Part 28

873 116 134
                                    

Happy Reading
•...•

Maapkeun karen baru bisa next story ini di jam-jam genting 😂😂😂 maklum, eyke baru aja kembali dari dunia mimpi. Begitu dapat feelnya, langsung aja menari-nari di atas keyboard 😍😍😍😍

Jangan lupa Vote and Comment tang buanyaaakkk 😘😘😘





Raya mengusap kasar air matanya kemudian ia bangkit berdiri, menegakkan tubuhnya sembari menarik nafasnya dalam-dalam. Di tatapnya makam mike dengan senyum yang merekah, hati raya tiba-tiba saja merasalan lega yang luar biasa ketika ia bisa mengunjungi makam sahabatnya yang sudah di tinggalkannya selama kurang lebih 7 tahun itu.

Berbeda dengan dulu, kalau pada waktu itu raya kesulitan untuk sekedar mengunjungi mike tapi sekarang itu tidak terjadi lagi. Raya lebih leluasa berkunjung kapan pun ia mau, tanpa harus mengkhawatirkan para penjaga makam mike yang sama sekali tidak mengizinkan dia walau hanya sekedar membawakan bunga untuk mike. Raya berharap mike selalu tenang di alam sana, ia sangat merindukan sosok lelaki dengan sikap dinginnya bak es di kutub utara tapi memiliki kebaikkan hati yang terlambat ia sadari. Mike berarti bagi raya, pertemuan dan pertengkaran yang mengawali perkenalan mereka memberikan kenangan tersendiri bagi raya yang tidak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya. Bahkan ia menaruh harapan di kehidupan selanjutnya, dirinya bisa bersanding dengan sosok lelaki seperti mike.

"aku pergi dulu, mike. Aku janji akan selalu mengunjungimu, aku janji". Raya tersenyum getir.

Pelan-pelan ia membalikkan tubuhnya, melangkah dengan hati-hati meninggalkan makam sahabatnya itu.

Dari kejauhan mata raya memicing saat melihat mondy yang masih saja menunggunya, lelaki itu duduk santai di atas motornya dengan senyum manis andalannya yang selalu membuat raya kecanduan. Sejujurnya meski usia mereka tidak muda lagi, mondy masih tetap terlihat seperti ABG di mata raya. Entahlah, mungkin itu salah satu alasan raya masih menyediakan tempat di dalam hatinya untuk pria beranak satu itu.

"mondy, aku pikir kau sudah pulang", ujar raya heran.

"seribu tahun pun aku akan selalu menunggumu ray, tidak peduli kau menyukai tindakanku atau tidak!!!".

Raya menunduk malu mendengar ucapan pria itu, mondy selalu saja bisa membuat raya bahagia meski hanya dengan kata-kata.
Sedetik kemudian ia mendongkakkan kepalanya, senyum yang semula tercipta kini berubah menjadi masam. Ekpresi datar menjadi pilihan yang tepat bagi raya untuk membentengi hatinya agar ia tidak terkesan memberi harapan pada mondy.

"aku pulang dulu!!!".

"ray tunggu ray". Mondy mencekal pergelangan tangan gadis yang hendak meninggalkannya itu. Ia menatap dalam maniak mata indah milik raya sebelum berucap, "Aku akan mengantarmu, please ray".

Raya diam, namun setelah bergulat dengan pikirannya sendiri akhirnya raya mengangguk menyetujui permintaan mondy.

"makasih ray, boleh aku minta sesuatu???".

"apa???".

"tolong temui putriku, dia sangat merindukanmu ray. Aya terus menanyai kapan kau akan datang mengunjunginya, aku mohon". Mondy memohon dengan mata yang berkaca-kaca, ia tidak ingin menjelaskan panjang kali lebar karena itu sama saja mengundang air matanya untuk kembali jatuh di hadapan gadis itu.

"please ray, aku tidak ada maksud lain. Aku hanya ingin membahagiakan aya, lagi pula aku sudah memberi tahu tentang kabar pernikahanmu pada aya. Jadi, tidak ada yang perlu kau khawatirkan".

Raya menghela nafas beratnya ketika melihay raut wajah mondy yang tiba-tiba saja berubah murung saat lelaki itu mengungkit tentang pernikahannya bersama emile, ada rasa bersalah sekaligus menyesal. Akan tetapi raya segera menepis semua pemikiran yang bisa saja menjadi pemicu gagalnya pernikahan dia dan emile.

Eiffel, I'm In Love (ENDING) #wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang