Cinta Sampai Halal part 6

3.6K 108 0
                                    

Mungkin ini adalah salah satunya.
Salah satu kehendak dan takdir dari Sang Maha Kuasa.

               
                  🍀🍀

"Apa....?" Sontak kami berdua berdiri. Kami saling menatap satu sama lain. Menentang usul yang satu ini.

"Kenapa harus seperti itu sih pa?" Tanyanya tidak suka.

"Loh nak fikran,bukan itu semakin baik untuk kita dan untuk perusahaan." Jelas ayahku padanya

Dia menghela napasnya berat.
"Apa ini tidak begitu cepat pa? Aku sama alwa juga baru bertemu beberapa hari lalu. Masah sudah mau diikat dengan hubungan sakral seperti itu sih..." jelasnya.

"Lah bukannya semakin baik. Dengan begitukan kalian bisa mengenal satu sama lain." Jelas papanya.

"Iya tapi terlalu cepat pa..." ucapnya.

Suasana mulai terasa tegang,aku rasakan.

Pikiranku juga mulai kacau saat ini. 

"Bu..." panggil bi ija. Mama tahu maksudnya.

"Oh iya,lebih baik sekarang kita makan dulu nanti setelah itu kita lanjutkan pembicaraan ini." Usul mama mengalihkan topik pembicaraan.

Keluarganya sempat menolak namun ayah dan mama berusaha membujuk mereka.

Kami menikmati santapan siang ini.

Sesekali ayah berbicara pada papanya. Begitu juga mama dan mamanya.

Aku merasa seakan terasingkan. Orang yang duduk disampingku pun tidak Bergeming. Seperti mayat hidup.

Dia hanya fokus pada benda bulat berwarnah putih yang ada dihadapannya. Sesekali aku meliriknya yang hanya tersenyum lalu kembali lagi pada kegiatannya.

Seusai makan siang,kami kembali lagi ke ruang tamu. Sebenarnya aku enggan bergabung,namun mama memaksaku.

"Tapi ma..."

"Uda,kamu ikut saja. Kan tidak enak sama keluarganya. Nanti kita dinilai keluarganya kurang baik."

Hah kurang baik,kurang baik apanya sih,uda dijamu juga. Batinku kesal.

Dengan terpaksah,aku turuti maunya mama.

Kami kembali duduk di ruang tamu. Aku menoleh kearahnya

Asaghfirullah... kenapa mata itu juga memandangi diriku??

Sembari duduk,kualihkan pandanganku kearah lain.

Kedua orangtuaku kembali melanjutkan percakapan mereka yang sempat terhenti.

"Jadi bagaimana nak alwa dan kamu, nak?" Kembali lagi papanya menagih jawaban kami berdua.

Aku diam. Dia juga diam. Kami seakan diberatkan atas pertanyaan itu.

"beri kami waktu untuk berpikir pa." Akhirnya kalimat itu tersampaikan juga.

Sedari tadi aku hendak mengatakan kalimat yang sama namun rasanya lidahku keluh.

"Baiklah,jika itu baik untuk kalian berdua. Papa dan mama begitu juga keluarga alwa tidak akan keberatan. Kami akan menunggu jawaban kalian berdua." Ucap papanya.

"Iya,dan kami harap keputusan akhir ini tidak mengecewakan." Pungkas ayah.

"Iya pa,om." Jawabnya akhirnya.

Aku menarik napas legah. Setidaknya aku punya banyak waktu untuk memikirkannya. Memikirkan baik dan buruknya usulan ini.

Hingga akhirnya,keluarganya memohon pamit pada keluargaku.

Ayah dan mama masih mengamati kepergian mereka sampai mobil itu benar-benar menjauh.

Kami masuk kembali kedalam rumah.

"Alwa,ayah harap jawaban kamu nanti tidak mengecewakan untuk ayah dan mama." Tegas ayah kepadaku saat aku hendak berlalu meninggalkan mereka menuju kamarku.

Aku menghela napasku kembali.
"InsyaAllah yah." Jawabku akhirnya.

Cinta sampai HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang