Part - 18

770 112 60
                                    

Happy Reading
•...•
Happy Monday
💚💚💚

Klik mulmed di atas ya 😉








"ayo ayo silahkan di makan sepuasnya, hari ini aku yang traktir. Jadi kalian jangan khawatir, oke". Davib mencoba memecah keheningan di antara mereka berempat, sebenarnya sejak tadi mario ingin melakukan hal yang sama seperti yang di lakukan davin saat ini. Namun, hati kecil mario menolak keras untuk melakukan itu. Ia sengaja menyenggol paha kanan davin dan usaha kecilnya berhasil, davin dengan seringai tajamnya itu mengerti maksud dari kode mario barusan.

"diam-diam bae, kasihan makanannya di aduk-aduk gitu. Udah kayak perasaan aja, campur aduk". Davin terkekeh pelan melihat keterkejutan raya dan mondy yang seketika saling pandang, namun tidak lama. Mereka berdua kembali ke posisi semula, meski keduanya duduk berdampingan raya dan mondy enggan untuk bertegur sapa.

"aku minta maaf, aku tidak bisa berlama-lama. Karena ada beberapa dokumen yang harus aku selesaikan sebelum aya di operasi besok. Oh iya dav, terima kasih atas jamuannya. Next time, kita bisa calling-calling lagi untuk ketemuan".
Davin terlihat mengangguk-angguk, ia mengerti dengab posisi mondy sekarang. Ia telah lebih dahulu tahu apa yang terjadi pada lelaki itu, jauh sebelum pertemuan pertama mereka di rumah sakit. Karena ketika ia memutuskan kembali dari perjalanannya, davin telah lebih dulu mengetahui keberadaan mondy saat mobil lelaki itu melintas di hadapannya. Sejak saat itu, ia berusaha mencari tahu informasi tentang mondy dan anak yang ada dalam pelukkannya.

Mondy melirik sekilas ke arah raya, namun yang di tatap malah menampilkan sikap cueknya sembari mengaduk-aduk makanannya.

Mondy melirik sekilas ke arah raya, namun yang di tatap malah menampilkan sikap cueknya sembari mengaduk-aduk makanannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"di makan ray, jangan di liatin terus. Aku pamit ya, jaga dirimu baik-baik", lirih mondy selembut mungkin. "maaf, jika kehadiranku membuatmu tak nyaman. Permisi". Mondy kemudian bangkit dari duduknya, ia bertos ria dengan kedua sahabatnya sebelum benar-benar pergi dari hadapan raya.

"mondy", raya membatin sembari terus melihat punggung lelaki yang semakin lama semakin mengecil dan masuk ke dalam mobil pribadinya.

"udah, jangan di liatin terus. Percuma alias terlambat, kenapa tidak dari tadi ketika hot daddy itu masih duduk di samping anda, Nona Kanaya Rayasati?". Davin berusaha menggoda raya yang tengah menatapnya tajam, ia kemudian mengedipkan sebelah matanya ke arah raya.

"hei, ada apa dengan matamu? Kena iritasi ringan apa kelilipan masa lalu?", mario mencoba menggoda davin padahal ucapannya itu secara tidak langsung ia tujukan pada raya yang saat ini tengah menatap tajam ke arah mereka berdua secara bergantian.

Merasa situasi sudah tidak kondusif , davin menyudahi ekspresi wajah anehnya itu sebelum berucap, "sudahlah, jangan tegang seperti itu. Tersangkahnya sudah pergi, sekarang tinggal para korban. Jadi katakan padaku, apa yang kau pikirkan ray?".

"kau berhutang penjelasan padaku!", tegas raya.

"owh hahaha... Tenanglah nona, jadi katakan aku harus memulainya dari mana? Karena kau tahu sendiri penjelasan dari ku ini panjang, ya kira-kira dari sabang sampai merauke".

"please dav, apa perlu aku share loc padamu biar kau sadar bahwa kita bertiga berada di kota paris? Bukan indonesia", ujar mario tiba-tiba, seketika membuat davin kembali tertawa keras.

"hahahaha... Selera humormu benar-benar meningkat drastis, apa jangan-jangan karena predikat hot daddy beranak 3 itu yang membuat seorang mario yang terlihat elegan dan bijaksana, berubah menjadi konyol persis seperti sulu and the gank... Apa benar seperti itu mario? Hahaha".

"hentikan tawamu dav, aku muak".

"ooops, ssst ada yang marah". Davin kembali berbisik pada mario yang masih mati-matian menahan tawanya, tapi tidak bagi raya yang saat ini terlihat tidak selera.

"oke oke fine, aku akan serius mulai sekarang. Aku akan menceritakan sedetail mungkin awal perjumpaanku dengan mondy, lalu apa yang aku ketahui dan kenapa bisa aku merencanakan pertemuan ini. Dengarkan baik-baik, aku tidak akan mengulangnya karena aku tahu kedua telingamu itu tidak sedang bermasalah".

Raya memutar bola matanya kesal, namun akhirnya ia mengangguk dan mengiyakan semua permintaan davin yang menurutnya terlalu bertele-tele dan terkesan berlebihan itu.

"ya sudah ceritakan sekarang".

"baiklah!".

Raya mulai mendengarkan dengan seksama apa yang davin jelaskan padanya, apa yang davin ketahui tentang kehidupan mondy 7 tahun yang lalu dan kenyataan apa yang terjadi sehingga semua terkesan rumit dan sulit di cerna akal manusia. Semakin lama davin bercerita, semakin deras pula air mata bercucuran di wajah cantik raya. Ia terlihat menutup mulutnya sembari menggeleng-gelengkan kepalanya pelan seakan tidak percaya dengan apa yang davin ucapakan. Berulang kali juga ia menghela nafas beratnya untuk menahan desakan air mata yang semakin kuat, tapi berulang kali juga ia membiarkan butiran-butiran kristal itu lolos begitu saja secara sukarela, tidak menuntut tapi mendukung respon gadis itu bahwa apa yang ia dengarkan dan ketahui sekarang adalah murni kenyataan atas takdir sang pencipta yang begitu kejam mempermainkannya lagi dan lagi.

Davin berjeda sedikit, ia menyeruput ice lemon tea nya sejenak untuk memberikan ruang di hati dan pikiran raya agar gadis itu bisa mencerna, memahami dan menerima semua dengan lapang dada.

Lambat laun isakkan demi isakkan lolos dari bibir raya, tubuhnya bergetar hebat sehingga mau tak mau mario membawa raya dan davin memasuki private room di cafe ini. Dalam situasi seperti ini tentu akan mengundang keingin tahuan orang-orang di sekitar mereka aras apa yang membuat seorang gadis menangis di hadapan dua pria, oleh karena itu mario bergegas memboyong keduanya masuk dan mengunci pintu private room itu.

Di sinilah, di tempat ini dan di ruangan yang sunyi ini air mata raya tumpah dengan sendirinya di ikuti isak tangis yang mulai terdengar pilu.
Runtuh sudah benteng pertahanan raya yang selama ini susah payah ia bangun untuk menutup celah di hatinya, untuk mengubur perasaannya yang telah mati pada lelaki itu namun seketika semuanya meledak bak bom waktu yang diam-diam selama ini ia genggam.

Raya tidak mampu lagi menahan gejolak di dalam dadanya, ia tak mampu lagi berpura-pura kuat di hadapan semua orang, dan ia tak mampu lagi mengucapkan kalimat yang menjadi jargon andalannya selama ini bahwa "ia baik-baik saja". Sepenggal kalimat yang bertolak belakang dengan keadaan hatinya, sepenggal kalimat yang berusaha menutupi kegundahan hatinya dan sepenggal kalimat yang membuat semua orang mengganggapnya gadis yang kuat, tapi pada kenyataannya semua hanya tinggal ucapan belaka. Karena sesungguhnya, hati raya tidak sekuat ucapannya.

"cukup dav, jangan di teruskan. Aku mohon jangan di teruskan". Raya mencakup kedua tangannya tepat di hadapan davin berusaha memohon dengan air mata yang terus membasahi wajah cantiknya itu.

"itu belum semua yang kau ketahui ray, masih banyak lagi yang mondy alami setelah kepergian kita. Ingat ray, luka yang menyakitkan itu bukan yang nampak di luar. Tapi yang merobek di dalam. Diam-diam. Pelan-pelan. Tidak terlihat di mana lukanya, tapi rasanya sakit sekali".

Bersambung


Sincerely,
Alycia_188

Cp :
IG @alycia_188
Group WA@ramonlovers

Eiffel, I'm In Love (ENDING) #wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang