Kami berhenti tepat diemperan jalan depan penjual bakso. Cukup ramai pembeli sore ini. Apa mereka semua penggemar setianya makanan yang identik dengan bentuk bulat dan dilengkapi dengan mie kecap saos dan bumbu penyedap rasa yang lainnya?Kami segera duduk pada kursih yang telah disediakan.
"Pak,pesan satu mangkok yah sama dua gelas air putih" ucapnya.Hah pesan satu. Apa dia gila. Jika satu mangkok saja,itu untuk aku atau untuk dia?
"Baik mas." Jawab si bapak tukang bakso.
Beberapa detik kemudian pesanannyapun datang.
"Terimakasih pak." Ucapnya."Sama-sama mas." Ucap bapak penjual bakso.
Dia segera menyendok bakso dalam mangkok. Aku memperhatikan gerakannya.Dia menoleh. "Kamu nggak mau makan?"
"Aku?"
"Yah iyalah. Jadi siapa lagi yang aku ajak ikut makan kalau bukan kamu. Kan kamu yang duduk disamping aku."
"Serius kamu nyuruh aku ikut makan?" tanyaku tidak yakin.
"Yah seriuslah. Kenapa,apa kamu nggak terbiasa makan di tempat kayak gini?"
"Nggak juga sih,biasa aja. Um...,emang cukup hanya satu mangkok doang?"
"Emang sebanyak apa sih porsi makan kamu. Dua sendok nasi saja kamu nggak habiskan apalagi semangkok bakso jika dimakan sendiri."
"Tapi....?" Aku makannya pake apa,masah pake tangan. Nih orang,kebangetan banget nyuruh makan tapi tidak menyediakan satu sendok lagi untukku. Dasar...
"Kamu kenapa? Apa kamu nggak suka,atau nggak nafsu makan?" Aku menggeleng. "Terus?""Masah aku makan pake tangan,apa kamu gila? Bagaimana jika tangan aku melepuh nantinya karena panasnya kuah bakso?" Dia tertawa menyengir.
"Apa aku setegah itu? Aku juga punya hati. Nih,pake sendok aku." Seraya menyodorkan sendok ditangannya padaku.
"Serius?"
"Apa kamu jijid make sendok bekas mulut aku?" Haruskah aku mengatakan "yah" jika aku tidak terbiasa makan dengan satu sendok,dan itu juga bekas orang lain? Orang lain,apa aku telah lupa jika dia bukan orang lain lagi bagiku?
Aku memegangi perutku.
Krrrr...
Rasanya perutku tidak bisa diajak kompromi lagi.Dia tersenyum lalu kembali menyendok bakso lalu memasukan ke mulutnya. Aku menelan salifaku beberapa kali saat memperhatikan dirinya yang makan dengan lahap.
"Apa nggak pake nasi?" tanyaku lagi,dia tersenyum. "Aku belum makan dari tadi siang masah uda makan yang pedas-pedas aja." ucapku. Dia lantas menghetikan sejenak aktivitas makannya lalu dipanggilnya kembali bapak penjual bakso.
"Pak,bisa minta nasinya tidak?"
"Oh bisa mas. Sebentar yah?" Dia mengangguk.
"Minum dulu gih..." pintanya. Tanpa aba-aba lagi, segera aku meraih gelas diatas meja.
Pak penjual bakso segera datang dengan membawa sepiring nasi.
"Makasih pak." Ucapnya."Iya mas."
Pak penjual bakso segera berlalu."Nah,sekarang nasinya ada,baksonya juga ada dan masih banyak. Makan gih..." pintanya. Aku menarik mangkok bakso lalu segera menyantap makanan yang telah tersedia.
Merasa ada yang sedang mengamatiku,aku lantas menoleh.
"Kenapa kamu lihatin aku kayak gitu?" Tanyaku padanya."Tidak kenapa-napa. Apa kah salah?"
"Yah salahlah. Akukan jadi nggak menikmati makanan aku karena diperhatikan." Dia hanya tertawa cengengesan.
"Oh maaf. Soalnya aku perhatiyin kamu tuh kayak nggak makan uda beberapa hari. Lahap amat makannya. Wajah kamu jadi terlihat lucu jadinya." Ihh...,nih orang yah. Benar-benar menyebalkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/148212924-288-k761118.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta sampai Halal
Fiksi PenggemarCinta Sampai Halal, Bercerita tentang pasangan suami istri yang menikah karena terpaksa. Alwa,wanita yang dipilih menjadi istri oleh fikran saputra adalah wanita yang dipertemukan dengan dirinya di Bandara. Keduanya tidak pernah berpikir jika mereka...