Saat Allah telah merancang sesuatu untuk kita, maka kita tidak akan bisa menghindar.
🍀🍀
Mobil berhenti tepat di depan pagar rumah bercat putih.
Ayah menekan klakson mobilnya berkali-kali.Seorang laki-laki paruh bayah muncul dari arah belakang.
Dia berlari-lari menghampiri dan menyambut kedatangan kami.Aku mengenali sosoknya. Sosok laki-laki yang ramah dan murah senyum.
Lalu dia bergegas membuka pintu gerbang,mempersilahkan kendaraan majikannya masuk.
Nuansa putih mulai terasa.
Arsitektur bangunan lama jelas terlihat dipandangan mata. Dengan halaman yang cukup luas,bunga-bunga yang tertata rapi menambah keindahannya.Rumah bersejarah.
Yah,rumah bersejarah yang menyimpan banyak kenangan.
Ayah keluar dari dalam mobil seraya bergegas membuka pintu bagasi mobil.
"Mang,tolong bantu keluarin barang ini dari sinih." Pintah ayah pada laki-laki paruh bayah itu.
Tanpa berlama-lama lagi,segera dia keluarkan barang-barang sesuai perintah majikannya.
Lalu dia membukakan pintu mobil untukku.
"Terimakasih yah pak." ucapku sopan diiringi senyuman.
"Sama-sama non." aku berlalu meninggalkan pak mamang yang masih bergelayut dengan pekerjaannya.
Seorang wanita paruh bayah menyambut kedatangan kami. Sembari meletakan beberapa gelas minuman diatas meja.
"Makasih ja." ucap mama padanya.
Ija,wanita yang sudah 35 tahun mengabdih pada keluargaku.
Ayah dan mama sudah menganggap pak mamang dan bi ija seperti keluarga.
Pak mamang dan bi ija adalah dua pasangan ya Allah pertemukan di rumah ini.
Nah makanya,aku bilang rumah ini rumah bersejarah.Selain rumah ini menjadi saksi kebahagiaan keduanya,rumah ini juga menjadi saksi aku dibesarkan.
"Sama-sama bu." ucapnya ramah diiringi senyuman. Lalu dia pun bergegas kembali.
Rasa penat mulai melanda.
Sejenak aku memejamkan mataku diatas sofa.Nada dering ponselku menyadarkan aku. Lalu cepat-cepat aku mengambilnya dari dalam tas.
Aku terperanjat,mataku melotot mendapati nama yang tertera pada layar ponselku.
Segera aku geser tombol hijau ke kanan.
"Hallo.. assalamu'alaikum put." salamku pada yang diseberang. Aku tidak bisa menyembunyikan kebahagiaanku saat mendengar suaranya.
"Wa'alaikumsalam. Wa,kamu uda balik?"
"Iya." jawabku antusias.
"Boleh aku ke rumahmu sekarang?"
"Boleh dongk. Tapi seriuskan kamu mau datang?" Tanyaku.
"Ya iyalah. Mana pernah sih aku tidak serius berbicara sama kamu."
"Ah kamu bisa aja put." Ucapku diiringi tawa.
"Ih benaran. Dan Lagian aku juga sudah sangat rindu sama sahabatku yang satu ini. Sudah lama aku tidak berjumpa dengannya." Jelasnya.
"Ah masah sih,yang beneran aja. Bukannya kita saling balas chatt di WA?" Ucapku
"Emang sih,tapikan beda rasanya. Kalau di WA hanya bisa lihat foto nah kalau ini,bisa lihat aslinya." Ucapnya diiringi tawa lagi.
Aku pun ikut larut dalam suasanahnya. Kami tertawa bersama-sama.
"Sipp deh kalau gituh. Aku tunggu yah..." ucapku akhirnya.
"Iya. Assalamu'alaikum.."
"Wa'alaikumussalam." lalu sambungan telepon dimatikan.
--
Aku menghampiri mama yang masih sibuk meyiapkan makan siang dibantu oleh bi ija.
"Mau kemana wa?" tanyanya.
"Tidak kemana-mana kok ma."
Mama memandangiku diiringi senyuman.
"Kok mama mandang alwa kayak gituh. Apa ada yang bedah sama Alwa?" tanyaku merasah ada yang salah dengan penampilanku.
mama menggeleng "terus?" tanyaku kemudian."Kamu baru tiba sudah mau pergi aja."
"Oh.... ini mah,teman alwa mau kemari."
"Teman siapa wa?" tanyanya kemudian.
"Puput ma. Itu teman sekolah alwa saat masih di Madrasah."
"Oh gituh...""Iya ma."
Puput,sahabat setiaku yang sejak di Madrasah. Dia yang memiliki pribadi baik,membuatku betah bersahabat dengannya.
Beberapa menit kemudian,terdengar sebuah klakson mobil.
Aku segera keluar.
Dari luar,aku bisa melihat dengan jelas wajahnya dari kaca mobil.
Dia semakin cantik dan dewasa. Tapi tunggu,siapa laki-laki yang mengemudikan mobilnya?Apa kah dia suaminya? Kok dia tidak cerita sih kalau uda nikah?? Ahg si puput.
Lalu sahabatku keluar dari dalam mobil. Aku menyambut kedatangannya dengan senyuman dan pelukan.
"Tambah cantik aja nih anak." pujiku padanya. Dia tersenyum lebar.
"Ah masah sih. Bukannya kamu yang tambah cantik"
"Iya deh iya. Cantik Sama-sama kalau gitu." Ucapku akhirnya. Memunculkan tawa puput.
Aku mempersilahkan dia untuk duduk.
"Oh iya put,kok suami kamu tidak kamu suruh gabung?" tanyaku.
"Hah suami.?" Sontak saja dia tertawa.
Aku menautkan satu alisku
menatapnya."Eh maaf wa,soalnya kamu lucu sih..."
"Ah kamu put. Serius nih nanyanya. Kok kamu tidak kabarin aku sih kalau uda nikah aja? Kan kalau kamu kasih kabar,aku bisa ngucapinnya tepat hari Hnya terus aku bisa cariyin sesuatu deh buat kamu. " Ucapku berpura-pura cemberut.
Dia tertawa lagi.
"Apa ada yang salah dengan kalimatku barusan?" Lanjutku.
Dia menggeleng. "Terus...?"Dia menghentikan tawanya sembari memperbaiki posisinya.
"Abisnya kamu lucu sih. Mana pernah sih aku tidak jujur sama kamu. Aku tuh selalu terbuka sama kamu tentang semua masalahku dan lain sebagainya. Apa lagi tentang masalah nikah. Masah aku uda nikah tidak kabarin kamu sih.. kamukan sahabat aku." Jelasnya panjang lebar."Jadi...?"
"Dia itu kakak sepupuku yang baru balik dari malaysia,wa." jelasnya.
"Ohh..."Ucapku akhirnya diiringi senyuman. Menyembunyikan rasa maluku dihadapannya.
Lalu kemudian,puput memanggil laki-laki itu.
"Kak ran,kesinih..."LAlu laki-laki itu menyahut seraya keluar dari dalam mobil.
"Aku ke dalam dulu yah..." ucapku pada puput.
"Ngapain?"
"Biasa.." ucapku diiringi senyuman padanya. Puput mengangguk paham akan maksudku.
"Oky,tapi jangan lama-lama yah..."
"Sipp..."
Lalu aku masuk kedalam, meninggalkannya tanpa menoleh pada laki-laki yang dipanggil kak ran itu, yang sedang berjalan kearah kami.Sedetik kemudian,aku datang dengan membawa napan minuman dan cemilan.
Aku masih fokus pada kegiatanku tanpa memperhatikan seseorang yang sudah duduk disamping puput.
Aku hendak kembali duduk dan...,
"Kamu...,!!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta sampai Halal
FanfictionCinta Sampai Halal, Bercerita tentang pasangan suami istri yang menikah karena terpaksa. Alwa,wanita yang dipilih menjadi istri oleh fikran saputra adalah wanita yang dipertemukan dengan dirinya di Bandara. Keduanya tidak pernah berpikir jika mereka...