cinta Sampai Halal part 9

3.4K 88 1
                                    

Sesungguhnya,Allah lebih
Mengetahui segalanya di muka bumi ini.

                🍀🍀

"Alhamdulillah...." jawab kedua orangtuaku dan kedua orangtuanya.

"Jika demikian,kita tidak perlu menunggu waktu lama lagi." ucap tante rahma.

"Iya,kami setujuh. Lebih cepat lebih baik." mama menimpali.

"Oky,bagaimana jika hari pertunangannya dilaksanahkan 3 hari lagi?" ucap om reyan.

"Apa...?"  sontak membuat kami berdiri lalu saling pandang,lalu kembali menoleh pada om reyan.

Kami duduk kembali. Hati ini rasanya ingin menolak. Namun mulut ini seperti terkunci. Dan akhirnya,Aku hanya memilih diam dan menunduk.

"Ada apa,apa kalian keberatan?" tanya om reyan.

"Apa itu tidak terlalu terburuh-buruh pa,dan fikran juga belum menyiapkan banyak hal."

"Terburuh-buruh bagaimana nak. Bukankah sesuatu yang baik itu jangan ditundah-tundah?" ucap tante rahma.

"Tapi ma..."

"Kenapa lagi fikran,
Kamu tidak perlu khawatir.
Masalah tentang semua keperluan kamu dan alwa,biar mama dan tante yanti yang mengurusinya. Kalian tinggal ikut beres saja. asal kalian berdua setuju saja." ucap tante rahma.

"Iya fikran. Papa setuju dengan mama kamu. Toh ini juga baru proses pertunangan." tegas om reyan.

Fikran hanya bisa mendesah pelan.

"Alwa bagaimana,apa kamu juga keberatan?" tanya tante rahma padaku.

"Aku ikut ayah dan mama saja, tante." ucapku pasrah.

__

Oktober tanggal 27 adalah hari penikahanku dan lusa adalah hari pertunanganku. 24 september hari wisudahku.

"Kenapa begitu cepat waktu berputar ya rabb" lirihku seraya mengamati kalender di kamarku. Aku mengambil pena stabilo lalu aku melingkari pada angka yang sudah pasti akan dilaksanahkan hari bersejarah dalam hidupku.

Tanggal 17 september adalah hari ulangtahunku dan aku akan menikah diumurku yang terbilang sangat mudah,21 tahun.

Rasanya baru kemarin aku lulus SMA,baru kemarin juga aku masuk universitas dan baru kemarin juga aku baru tiba dari malaysia mengunjungi paman dan bibiku.

Aku jatuhkan tubuhku diatas tempat tidur sembari menatap langit-langit kamarku. Lalu melirik jam di dinding.

Waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore dan sebentar lagi suara adzhan akan segera dikumandangkan.

Aku segera bergegas mengambil air wudhu,lalu setelah selesai,segera aku melaksanahkan shalat.

"Ya Allah yah Rabb,jika dia memang tercipta untukku,maka dekatkanlah dia padaku namun jika dia tidak tercipta untukku,maka jauhkan dia dariku. Aamiin..."

--
Pukul 8 pagi,aku sudah bersiap-siap. Karena sebentar,aku harus ikut mama dan tante rahma ke suatu tempat.

Suara ketukan pintu membuat aku segera menoleh lalu menuju pintu seraya membukakan pintu kamar.

"Ada apa bi..." sembari tersenyum.

"Bapak dan ibu sudah menunggu non alwa di bawah."

"Makasih bi. Bilang sama mama,alwa akan segerah menyusul."

"Baik non." ucapnya lalu bergegas pergi.

Setelah bi ija telah berlalu,segera aku menutup pintu kamarku hendak keluar dan menghampiri ayah dan mama di ruang bawah.

"Assalamu'alaikum yah,ma. " sembari mencium tangan keduanya lalu duduk.

"Wa'alaikumussalam nak." jawab keduanya.

"Nak,hari ini jadikan kamu keluar dengan mama?" tanya mama padaku sembari menyendok makanan.

"Iya ma." jawabku. mama mengangguk.

Lalu suasanah hening. Hanya suara sendok saja yang bertautan.

Ayah bergegas berdiri setelah dia selesai makan.,

"Ma,ayah mau ke kantor dulu yah..."

"Iya yah." seraya berdiri lalu mencium tangan ayah.

"Ehm. Emang umur boleh tua,tapi jiwa muda tidak boleh sampai hilang. Hehe..." ledekku pada kedua orangtuaku. Yang seketika membuat mereka tertawa mendengar ucapanku.

"Iya dongk sayang,itu harus. Meski umur ayah dan mama tidak muda lagi. Karena ini adalah salah satu cara agar keluarga kita bisa tetap harmonis. Iyakan yah...?" tanya mama pada ayah,yang jarak mereka cukup dekat.

"Iya ma." jawab ayah sembari mencium kening mama dihadapanku.

"Ihh ayah,mama,tidak malu banget sih..."

"Malu,? Kenapa harus malu. Mamakan istri ayah dan kamu anak ayah dan mama." ucap ayah menggoda.

"Ahg tahulah..  Orangtua zaman now,emang." ayah tertawa lagi mendengar ucapanku.

"Ma,ayah berangkat kerja dulu yah.." ucap ayah akhirnya sembari melirik arlojinya.

"Iya yah. Hati-hati ya yah..."

"Iya ma. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam." jawab aku dan mama bersamaan.

--
Aku membantu bi ija didapur.

"Alwa...,"

"Iya ma.." mama menghampiri aku di dapur.

"Sudah selesai?"

"Alhamdulillah,baru saja selesai ma."

"Ya sudah,kamu bersihin dulu badan kamu sebelum keluarganya fikran datang ya...." aku menghela napasku pelan.

"Iya ma." ucapku lalu bergegas menuju kamarku.

Aku hanya membasuh wajahku lalu memolesinya dengan bedak tipis. Karena aku tipe wanita yang tidak suka ribet dalam berdandan jadi aku mencari cara praktis yang mudah namun tetap terlihat natural.

Suara klakson mobil di depan rumah lantas membuatku segera keluar kamar.

Aku menghampiri mama dan tante rahma di ruang tamu.

"Sudah siap nak?"

"Sudah kok tant."

"Oky. Sebaiknya kita pergi sekarang." aku hanya mengangguk dan menuruti ajakan tante rahma.

Sebelum masuk ke dalam mobil,aku sempat melihat tatapan tajam itu lagi. Aku tidak tahu,tatapan itu bermakna apa untukku. Namun aku sangat membenci tatapan tidak bersahabat itu.

Lalu detik berikutnya,mobilpun bergerak meninggalkan halaman rumah.

Aku melirik mama di sampingku. Lalu melirik tante rahma di depanku.

Ya Allah,aku percaya takdirMU yang terbaik untukku.
Aamiin ....

Cinta sampai HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang