cinta sampai halal part 22

3.3K 93 0
                                    

Saat kita berusaha untuk membenci, Allah mengubah rasa benci jadi cinta.

Saat kita bertahan pada ego untuk tidak merindu,Allah titipkan rasa rindu yang memuncak.

Namun Allah punya banyak cara. Allah tahu apa yang Allah akan perbuat untuk setiap hambaNya.

Dan Sujudlah yang Allah nanti dari setiap hamba yang membutuhkanNya.

                   ***

Hujan telah berhenti,meninggalkan jejak-jejaknya pada jalan-jalan yang berlobang membentuk kolam-kolam kecil disanah.

Langit mulai cerah,menampakkan biasan cahaya yang indah dari bola api ciptaanNya. Diikuti warnah warnih cantik dilangit. Gumpalan awan gelap telah bergeser,berganti dengan gumpalan awan putih seperti salju.

Mata ini masih menerawang dibalik kaca jendela kamar. Menatap bangunan rumah yang tak berpenghuni lagi di persimpangan jalan.

Aku sesak,sesak yang memuncak. Bukannya aku terkena penyakit asma,aku hanya sesak karena merasakan rasa yang aku khawatirkan akan aku alami. Rasa yang selalu ingin ku tepis. Aku tidak ingin menjadi wanita yang naif soal perasaan namun karena ego ini,aku enggan mengungkapkan.

Andai saja Rasa ini bertepi....

"Alwa,kamu didalam nak?" suara mama menarik kesadaranku. Aku segera memutar bola mataku,berbalik dan yah menuju pintu kamarku. Senyum mama terhias ramah padaku. Meski wajahnya tak nampak muda lagi.

5 hari sudah aku berada di rumah mama,sejak fikran meninggalkan aku untuk urusan pekerjaan.

Selama dia pergi,kami tidak pernah berkomunikasih. Entahlah,aku enggan untuk memberi kabar padanya. Aku hanya ingin meyakinkan diriku saja,benarkah diriku mulai menerima rasa yang sejak dulu bersemayam dalam hati.

Katanya,jatuh cinta pada pandangan pertama itu indah. Namun tak seindah kisahku. Aku memang merasakannya,namun perlakuan yang aku terima tak seperti kisah kebanyakan orang yang mengalami yang mengatakan demikian dan menuangkan kisah mereka ke publik agar terkesan jika jatuh cinta pada pandangan pertama itu indah. Itu persepsi yang salah menurutku.

Karena sejak pertama kali bertemu dengannya,aku tak merasakan sorot mata teduh dari dirinya. Ya,aku akui aku mengagumi dirinya sejak itu.

"Alwa...?"

"Eh i... Iya ma. Maaf ma." jawabku ragu. Mama menatap diriku bingung.

"Alwa,kamu baik nak?" Tanya mama memastikan. aku mengangguk.

Mama terdiam untuk sesaat.
"Mama uda masak makanan kesukaan alwa. Apa alwa tidak ingin ikut gabung bersama mama dan juga ayah?"

"Alwa.." panggil mama sekali lagi saat melihat aku tidak memberikan respon apapun.

"Alwa ikut ma." jawabku singkat lalu segera mengekori langkah mama menuju ke ruangan  dimana ayah telah menanti kedatangan kami.

Aku tersenyum tat kala melihat wajah wibawa itu tersenyum kearah kami.

"Ayah kira kamu masih betah berlama-lama di kamar seharian sampai waktu maghrib." Ucap ayah sembari memperhatikan aku.

Aku tertunduk. Menghilangkan rasa ketidaknyamanan akan ucapan yang dilontarkan oleh ayah barusan.

Aku segera menarik kursi yang disandarkan di meja lalu segera mendudukinya.

Ayah masih menatapku dengan wajah selidiknya.

"Kamu baik kan nak?" tanya ayah. Aku mengangguk.

"Ayah perhatiyin,saat kamu kembali ke rumah ini,kamu lebih suka menyendiri di kamar. Padahal jika ayah ingat-ingat,sejak dulu kamu tidak suka berlama-lama di dalam kamar mu,berfantasi dengan hayalan-hayalan mu atau yang lainnya."

Cinta sampai HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang