cinta sampai Halal part 10.

3.3K 94 0
                                    

Hari ini,kami sudah mengunjungi tokoh emas. Sudah memilih dan juga membelinya.

Cukup melelahkan rasanya namun aku bahagia. Hampir 1 jam lamanya kami di toko emas itu,mengamati dan memilih sesui hati.

Dan pilihanku jatuh pada cincin emas namun sedikit ada goresan pahatan kreatif dari tangan ahlinya. Sayangnya cincin itu bukan padaku tapi pada tante rahma.

Sempat mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Saat aku mengukur besar cincin itu dijariku.

Rasa deg-degan bagai petir menyambarku. Aku tidak bisa membayangkan cincin itu akan sempurnah masuk ke jari manisku.

Aku belum bisa membayangkan,hari-hari kedepannya.
Bagiku,semua terasa begitu cepat. Pertemuan yang tidak disengaja,persahabat ayah yang terjalin sudah cukup lama tanpa aku ketahui,pertemuan keluarga yang tiba-tiba dan sampai pada pertunangan yang tidak pernah terpikirkan olehku.

Cukup cepat jalan hidupku beralih dari remaja ke dewasa. Cukup cepat aku rasakan. Semuanya. Yah semuanya.

Sulit dimengerti dan dipahami.
Seringkali aku bertanya pada hati,mengapa aku mau? Mengapa aku tidak menolak saja?

Yah sejujurnya,aku kagum padanya. Namun saat aku ingat kejadian di bandara waktu itu,membuat aku membencinya. Sedikit. Yah sedikit saja.

Aku tidak tahu,apa kah nanti kebencian yang sedikit ini bisa beralih jadi cinta?

Mungkin,jalan hidupku sudah seperti ini. Aku tidak mungkin menghindar. Apapun yang terjadi hari esok,semoga saja Allah senantiasa bersamaku.

**

Aku duduk tenang di depan kaca. Menatap diriku yang sedikit berbeda.

"Ehm." Suara deheman itu mampu menarik tatapanku beralih kearah pintu.

Disanah sudah berdiri sahabatku puput. Dia menghampiriku dan memelukku.

"Uhh...,bahagianya. Kita akan menjadi keluarga. Allah mendengar do'aku."

Aku menoleh menatap mata lentik itu. Dandanan yang pas untuk wajah cantiknya. Puput menguraikan senyum termanjanya.

"Hehe... apa ada yang salah?"

Aku menggeleng. "Cuman...?"
"Cuman apa?" Matanya menyelidik.

"Cuman aku penasaran do'a sahabatku untuk aku."

Dia tertawa. "Bukan apa-apa kok. Ndak penting. Yang terpenting adalah,sahabatku akan jadi bagian dari keluargaku." Dia memelukku erat. Aku membalas pelukannya sembari tersenyum padanya.
Aku paham dirinya. Dia suka membuat orang penasaran akan kata-katanya yang tak selalu tuntas.

Proses pemasangan cincin di mulai. Ini bukan pernikahan yah,tapi ini pertunangan.

Semua berjalan dengan baik.
Cincin itu telah sempurnah melingkar dijariku.

Ayah dan mama terlihat sangat bahagia. Akupun ikut bahagia. Setidaknya kali ini,aku tidak membuat mereka merasa kecewa padaku.

**

4 hari telah berlalu. hari ini aku bersiap-siap hendak mengantar fikran ke bandara. Karena dia akan balik ke malaysia untuk sementara. Ada pekerjaan yang harus dia selesaikan.

Aku mulai memahami satu hal,ternyata hati itu memang bisa berubah. Dan semua itu terjadi atas kehendakNya.

Untuk beberapa hari lalu sampai hari ini saat dia akan segera berangkat,tidak ada tatapan tajam itu lagi. Tidak ada perlakuan yang menyebalkan dan lain sebagainya yang membuat aku ingin selalu marah apalagi kesal padanya.
Mungkin kah semua telah berubah? Secepat itu kah?

Tapi begitu aneh,jika aku harus membencinya tanpa sebab yang berarti. Jika karena masalah dibandara aku menabraknya lalu aku meminta maaf namun dia tak meresponnya,apa kah dia salah? Toh,waktu itu dia tidak mengenali diriku. Mungkin juga dia anti dengan wanita.

Kepalaku terasa pening jika memikirkannya dan bertanya-tanya sendiri.

Dia hampir saja pergi,namun dia segera menoleh dan meneriaki namaku. Aku mendongakan kepalaku kearahnya. Sedikit heran akan sikapnya. Sikapnya tidak seperti biasanya. Namun aku mencoba tersenyum kearahnya.

"Alwa,jangan lupa.." seraya tangannya ia arahkan ke telinga. Aku paham maksudnya.

Aku anggukan kepalaku. Dia menjauh,jauh dan menjauh.

Aku masih berpikir. Begitu cepat tingkahnya berubah. Apa dia salah minun obat? Ahg sudahlah. Tak penting menanyakan itu pada pikiran sendiri. Toh dia juga sudah pergi.

Beberapa menit berdiri dalam kebisuan yang aku buat sendiri,
Dering ponselku berdering.

0823xxxx
"Maaf."

Hatiku menarikku untuk menoleh ke arah sanah. Yah, disanah dimana dia berada. Apa kah dia yang mengirim pesan untukku??

"Fikran?"

0823xxxx
"Yah.. jaga diri kamu baik-baik."

"Terimakasih. Kamu juga. :-)"

Ada kebahagiaan yang tidak bisa aku jelaskan. Selama ini,kami tidak pernah komunikasi. Baik lewat telepon,atau lewat chatt seperti ini.
Karena dari awal,aku enggan untuk mengambil kontaknya.

Aku tidak ingin terlalu penasaran,dari mana dia memiliki nomorku. Namun aku cukup bahagia dengan sikapnya setelah kami bertunangan.

Yah Allah jika ini adalah awal yang baik,maka buatlah akhir kisah ini indah. Aamiin...

Cinta sampai HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang