Cinta Sampai Halal part 23

3.3K 97 0
                                    


"Sudah siap?" Aku segera menoleh. Ia melangkah mendekatiku. Aku mengangguk.

"Mau apa?..." Dia segera mengangkat tas berisi pakaianku. "Tidak perlu,biar aku saja yang membawanya." Kataku. Dia berhenti melangkahkan kakinya sebelum ia benar-benar keluar dari pintu.

Aku segera mendekatinya hendak meraih tas yang ada dalam genggamannya.
"Kamu tidak perlu repot-repot. Bukannya saat kemarin aku datang kesinih,aku membawa sendiri tas milikku?" Kataku lagi. Dia tidak membuka suara namun matanya mengisyaratkan pertanyaan dibenakku. "Kenapa kamu menatapku seperti itu?" Tanyaku yang mulai risih.

"Kamu cantik hari ini." Katanya lalu segera berlalu.

"Cantik?" Lirihku namun mampu membuat hatiku berbunga-bunga.

Kami segera memasuki halaman depan rumah. Aku menarik napas panjang. Menikmati suasana pagi di rumah sendiri. Sudah sepekan aku meninggalkan rumah ini dan aku begitu sangat merindukan rumah ini.

"Tadi sebelum aku ke rumah ayah,aku mampir sebentar ke warung bakso milik pak amin. Aku sudah mengusulkan kerja sama dengan pak amin. Dan dia terlihat sangat senang sekali." Katanya setelah meletakan tasku didalam kamarku.

"Benarkah?" Dia mengangguk sembari tersenyum.

Aku menarik napas legah. Setidaknya janji yang telah dia ucapkan,telah dia tepati.

Dia segera duduk diatas tempat tidur. Sebenarnya,aku enggan bertanya padanya karena dia terlihat begituh capek. Sebab pulang dari tempat tugas,dia menyempatkan waktunya untuk menjemput aku.

"Aku baru tahu kalau kamu punya bisnis kuliner." Kataku yang membuatnya menoleh kearahku lalu terkekeh sesaat. Membuat aku menatapnya bingung.

"Oh aku belum cerita yah?" Tanyanya.

"Cerita apa?" Tanyaku namun tidak langsung dijawab olehnya.

Dia melonggarkan dasinya yang menghimpit pernapasannya. Lalu memperbaiki posisi duduknya.

Dia menepuk-nepuk tempat tidur mengisyaratkan agar aku duduk disanah. "Kog bengong,ayo duduk." Pintanya saat tidak mendapatkan respon apapun dariku atas tindakannya.

"Aku duduk disinih saja." Kataku.

"Oh oky." Jawabnya hampir tak terdengar. "Oh jadi ginih,teman aku bayu punya usaha kuliner. Dan sejak dulu dia memang meminati kuliner seperti bakso." Dia menarik napas sejenak sebelum melanjutkan ceritanya yang terlihat panjang itu. "Namun karena kurang keahlian dalam menghidangkan bakso sesuai lidah parah penikmat,dia urungkan niatnya. Aku yang tahu sejak kami duduk dibangku SMA dia penikmat bakso,langsung mengajukan bakso pak amin padanya. Dan dia langsung menyanggupi untuk membantu usaha pak amin dengan pak amin mau bekerja sama dengannya. Jadi sepulang dari tempat tugas,aku mengajak bayu ke warung pak amin terlebih dahulu. Hasilnya,mereka sama-sama senang."

"Alhamdulillah..." kataku akhirnya diiringi senyuman.

**

Anggi.
Ran,aku perlu ngomong empat mata dengan kamu.

Anggi.
Aku tunggu kamu di tempat biasa.

Aku menarik napas dalam. Aku tahu,hatiku kini mulai bergejolak menahan amarah. Namun sebelum tahu kebenarannya,aku harus bisa menguasai amarahku sendiri sebab nafsu.

"Astahfirullah..."

"Alwa,apa yang kamu lakukan?"

Tak...

Mataku seketika membulat. "Ma... maaf." Kataku lalu segera menunduk memunguti ponsel miliknya yang telah jatuh ke lantai. Pikiranku mulai kacau. Khawatir dia akan berpikir buruk padaku.

Cinta sampai HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang