Langkahku terhenti didepan pintu. Mataku melirik dengan seksama siapa yang sedang berbincang bersama mama. Wanita itu,siapa sebenarnya dia?Aku urungkan niatku untuk menemuinya. Aku menoleh kebelakang saat aku dengar langkah kaki mendekat.
Fikran tersenyum. Dia sudah terlihat lebih segar.
"Tamu itu dijamu jangan cuman dilihatin. Apa kamu tidak pernah membaca jika memuliakan tamu itu baik?
Oleh Abu Hurairah ra. Bahwa nabi Muhammad Saw bersabda:
" wahai sekalian manusia,janganlah kalian membenci tamu. Karena sesungguhnya jika ada tamu yang datang,maka dia akan datang dengan membawa rezekinya dan jik dia pulang,maka dia akan pulang dengan membawa dosa pemilik rumah."Fikran menyudahi ucapannya. Dia tersenyum simpul lalu bergegas menemui tamu yang sedang duduk bersama mama.
Aku memicingkan mataku kearahnya sebelum dia benar-benar menjauh.
Segera aku berpaling, menuju ke dapur membuatkan minuman. aku tidak ingin dinilai sebagai tuan rumah yang tidak menjamu tamu dengan baik.Aku meletakan gelas minuman diatas meja. Mataku melirik kearah wanita itu. Sedari tadi dia tidak menundukan pandanganya. Apa dia lupa jika wanita yang baik itu selalu menundukan pandangannya jika berhadapan dengan lawan jenis yang bukan mahrom kita?
Aku mendengarkan percakapan mereka berdua saat aku bersembunyi dibalik tirai setelah mengantar mama untuk beristirahat di kamar tamu.
Ada gurat kesedihan yang terpancar pada raut wajah wanita itu disela percakapan keduanya yang cukup serius.
"Aku mau bercerai dengan mas adam. Ternyata selama ini kami menikah diatas kebohongan yang telah ia buat sendiri. Aku nggak nyangka jika mas adam mempunyai wanita simpanan lain yang sama sekali nggak aku ketahui." wanita itu menyeka air matanya disela ucapannya. Sambil sesenggukan,dia melanjutkan lagi ucapannya. "Wanita simpanannya itu telah mengandung hasil dari hubungan gelap suamiku dengan dirinya." dia menutup wajahnya seakan tidak mampu lagi untuk melanjutkan ucapannya.
"Bagaimana kamu bisa menyimpulkan jika anak yang sedang dikandungnya anak adam bersama dengan dirinya?"
"Dia langsung datang ke rumah dan meminta pertanggung jawaban pada mas adam atas perbuatannya pada wanita itu." ucapnya sambil terisak. Fikran memberikan tisu yang memang telah tersedia diatas meja kepadanya.
"Makasih ran." lirihnya. Fikran hanya membalas dengan senyuman.
"Aku mau minta cerai saja sama mas adam,ran." ujarnya.
"Jangan terburuh-buruh nggi. Kamu harus mempertimbangkannya dengan matang-matang. Tindakan yang terburu-buru itu bahwasanya asalnya dari syetan. Jadi,mintalah petunjuk pada Allah Swt.,"
"Tapi aku uda nggak sanggup ran. Jika aku berada didekatnya,aku selalu mengingat semua kebohongan dirinya padaku. Andai saja jika waktu itu aku menceritakan niat baikmu pada ayah lebih dulu,mungkin aku tidak akan merasakan rasa sakit yang teramat ini." dia menenggelamkan wajahnya pada kedua tangannya. Fikran tidak bisa melakukan apa-apa. Karena dia tahu batas-batasannya sebagai seorang laki-laki yang tidak halal menyentuh wanita yang bukan mahromnya.
"Ehm." aku keluar dari persembunyianki lalu duduk disamping fikran. Aku pegang erat pergelangan tangannya saat kedua bola mata yang masih sembab itu seakan melirik kearahku. Aku hanya ingin mempertegas hubunganku dengan fikran jika kami sekarang telah sah menjadi sepasang suami istri. Dan mempertegas jika tidak aku izinkan siapapun mencoba mencuri hatinya yang hampir sembuh dari bekas luka.
Wanita itu kini bungkam. Dia tidak berani menatap kearah kami lagi. Fikran menggerakkan tangannya hendak melepaskan tangannya dari genggamanku. Aku melepasnya.
"Ran,aku balik dulu yah." sahutnya setelah dia melirik jam di ponselnya. Fikran berdiri hendak mengantarnya namun aku urungkan niatnya dengan menahan pergelangan tangannya lagi. Bola matanya menatpku dengan tatapan dinginnya. Aku tidak ingin dikalahkan dengan tatapan itu. Aku balas menatapnya dengan tatapan tak kalah dingin.
Daripada dia yang mengantarkan wanita itu sampai pintu depan,biar aku saja yang mengantarnya. Pikirku.
Setelah wanita itu telah pergi,aku menanyakan banyak hal padanya. Dari seputar hubungan keduanya dan sampai sebatas apa mereka kembali dekat. Aku tidak sanggup mendengarkan ceritanya. Meski dia berkata jujur,namun itu membuat hatiku terasa sakit. Kedekatan keduanya kembali terjalin belum lama ini. Waktu sore itu aku melihatnya dengan seorang wanita,ternyata wanita itu yang bernama anggi.
Yang berkirim pesan dengannya malam itu,juga anggi. Sebegituh istimewa kah anggi dihatinya hingga meski wanita itu telah berhasil melukai hatinya dan mempermalukan dirinya dihadapan kedua orangtuanya,semuda ituhkah dia memaafkannya? Sungguh aku tidak habis pikir dengan jalan pikirannya.
"Jika memang dia teristimewa,mengapa kamu tidak menerima saja maksud baiknya ingin kembali bersama kamu? Apa pentingnya hubungan kita ini? Toh kita juga tidak saling membutuhkan. Semua didasari atas keterpaksaan. Sekalian kita jujur saja pada kedua orangtua kita jika kita tidak cocok lagi. Selesaikan? Kamu bisa hidup bahagia dengan wanita itu dan aku bisa terlepas dari pernikahan yang belum aku inginkan ini. Lagian kita juga belum pernah melakukan hak dan kewajiban kita yang sebenarnya menjadi sepasang suami istri." jelasku. Aku tidak bisa lagi menahan semua kata-kataku. Rasanya tenggorakanku serasa sakit jika kata-kata itu masih terpendam. Butiran kristal itu aku rasakan mulai merambat ke pipiku.
"Jadi selama ini?" kami lantas sama-sama menoleh. Mataku seketika membulat
"Mama..." lirihku bercampur rasa khawatir. Ditambah rasa tegang yang menghujam saat aku lihat tubuh mama telah terkulai lemah ke lantai.
--
Aku duduk terdiam dihadapan mama. Mama baru saja sadar dan langsung menghujani kami dengan berbagai pertanyaan yang sempat didengarnya.
Satu hal yang masih ingin aku sembunyikan pada mama sebelum aku siap untuk mengatakannya.
"Mengapa kalian menyembunyikan ini dari mama?" aku menggigit bibir bawahku. Aku tidak tahu harus mengatakan apa padanya.
"Mama nggak nyangka jika kalian akan membohongi kami semua." ujar mama seakan menyimpan duka dalam hatinya. Matanya telah sembab.
"Ma,alwa minta maaf." ujarku bersalah.
"Apa kalian akan melanjutkan hubungan ini yang tidak didasari rasa kasih sayang dan komitmen pernikahan? Apa untungnya membinah rumah tangga ini. Apa yang kalian kejar? Apa hanya ingin membahagiakan kami,kalian melakukan semua ini?" mama menarik napas dalam sebelum melanjutkan ucapannya. Aku duduk tertunduk. Aku tidak berani menatap wajah mama untuk saat ini.
"Alwa fikran,coba katakan pada mama. Apa kalian tidak punya komitmen akan pernikahan ini?" kami saling beradu pandang cukup lama.
"Alwa,fikran?" suara mama cukup meninggi.
"InsyaAllah ma. Aku akan tetap mempertahankan pernikahan ini." sahut fikran serius. Aku lantas menoleh dan menatapnya lekat-lakat,meminta ketegasan dari ucapannya. Benarkah apa yang dia ucapkan? Komitmen apa mungkin dia bisa melakukannya sedang sebagian hatinya masih berharap pada seseorang yang telah menggores luka dihatinya? Komitmen dalam rumah tangga,seperti apakah yang dimaksudnya?
"Kamu yakin?"
"InsyaAllah aku yakin ma. Karena pernikahan tidak selamanya harus didasari oleh cinta sesama makhluk. Namun komitmenlah yang paling berperan penting. Dihadapan Allah aku telah berjanji. Dan pernikahan ini adalah ibadah hanya untuk mencari ridhoNya."
mama akhirnya bisa tersenyum setelah mendengar jawaban darinya.Jika benar semua ucapannya,tolong mudahkan jalan kami ya Robb untuk menggapai rodhoMu sahaja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta sampai Halal
FanfictionCinta Sampai Halal, Bercerita tentang pasangan suami istri yang menikah karena terpaksa. Alwa,wanita yang dipilih menjadi istri oleh fikran saputra adalah wanita yang dipertemukan dengan dirinya di Bandara. Keduanya tidak pernah berpikir jika mereka...