🐥🐥🐥🐥🐥
Raya menglandingkan bokongnya dikursi yang selama ini menemaninya bekerja. Menetralkan segala yang berkecamuk difikirannya. Lalu
Dipijat pelipisnya perlahan, penuh dengan kasih sayang."Woyyyyyy " teriak Cindy dengan mendorong kuat kedua bahu Raya. sontak membuat Raya kaget dan sedikit terjungkal kedepan.
"Sialan lo Cin. Jangan ganggu, gue lagi pusing. Huss sana" usir Raya memijat pelipisnya lagi.
"Gue gak mau ganggu lo. Gue cuma mau tanya . Lo kok baru keluar dari ruangan sih, pak Rama aja udah dari tadi. Pak Mondy juga gak kelihatan. "
Raya menghentikan pijatannya dan menatap Cindy tajam.
"Gue gak mau diganggu. Please! Silahkan kembali ketempat anda" ucap Raya penuh penekanan.
Cindy hanya diam , dan kembali mengerjakan pekerjaannya. Percuma kalo terus memaksa Raya, dia tau kalo Raya bilang gak mau diganggu maka dia tidak boleh mengganggu. Pepatah mengatakan senggol - bacok.
Tangan kiri rumahsakit , tangan kanan kuburan.Dan Cindy mengikuti kata hatinya yaitu tidak memilih semuanya.
.
Raya merapikan meja kerjanya cepat cepat, ingin rasanya dia sampai rumah dan berendam di bathup.
Hari ini sangat melelahkan fikirannya. Ditambah lagi kejadian yang dilakukaknnya dengan Mondy. Selalu terngiang ngiang difikirannya.
Raya memasuki lift, memencet tombol 1.Ting.
Bukan ayu ting ting.
Raya keluar lift, bersamaan dengan pintu lift disebelahnya terbuka. Menampakan dua sosok pria yang salah satunya telah menganggu fikirannya. Mr. Mondy.
Mr. Mondy dan Kakek Rama baru saja keluar dari lift sebelah, dengan cepat cepat Raya melangkahkan kakinnya menjauhi mereka. Dia tak ingin melihat wajah menyebalkan Mondy.
Dengan sedikit berlari Raya menuju mobilnya. Tentunya Raya tak menggunakan mobil Rolls Royce Phantom nya , dia menggunakan mobil Avansa yang baru dibelinya 2 tahun lalu.Raya melajukan mobilnya dijalanan Jakarta yang sangat padat. Untungnya jarak kantor dan tempat tinggalnya tak terlalu jauh.
20 menit kemudian Raya sampai kerumah. Membawa dirinya kekamar dan bergegas merendam diri dikamar mandi.
****
Mondy memasuki pekarangan rumahnya bersama kakeknya, duduk dibangku yang tersedia ditaman buatan yang berada dirumah mereka.
Menikmati senja yang mulai menampakan wujudnya."Kita harus sering begini?"
"Maksud kakek?" Tanya Mondy heran sembari meminum minuman soda kaleng yang tadi sempat dia beli.
"Kita kan jarang duduk berdua kayak gini, " ucap kakek
"Iya kek" Kakek dan Mondy diam, menikmati keheningan dalam senja.
"Emm....kakek tau Raya siapa?" Tanya Mondy memecah keheningan.
"Tau. Dari keluarga Sharman kan?" jawabnya.
"Kalau kakek tau, kenap kakek jadiin dia kariawan biasa, kenapa bukan manager atau lainnya yang lebih tinggi?"
"Awalnya kakek emang mau kasih jabatan itu, tapi setelah mendengar cerita dari ayahnya kakek tak mau mematahkan semangat gadis itu"
Mondy mengangguk-anggukan kepalanya, entah mengerti atau tidak.
"Kek ?" Panggil Mondy dan Kakek menoleh kearahnya, lalu Mondy melanjutkan kalimatnya "Kakek mau lihat Mondy nikah kan ? Juga punya cucu banyak dari Mondy ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
You're The One
RastgeleSEMBILAN PULUH DELAPAN KOMA DELAPAN PULUH SEMBILAN PERSEN CERITA INI GAK ADA FAEDAHNYA. NGAWUR BIN GAJE. Beneran dehh !! Suwer !! Coba aja baca, dari prolog same epilog. PASTI MEMILUKAN. Haha yang bikin aja gak jelas, XD . Terbelenggu oleh rasa yang...