cinta sampai halal part 11

3.2K 95 0
                                    

Dua hari lagi,aku akan diwisudah. Semua telah aku persiapkan. Dari gaun yang akan aku pakai dan lain sebagainya. Mungkin masalah berdandan,aku tidaklah ahli. Namun itu tidaklah penting. Bagiku,akhir penantianku akan segera tiba. Dengan mendapat gelar S1,itu sudah cukup membuatku bahagia. Setidaknya aku bukan jadi orang bodoh yang tidak punya ilmu.

Gimana mau bangun keluarga Samawa jika didalam keluarga tidak dilandasi ilmu agama. Aku tidak ingin menjadi ibu yang menelantarkan anak tanpa membimbingnya menjadi anak sholeh dan sholeha. Bukannya itu yang didamba-dambakan oleh wanita muslimah jika telah menjadi seorang ibu?

--

Suara ketukan terdengar dari luar kamarku.
"Siapa?"

"Ini bi ija non."

"Masuk bi,ndak di kunci kok." Aku masih setia duduk di meja riasku. Mempraktekan berbagai model jilbab. Tanganku rasanya mulai lelah.
"Bi,menurut bibi jilbab ini digimanain yah,soalnya alwa ndak ahli nih yang kayak ginian." Tanyaku pada bi ija yang sudah berdiri disampingku seraya meletakan segelas susu dan sepiring roti.

"Bibi juga ndak pandai non."

"Masah sih bi."

"Iya non." Aku melepaskan jilbab yang melilit dileherku.

"Bi,aku mau tanya sesuatu. Apa boleh?" Tanyaku menatap pada bi ija lewat cermin yang terpampang dihadapanku.

"Tentu boleh. Memangnya non alwa mau nanya apa sama bibi?"

"Menurut bibi,fikran itu bagaimana?"

"Um...menurut bibi yah non?"

"Iya."

"Nak fikran itu baik,sopan,murah senyum. Pokoknya bibi senang jika non alwa bisa bersama dengan nak fikran." Huh...,aku uda yakin. Pasti jawaban bibi tidak jauh berbeda dengan papa. Yang memuji pemuda itu berlebihan.

"Makasih bi."

"Iya non. Kalau boleh tahu,kenapa non alwa nanyain ini pada bibi yah?"

"Tidak kenapa-napa kok bi. Cuman pengen tahu aja apa pendapat bibi tentang dia. Alwa takut salah pilih aja bi."

"Bibi yakin kok,nak fikran anak baik dan tidak mungkin menyakiti hati non alwa."

"Bibi yakin banget."
Bi ija hanya tertawa nyengir. "Apa jangan-jangan,bibi suka memperhatikan dia yah kalau datang ke rumah?" Hanya menebak saja. Bi ija hanya menampilkan senyumannya. "Ingat sama pak mamang bi. Emang pak mamang ndak cemburu tuh kalau ternyata diam-diam bibi melirik laki-laki lain selain pak mamang." Godaku sembari tertawa nyengir.

"Ah non alwa bisa aja. Gini-gini tapi bibi tipe wanita setia." Aku tertawa.

"Iya deh iya. Emang bibi tipe wanita setia. Alwa salud sama bibi." Pujiku. Wajahnya mulai berubah merah merona akan godaan dan pujianku.

"Non,bibi ke dapur dulu yah.."

"Iya bi." Sepeninggal bi ija,aku melanjutkan kegiatanku,membuka buku yang menampilkan totorial hijab syar'i.

--

Suara mama menyadarkan aku yang sedang berbaring di atas tempat tidur.

Aku memicingkan mataku mengintip kearah mama yang kian mendekat kearahku.

"Alwa,bangun." Pintanya.

"Ummm.."

"Alwa,apa kamu tidak ingin menjemput fikran yang balik dari malaysia?" Hah malaysia,aku melirik arlojiku. Astahfirullah,aku telat. Ya Allah,kenapa aku bisa kebablasan ginih sih. Akukan uda bilang sama puput supaya barengan ke bandara. Tapi uda lewat 30 menit aku baru menyadarinya. Aku menepuk jidatku.

"Alwa,kamu kenapa?" Aku tidak merespon pertanyaan mama dan segera berlarih ke kamar mandi.

--

Aku mulai pusing memikirkan pakaian apa yang pas untuk aku pakai.
"Alwa,kamu kenapa sih. Terus ini lagi,kenapa pakaian kamu berantakan kayak ginih?" Aku menoleh sebentar pada mama yang sudah berdiri dibelakangku dengan tawa menyengir.

"Ini bukan kamar lagi namanya,tapi ini semacam kapal pecah." Aku tidak perduli akan tanggapan mama dengan kamarku yang berantakan saat ini.

"Bi...."
Bi ija segera datang setelah namanya dipanggil.
"Iya bu,ada yang bisa bibi bantu?"

"Bibi rapiyin yah" pinta mama pada bi ija.

"Alwa,kamu pakai ini." Aku menoleh kearah mama. Aku mengangkat keningku sebelah. Serius mama nyuruh aku pakai baju ini?

"Apa mama yakin,alwa harus pake baju ini?"

"Kamu pake aja. Mama tidak akan salah memilih." Dengan terpaksah,aku meraih baju yang diserahkan mama kepadaku.

--

"Kan gitu lebih anggun." Pujinya. Aku melihat diriku didepan kaca. Cukup pas. Tidak longgar dan tidak ketat.

"Makasih yah ma." Seraya mencium pipi mama. Mama tersenyum.

"Iya. Yah sudah,pergi gih. Nanti kamu telat lagi." Pinta mama. Tahu aja nih mama,aku mau jemput siapa di bandara.

"Ma,kalau gitu alwa pergi dulu yah.." pamitku pada mama.
"Ndak barengan sama puput?"

"Ndak ma."

"Oh.. hati-hati yah nak."

"Iya ma. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Segera aku keluar kamar lalu menuju ke motor.

Rasanya aku sudah cukup terlambat. sekarang sudah pukul 3 sore. Kenapa aku sampai lupa sih...??

Lebih 30 menit perjalanan,sampailah aku dibandara.cukup lama mencari sosok mereka.
Mencari kesanah kemari dan akhirnya ketemu juga.

Mereka sedang asik mengobrol. Sedang menunggu seseorang mungkin. Bisa jadi.

"Alwa..." pekik puput menyuarakan namaku saat melihat aku yang berjalan kearah mereka.
Aku tersenyum mencoba menghilangkan rasa grogiku yang datang terlambat.

Sepasang mata itu menatapku. Bukan dengan tatapan sinis lagi,bukan dengan senyum simpul lagi. Melainkan dengan
senyuman termanis mungkin yang baru aku lihat untuk pertama kalinya.

jantungku kian berdetak kencang. Aku tidak tahu apa penyebabnya. Mungkinkah aku salting saat ini? Ahg masah sih. Mau salting sama siapa juga,sama fikran? Ndak mungkinlah. Aneh banget jika aku salting sama dia.

Tapi aku akui,senyumannya kali ini sungguh mempesona.

"Maaf telat." Ucapku menahan rasa bersalahku.

"Tidak masalah. Iya kan kak ran?" Pemuda itu mengangguk tersenyum.

MasyaAllah.. ,senyumannya itu loh bikin klepek-klepek. Tapi sayangnya aku tidak punya perasaan apa-apa sama dia. Bukan aku wanita yang tidak normal yah, yang tidak menyukai kaum adam. Tapi apakah rasa harus dipaksakan? Hanya Allah sajalah penentu hati ini. Pada siapa hati ini akan jatuh. Pada fikran yang kelak jadi suamiku atau orang lain yang aku tidak tahu itu siapa.
Tapi mana mungkin sih aku berdo'a sama Allah untuk tidak mencintai orang yang akan menjadi imamku. Bisa-bisa aku dilaknat lagi. Naudzhubillah deh...
****

Cinta sampai HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang