Koreksi Typo !!!
*
*
*
*
Rindu. Kenapa harus rasa ini yang datang ketika kesunyian melanda. Tanpa kata yang mampu diucapkan pada dia yang jauh disana. Entah apa yang dilakukannya hingga rasa ini selalu datang tanpa mau diusir. Selalu melintas padahal sering kali diabaikan.Oh bulan datanglahh....... !!!!
Bulan sampaikan rasa ini untuknya, dia yang berdiri menatapmu dibawah pohon rindang sendirian, menatap dirimu dikegelapan malam yang tak berbintang. Jangan merasa sendirian bulan, karena aku dan dia masih setia berdiri menemanimu dengan rasa rindu dan pengharapan yang sama. Dengan orang yang sama pula. Tak berbeda. Tetap dia. Hanya saja dia disana entah dengan rasa apa, sedangkan yang disini masih dengan rasa itu.
"Lo mau pulang jam berapa? Udah malem banget ini, gue besok ada meeting penting"
"Gue masih betah disini. Lo kalo mau pulang, pulang aja."
"Mau sampai kapan Bang? Gue ngeri lihat lo kayak gini"
"Emang gue kenapa Dam? Gue fine-fine aja, gak ada masalah"
"Yang bermasalah itu yang disini" Adam mengarahkan jari telunjuknya kedada Mondy, "ini masalah hati. Mau sampai kapan? "
"Gue bingung"
"Bingung aja terus. Kayak author wattpad yang lagi bingung bikin lanjutan ceritanya tapi gak dapet ide," Adam merebut wine yang sedari tadi dipegang Mondy, "waktu terus berlanjut Bang, lo mau stuck disini atau mau move ? Lo gak tau kan dia disana dengan siapa dan lagi berbuat apa? Ntar nyesel, uring-uringan kayak tempo doloe, gue sedih lihatnya"
"Maunya sih move Dam, tapi banyak hal yang harus gue pertimbangin dulu"
"Kerjaan atau Bella?"
"Semua"
Kemudian suasana hening menerkam mereka berdua.
Baik Mondy maupun Adam larut dalam pemikirannya masing-masing.
"Gimana perasaan lo sama Raya?"
Tanya Adam memecahkan keheningannya."Perasaan gue ke Raya masih sama. Gak berkurang sama sekali." Jawab Mondy.
"Ke Bella ?"
"Bella?" Adam menunggu, Mondy melanjutkan, "Bella itu sekretaris sekaligus temen gue yang paket komplit. Jadi rekan bisnis oke, jadi rekan non-bisnis oke. Gue suka-----"
"Lo suka sama Bella?" Sergah Adam.
"Iya. Gue suka sama Bella" Mondy berdiri lalu melangkahkan kakinya kepintu keluar dari rooftop gedung tempat ajeb-ajeb, lalu diikuti Adam dari belakang,
"Suka dalam konteks yang berbeda. Bukan cinta tapi nyaman. Gue nyaman temenan sama Bella. Tanpa ada embel-embel sayang atau cinta. what everlah... tapi kalo ada yang nyakitin Bella gue bakal ada dibarisan depan buat bales tuh orang,
Dan buat lo, gak usah cemburu sama gue, kalo lo masih cinta, buruan disosor jangan kasih kendor. Lo gak tau kan kalo Bella lagi deket sama staff baru dikantor?" Mondy menyeringai lalu masuk kedalam Mobil
"Siapa?" Adam duduk disebelah Mondy. Memasang seatbelt nya seraya menunggu jawaban Mondy.
*****
Jika bintang adalah teman dari bulan. Seharusnya bintang ada disana, disekeliling bulan . Menemani bulan dalam kesunyian dan menerangi dalam kegelepan. Apa indahnya bulan tanpa bintang? Tidak ada.
Bulan dan Bintang. Satu paket komplit didunia malam. Tanpa mereka malam akan menyeramkan, dengan mereka malam tampak indah dengan cahayanya.
Bintang, datanglahhh.....!!!!
Temani bulan malam ini, temani kesendiriannya dan kesendirian dia yang sedang duduk termenung dibawah pohon rindang. Pohon besar berdaun kecil-kecil yang setiap rantingnya melebar mengayomi sesuatu yang dibawahnya.
Bintang itu besar, namun terlihat kecil dari kejauhan. Cahaya bintang itu menyilaukan, namun terlihat biasa dari kejauhan.
Seperti rasa itu, rasa yang besar namun terlihat kecil karena nampak dari kejauhan. Rasa itu terang, namun tak terlihat karena jauh terpendam didalam sana.
Rasa itu ada. Selalu ada. Entah untuk siapa? Yang jelas rasa itu pasti untuk seseorang yang jauh disana, yang tak terlihat tapi memiliki rasa yang sama besar.
Siapapun dia, jadilah bulan yang selalu ada dilangit malam, jadilah bintang yang menemani bulan, bersinarlah bersama untuk menunjukan pada dunia bahwa kita satu.
Raya duduk termenung disebuah bangku taman, menatap bulan yang sendirian diatas sana, diantara awan gelap tanpa ada yang meneranginya.
"Kemana mereka ? Kenapa mereka nggak nemenin bulan. Jahat syekali kamu bintang, ish ish ish.."
"Siapa?"
Raya menoleh, tepat disebelahnya Finni mendaratkan bokongnya dibangku taman tempat Raya duduk.
"Itu bintang. Malem ini kok nggak ada bintang ya?"
"Mungkin karena mendung,"
"Emang ngefek ya?"
Finni menarik bahunya keatas lalu kebawah.
"Lo masih sama Rio?" Tanya Finni.
"Masih dong. Kenapa?"
"Sebesar apa sih cintanya elo sama dia? Lo taukan keluarga kita gak ada yang suka sama Rio?"
Raya diam. Lalu mengangguk.
"Terus?"
"Nggak tau Fin. Gue bingung. Jujur ya, dibilang cinta gue ragu, kalo sayang sih gue sayang. Nggak tau juga deh, gue nyaman sama Rio. Udah gitu aja,"
"Selain Rio siapa yang ada dihati lo? Jangan bilang si abang yang cipokable itu, gue tau dia masih dihati elo"
Raya tersenyum kecut, "Dia punya tempat tersendiri dan gue benci ngakuin itu," Raya terdiam sejenak sembari memejamkan matanya, "Seseorang yang kadang muncul di mimpi gue, perawakan mas-mas campuran gitu, tinggi, ada bule-bule nya dikit. Tapi orang itu gak putih, sawo kurang mateng lah" jawabnya sambil membuka matanya.
"Lo lihat mukanya?"
"Nggak. Namanya juga mimpi mana jelas mukanya. Tapi kalo tubuhnya masih jelas."
"Emmmmm....."
"Udah gitu doang? Sesi tanya jawabnya gak dilanjut lagi nih?"
" Udah malem. Males mikir. Pulang yuk!!" Ajak Finni lalu berdiri.
Raya mengikuti langkah Finni menuju mobil mereka.
"Gue gak tau kenapa, malem ini gue ngerasa kangen seseorang. Dan seseorang itu bukan Rio."
*
*
*
*Gak minta diambilkan bulan dan bintang sungguhan,
Cukup komen dan vote story ini,
Thanks kalian semua,
Kehcup kehcup muanjjah 😘

KAMU SEDANG MEMBACA
You're The One
De TodoSEMBILAN PULUH DELAPAN KOMA DELAPAN PULUH SEMBILAN PERSEN CERITA INI GAK ADA FAEDAHNYA. NGAWUR BIN GAJE. Beneran dehh !! Suwer !! Coba aja baca, dari prolog same epilog. PASTI MEMILUKAN. Haha yang bikin aja gak jelas, XD . Terbelenggu oleh rasa yang...