21. Menuju

800 86 22
                                    

"dan inilah cara Tuhan mendekatkan kita"
.
.
.

"APA ? BALI ? BERDUA ? SAMA MONDY ? SERIOUSLY SIR ?"

"Emang kenapa sama Mondy? Dia pernah jahatin kamu ?"

Raya memandang pria tua berjas abu-abu itu sebal.

Lagi lagi Mondy. Mondy lagi. Selalu Mondy.

"Bukan gitu Sir, tapi saya bosan sama Mondy terus. Dia itu gak niat kerja, gak pernah konsen. Kadang raga nya disini jiwanya melalang buana. Kan nyebelin tuh anak"

"Makanya kamu bikin dia konsen dong, semangatin dia. Perhatian sama dia"

"Saya kan bukan siapa-siapanya mr. Mondy sir, kalo saya perhatiin ntar dikira saya ada apa-apa sama dia"

"Kalian emang ada apa-apa"

Sejenak Raya diam, mengartikan aoa maksut perkataan bosnya itu.

"Sudahlah. Abaikan. Intinya lusa kamu harus ke Bali sama Mondy. TITIK gak pake koma."

"Tapi kek---"

"Gak ada tapi-tapian. Lusa kalian wajib berangkat. Sekarang kamu bisa keluar dari ruangan saya" ucap kakek Rama kemudian berlalu ketoilet yang berada diruangannya dikarenakan sudah kebelet.

Raya menghela napas, "gini amat yak nasip anak perantauan"

***

Sepanjang trotoar yang dilalui nya, Mondy tak kunjung mendapatkan sesuatu untuk diberikannya keseseorang. sesuatu yang spesial.

"Aduh!"

Mondy tersentak dengan suara itu, suata yang baru saja tersenggol oleh bahunya tanpa sengaja.

"Sorry" ucapMondy lalu menjulurkan tangannya sebagai bentuk pertolongannya.

"Thanks. Lain kali kalo jalan, mata juga digunain jangan meleng."

"Sorry Miss"

"Ya. Aku maafin." setelahnya wanita itu berlalu meninggalkan Mondy yang masih diam ditempat.

"Cantik" puji Mondy.

***

Jam yang melingkar ditangannya sudah menunjukan pukul 4 sore lebih 15 menit, itu berarti sebentar lagi jam pulang kantor.

Raya sebisa mungkin menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat agar bisa sampai kerumah lebih cepat juga. walau pada kenyataannya kemacetan adalah penyebab utama dia tak pernah lebih cepat.

"Selesai"

Raya meletakan bulpoin warna biru itu dengan sedikit kasar hingga menimbulkan suara hantaman yang mengakibatkan sebagian orang yang satu bagian dengannya menoleh kearahnya.

"Sorry" Ucap Raya tanpa suara. Lalu pandangannya beralih ke Cindy yang mulai hari ini pindah meja kerja dibelakang Raya.

"Gak ada yang lucu"

"Whahahha...." Cindy menggeser bangku nya tepat disebelah Raya, "Malem ini ke Club yuk"

"Club ?" tanyanya memastikan. Sudah lama dia gak pergi ketempat menyenangkan itu.

"Emmm..."

"Ayolah" bujuk Cindy dengan mengedip-edipkan matanya.

Raya berfikir, sudah lama sekali dia tidak menginjakkan kakinya disana. Terakhir kali mungkin dua tiga tahun lalu, atau empat tahun ? Entahlah.

Raya kembali mengingat. Mengingat janjinya keseseorang yang tidak akan menginjakkan kakinya ke club dengan alasan apapun. Apapun. Dan dengan pedoman janji itu Raya yakin.

"Ntar jemput gue jam 8. Gue males nyetir" jawab Raya akhirnya.

janji ? untuk siapa janji itu ? bahkan sekarang janji itu bukan apa-apa. Bukan untuk siapa-siapa.

***

Mondy sudah siap dengan kotak kecil yang akan dia berikan kepada wanita cantik yang bekerja diperusahaan kakeknya. Wanita yang mampu mencuri cintanya dengan tiba-tiba tanpa aba-aba. Wanita yang pernah ada lalu pergi dan tanpa sengaja kembali lagi dikehidupannya. Membawa sosok yang berbeda dari sosok yang dulu.

Raya yang berbeda dengan Raya yang dulu.

Raya keluar dari lobby dan langsung disuguhi senyum menawan pria berjas abu-abu. Senyum yang entah kenapa disukai Raya. Entah apa Sebabnya.

"Ngapain lo disini?" tanya Raya setelah dia tepat dihadapan Mondy.

"Jemput kamu"

"Gue bawa mobil sendiri"

"Seterah. Kamu harus pulang sama aku"

"Nggak. Mobil gue baru diisi bensin kemarin, sayang kalau gak kepake. mending lo ngajak yang lain aja"

"Kebetulan" ucap Mondy cepat. Meraih lengan wanita itu yang hendak meninggalkannya.

Raya melirik tangan kekar itu, lalu beralih kemata Mondy. Mondy tau Raya memberi tatapan ketidaksukaannya namun Mondy tetap mencekal lengan Raya.

"Mobil aku kehabisan mobil . Jadi aku yang nebeng sama kamu"

"Apa?"

"Come on. Keburu malem. Ntar tutup"

"Apanya yang tutup?"

tanpa mau menjawab pertanyaan Raya, Mondy menggelandang Raya menuju mobil wanita itu. Meminta secara paksa kuncinya dan berakhir dengan Raya yang pasrah duduk disebelah Mondy yang sedang berkutat dengan kemudi.

***

Raya menbelalakan mata , tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang ini. Tempat ini , tempat yang pernah,

"Iya" sahut Mondy tiba-tiba, seolah menjawab apa yang ada dipikiran Raya.

"Mondy," lirih Raya. Lalu Mondy tersentak karena Raya yang tiba-tiba menerjang dirinya dengan sebuah pelukan. Dekapan yang semakin erat Mondy rasakan, menuntun dirinya untuk membalas dekapan Raya tak kalah erat.

"thank's" lanjut Raya.

"Everything for you"

****

UPDATEEEEEEEEEEE!!!!!!!!

Girangnya diriku karena bisa update, muwah muwah,
makasih yang masih mantengin cerita gaje ini, muwah muwah

kiss dari jauh saya untuk kalian. lope u :-*:-*:-*

TYPO DKK.NYA tolong ditag ya, biar bisa direpisi. 😁

You're The OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang