22. I am comeback

320 50 11
                                    

"Aku akan jadi tameng terdepanmu, Sayang (!)"
.
.
.

Perjalanan yang menakutkan bagi Raya namun Kesempatan bagi Mondy , terbayarkan setelah mereka sampai di Raja Ampat.

Raja Ampat surganya terumbu karang. Keajaiban Tuhan dalam bentuk keindahan yang luar biasa. Tak bisa digambarkan dengan jelas mengenai Raja Ampat yang pasti siapapun yang kesana gak akan pernah nyesel.

Raya dan Mondy tiba di hotel. Hotel berbintang yang sangat terkenal disana.
Melangkah beriringan bak pasangan yang sedang berlibur.

"Bapak lewat lift yang disebelah ya." ucap Mondy kepada pegawai yang membawakan koper mereka. Dan mendapat anggukan dari orang tersebut.
Mondy hanya ingin berdua barsama Raya tanpa ada orang ketiga. Dan orang ketiga itu sudah dihempaskan oleh Mondy.

Kini mereka didalam lift berdua.
Bergandeng tangan , yang membuat Raya ingin sekali mematahkan tangan Mondy. Dari yang naik pesawat sampai didalam lift Mondy masih saja menggenggam tangan Raya.

"Lepasin" ucap Raya menatap Mondy.

"Kita masih didalam lift dan lo mnta gue lepasin. Sabar dong. Apa jangan2 lo udah ngebet yaaaa" Mondy menyeringai nakal.

"Apaan sihh lo. Punya otak tuh dibersihin. Di laundry gitu, biar bersih." kesal Raya dan mengangkat tangannya yang digenggam Mondy.

"Ini maksut gue. Tangan lo. Gue tuh bukan orang buta, bukan juga mau nyebrang. Ngapain lo pegangin tangan gue mulu"

"Oh" Mondy melepaskan genggamannya. Raya lega, sekarang dia gak akan seperti orang yang mau nyebrang. Namun kelegaan itu seketika musnah, Mondy meletakkan tangannya dipinggang Raya.  Menariknya untuk lebih dekat dengan Mondy.

"Lepasin Mond. Lo bisa gak jauh jauh dari gue," kesal Raya , memcoba menarik dirinya agar terlepas dari Mondy.

"gue gak bisa. Lo diem aja dehh. Nurut gitu lohh sama gue," Raya terdiam. Sekilas memory itu muncul sedikit demi sedikit. Raya pernah dalam kondisi seperti ini. Bersama seseorang yang sangat dia cintai, meski itu tak berlangsung lama.

Mendadak kepala raya terasa pusing, hampir terjatuh namun dengan sigap Mondy memeluknya.

"Raya, lo kenapa? Jangan bikin gue takut dehh" tanya Mondy cemas.

"gue gak papah kok. Singkirin tangan lo. Pala gue sakit gara2 lo megangin gue mulu" jawab Raya kesal, masih dengan memegangi kepalanya yang pusing.

Mondy melepaskan pelukkannya pada Raya.

"emang ada hubungannya ya?" lirih Mondy

Ting .. Pintu lift terbuka.

"kamar nomer 23.RH." ucap Mondy yang sedang mencari kamarnya. Sedangkan Raya mengekor dibelakangnya. Memperhatikan Mondy yang sedang clingak-clinguk membaca tulisan disetiap pintu kamar hotel.

"Yaps sampe. Ini dia." Mondy membuka kamar tersebut, memasukinya diikuti oleh sipembawa koper.

"makasih pak." ucap Mondy dan memberikan tip.

Raya mematung didepan pintu.
"lo mau diluar aja atau ikut masuk?" ucap Mondy yang memperhatikan Raya yang terdiam.

"ini kamar lo. Dan kamar gue??"

"ya ini. Kamar nomer 23.RH. KAMAR KITA." Mondy menyenderkan lengan kanannya dikisi pintu.

"KITA??? Ngaco lo. Enak di elo pait di gue itu mah. Ogah. Gue mau pesen kamar sendiri." ucap Raya dan meninggalkan Mondy.

Mondy tak mencegah kepergian Raya karna dia tau wanitanya itu pasti akan kembali padanya.

Mondy meletakkan kopernya kedalam lemari tanpa mengeluarkan isi nya. Kemudian berlalu kekamar mandi.
.
Raya berjalan menuju kamar Mondy dengan kesal. Mulutnya tak henti hentinya komat kamit. Entah apa yang diucapkan nya. Yang jelas Raya sekarang ini sedang kesal. Kesal karna tak bisa memesan kamar untuk dirinya dikarenakan semua kamar sudah dipesan oleh pengunjung lain.

Raya sudah berdiri didepan pintu 23.RH. Mengetuknya namun tak ada jawaban. Raya mencoba memutar knopnya tapi dikunci.

"Sialan. Awas lo ya Mon." lirih Raya yang mencoba menahan amarahnya.

Raya mengetuk untuk kedua kalinya. Masih tak ada jawaban. Akhirnya terpaksa Raya,

Gdorr gdorr gdorr (anggep suara pintu yang digedor-gedor. HAHA)

"Mondy bukaaa. Atau gue dobrak nihh pintu. M O N D Y" Raya berteriak didepan pintu. Menempelkan badan dan wajahnya dipintu.

Cllek (suara pintu terbuka)

Gubrakkkk.

Raya terjatuh ketika pintu kamar tiba tiba terbuka. Ambruk diatas tubuh Mondy yang tak mengenakan apapun. Hanya handuk putih yang terlilit dipinggangnya.

Untuk sesaat Raya dan Mondy menikmatinya.

"Mondyyyyyyyyy........." teriak Raya dan bangkit dari tubuh Mondy.

Mondy menutup pintu dan menguncinya.

"Apaan sih Ray, rusak kuping gue."

"Biarin. Lo rese' sihh, ngapain pake ngunci pintu." ucap Raya kesal. Mondy yang ada dihadapan Raya mendekat kearahnya perlahan.

"kalo gak dikunci ntar ada yang nyelonong masuk, lo mau barang2 kita ilang?. Gua mah ogah." ucap Mondy yang semakin mendekat pada Raya.
Mondy maju selangkah dan Raya mundur selangkah. Tiba dimana Raya tak bisa lagi mundur karena betisnya terpentok di pinggiran kasur. Membuatnya jatuh terduduk.

"Ngapain lo mundur mundur, kayaknya gak cuma otak gue deh yang harus dilaundry punya lo juga." Mondy menundukkan kepalanya tepat diatas wajah Raya yang mendongak dibawahnya.

"Otak gue bersih. Gak kayak otak lo. Minggir. Gue mau mandi." ucap Raya. Mencoba berdiri namun Mondy mencegahnya dengan memegang kedua bahu Raya.

"Lepasin Mondy"

"kalo lo mau mandi, lo pasti butuh handuk." ucap Mondy dan melepaskan lilitan handuk dipinggangnya, membuat Raya seketika menutup wajahnya dengan kedua telapak kanannya. Raya tak mau matanya tercemar dan dewasa sebelum umurnya. Padahal dia udah cukup umur.😁

"Mondy lo apa apa-in sihh." teriak Raya dibalik telapak tangannya. Dan,

"BHAHAHAHAHAHHAHAHAHa" Mondy tertawa terbahak-bahak. Dan itu membuat Raya membuka tangan dan mata nya.

"Mondy lo rese' ya. " ucap Raya kesal dan merebut handuk yang dipegang Mondy. Ternyata dibalik handuk itu ada boxer yang sudah dikenakannya sedari tadi.

Sontak Raya yang kesal dengan perbuatan Mondy mendorong tubuh laki-laki itu, membuat jarak diantara mereka.

"perut gue sakit Ray. Bahahaahaa" Mondy memegangi perutnya yg terasa sedikit sakit gara2 tertawa.

Raya yang memperhatikan Mondy dengan tawa girangnya, melangkah menuju kamar mandi, membawa handuk yang tadi dikenakan Mondy.

Setelah beberapa detik didalam kamar mandi, Raya keluar dan melemparkan handuk tersebut dengan kasar, tepat mengenai wajah Mondy yg masih mengeluarkan tawa nya meski tak seheboh tadi.

Didalam kamar mandi, Raya berdiri didepan kaca. Ada guratan merah jambu si pipinya pertanda dia sedang malu. Malu dengan kejadian tadi. Dimana dia kira Mondy akan benar benar merusak matanya. Namun semua hanya jebakan. Sial!!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
No comment ah🙊 syukur2 kalo masih ada yg mau mampir🤪


Thanks buat yang suka rela nungguin cerita ngawur ini, thanks buat yang sudi comment and vote. Thanks buat semuanya yang dengan lapang dada atau bahkan lapang(an) bola, membaca tulisan ini.

Sorry buat typo dan gajel-annya guys.😫

Peluk erat dari yang disini😘

You're The OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang