Apa pendapat teman-teman aku nantinya,masah suami ikut reunian. Aneh nih orang.

"Tapi..."

"Nggak ada tapi-tapian. Kamu istri aku dan sebagai seorang suami,sudah sepatutnya buat aku jagain kamu."
Apa kah harus??

Cinta sampai HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang