cinta sampai halal part 8

3.5K 99 0
                                    

Setiap pertemuan itu pasti telah Allah kehendaki. Dan Tak ada yang namanya kebetulan di dunia.

Dan yang terjadi adalah yang telah digariskan oleh Allah.

                🍀🍀

Aku masuk ke pelataran rumah setelah rara sudah tidak terlihat lagi.

Aku segera masuk ke dalam rumah. Lalu langsung menuju kamarku.

Aku membuka tirai kamarku. Dari balik jendela,aku mengamati pak mamang dan bi ija membersihkan kebun belakang. Segera aku menghampiri mereka.

--

"Pak,bi,apa yang dapat alwa bantu?" mereka berbalik lalu berdiri.

"Eh non alwa. Tidak ada kok non. Semua pekerjaan uda ibu dan bapak kerjakan." ucap pak mamang.

Aku mendongakan pandanganku disekeliling,siapa tahu saja masih ada pekerjaan yang belum mereka selesaikan.

"Sudah semua kok non. Dari kolam renang,taman,semua sudah beres." jawab bi ija antusias.

"Iya non,uda beres semua kok. Lebih baik sekarang non alwa mandi terus sarapan." pinta pak mamang.

"Alwa belum mau mandi bi. Alwa juga belum lapar."

"Tapi ini perintah tuan dan nyonya." ucap bi ija.

"Iya non,karena sebentar keluarga pak reyan akan datang." ucap pak mamang.

"Hah... Datang?"

"Iya non." jawab keduanya.

Astahgfirullah,apa mereka mau menagi jawaban dariku?

"Non,apa non alwa baik-baik saja?"

"Eh i.. iya pak ,bi. Alwa pergi dulu yah..."
Aku langsung berlari dan meninggalkan mereka.

--
Setelah membersihkan diri dan mengenakan pakayan yang sopan,aku duduk diatas tempat tidur seraya memperhatikan diri didepan kaca.

Terdengar sebuah klakson mobil dari arah luar rumah. Aku segera menengok dibalik tirai kamarku seraya memastikan siapa yang datang...

Dan....

"Assalamu'alaikum." suara seorang laki-laki tangguh memberi salam dan dibalas oleh seseorang yang aku kenali. Dia ayahku. Aku masih memperhatikan keduanya.
Ayah menyambut keluarganya dengan ramah dan penuh kebahagiaan. Terlihat wajah ayah yang sumringan ketika melihat sahabat lamanya datang bersilahturami untuk yang ke dua kalinya ke rumah.

Mereka saling berpelukan layaknya sodara yang sudah sekian tahun tidak berjumpa.
Disusul mama dan istrinya.

Lalu kemudian,disusul putra dari keduanya. Dia lalu mencium tangan kedua orangtuaku.

Hatiku serasa kacau. Jika aku harus jujur,aku mengaguminya namun aku juga membencinya.

Sedetik kemudian,merekapun masuk ke dalam rumah.

"Alwa...."

Suara mama membuatku terkejut dan seketika membuat aku berbalik

Aduh,pasti mama nyuruh aku buat ikut gabung nih...

"Iya ma." seraya bergegas menuju depan pintu hendak membuka pintu. "Ada apa ma?" tanyaku malas.

"Kamu kok masih disinih sih. Ayoh turun ke bawah." pinta mama

"Tapi ma..." ucapku sedikit memelas.

"Uda, tidak usah pake tapi tapi. Sekarang kamu turun di bawah. Keluarga fikran uda ada tuh."

"Terus apa masalahnya jika mereka itu keluarganya fikran?"

"Hust..,Kamu ini yah,bisa tidak jika dibilangin sama orangtua jangan nyolot."

"Iya deh iya. Alwa turun. Uda,mama tidak usah ngomel lagi,kepala alwa jadi pening dengar celoteh mama."

"Yah sudah,kalau gituh ikut mama."

"Iya,alwa ikut nih sekarang."
segera aku keluar dari kamar.

"bicara dengan sopan dan baik yah. Kamu harus ingat,mereka itu calon mertua kamu."pinta mama saat kami hendak menuju ruang tamu.

calon mertua,tidak nyaman banget sih dengarnya.

"Alwa...." hentaknya.

"Iya ma." ucapku spontan tetapi pelan.

--
Aku memasuki ruang tamu.
Denyut jantungku seakan berdetak lebih cepat. Semakin dekat semakin cepat.

Kamu harus bisa alwa,jangan grogi. Oky,tarik napas pelan lalu....

Aku berhenti sebentar di pintu ruangan seraya menetralisir detak jantungku.

Bissmillah.....

"Maaf lama yah...." mama membuka suara memberi instruksi pada orang yang sedang duduk untuk menoleh kearah kami.

Aku segera menunduk. Lalu akupun duduk disamping mama.

"Jadi bagaimana,bisa kita lanjutkan sekarang pembahasan kita yang sempat tertunda dua hari lalu?" tanya papanya membuyarkan keheningan dipikiranku.

Ayah lantas meladeni ucapan papanya.
"Iya,sepertinya begituh. Sesuatu yang baik tidaklah baik jika ditunda-tunda terus. Bagaimana ma?"

"Iya yah..." jawab mama menyetujui pendapat ayah juga pertanyaan papanya.

Mereka lalu tertawa ringan.

"Oky,bagaimana fikran dan alwa,apa kalian sudah memikirkan semuanya matang-matang?" tanya papanya pada kami berdua.
"Fikran" hening
"Alwa" aku memejamkan mataku sembari menunduk seraya menenangkan pikiranku sejenak.

Bismillah...

"InsyaAllah sudah pa/om" jawab kami berdua.

"Alhamdulillah..." ucap mereka antusian.

"Jadi,apa jawaban kalian berdua?" tanya papanya lagi. Seakan memburu jawaban kami.

"InsyaAllah kami siap pa/om" jawab kami berdua lalu kami saling pandang.

Mata itu,tajam sekali. Aku segera menundukan pandanganku.
Astahgfirullah...
Alwa,itu belum halal bagimu. Tahan pandanganmu alwa. Karena pandangan mata ini sejatinya adalah duri dan jerat syetan.
Astahgfirullah....

Cinta sampai HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang