Part - 3

1K 123 97
                                    

Happy Reading
•...•







Dengan langkah beratnya, mondy berusaha berjalan menyusuri koridor-koridor di dalam rumah sakit ini sesaat setelah sebuah kabar buruk yang ia dengarkan langsung dari mulut seorang dokter spesialis jantung yang menangani putri kecilnya, Raya Adelia Maurer.

Seperti mimpi buruk dan sulit di terima dengan akal sehat saat dokter Emile Fernandez Corteza menjelaskan penyebab putri kecilnya mengalami penyakit gagal jantung adalah, kemungkinan besar yang di lakukan sang ibu saat mengandung sering mengkonsumsi minuman keras, obat-obat terlarang, dan tidak intens menjaga sang jabang bayi dengan pola makan yang sehat. Akibatnya, sang jabang bayi yang sedang dalam masa pembentukkan organ-organ tubuh menjadi korbannya. Terutama saat kegagalan dalam proses pembentukkan organ tubuh yang paling sensitif, jantung.
Jantung merupakan satu-satunya organ yang paling berperan penting dalam tubuh manusia, tanpa jantung manusia akan mati. Lalu bagaimanakah jika seseorang terkena gagal jantung? Adakah harapan untuk hidup? Lalu seperti apa penyembuhannya?.

"Seseorang yang mengalami gagal jantung bukan berarti jantungnya telah berhenti bekerja, melainkan daya pompa jantungnya menjadi lemah. Karena itu mereka yang mengalami kondisi ini membutuhkan pengobatan untuk memperlambat perburukan penyakit serta mengontrol gejala selama mungkin.
Pada sebagian besar kasusnya, gagal jantung merupakan kondisi seumur hidup yang tidak dapat sembuh sepenuhnya. Dalam kasus demikian, penanganan yang terdiri dari kombinasi obat-obatan, peralatan penopang jantung, dan operasi perlu dilakukan sesuai dengan keadaan penderita.
Keefektifan pengobatan gagal jantung bukan hanya tugas dokter, namun juga harus didukung oleh kerjasama dari pasien dengan menjalani pola hidup sehat".

Perkataan dokter emile masih terngiang-ngiang di telinga mondy, menancap di otak kiri dan kanannya lalu melahirkan rasa sakit yang teramat dalam di relung hatinya. Sebagai seorang ayah, tentu mondy tidak menginginkan hal ini terjadi kepada putri kesayangannya. Apalagi saat mengingat betapa susah payahnya ia membesarkan raya kecil seorang diri, tanpa sang istri yang notabenenya adalah ibu kandung raya, Caramel Aditya.
Sungguh ini pukulan terbesar sekaligus kenyataan yang menyakitkan bagi seorang Mondy Putra Maurer.
Lelaki itu tidak hanya memikirkan kondisi putrinya sekarang, tapi ia juga memikirkan keadaan gadis kecilnya saat ia tumbuh menjadi dewasa nantinya.

Langkah kaki mondy berhenti tepat di ujung koridor itu sesaat setelah kedua matanya menangkap sosok seorang malaikat kecil yang selama ini selalu menjadi kekuatan di tengah kelemahan yang selalu ia rasakan semenjak kejadian itu, ia memilih duduk di kursi tunggu sembari menetralisir segala rasa yang berkecamuk di dalam dadanya sebelum menemui putrinya dan berpura-pura seolah semuanya baik-baik saja.

Mondy memjijit pelipisnya lalu menyandarkan bahunya di dinding rumah sakit yang terasa dingin itu kemudian bergumam, "ray, andai kau ada di sini. Mungkin semuanya tidak akan seperti ini, tapi biarlah lebih baik begini dari pada harus menyakitimu lagi dan lagi dengan kenyataan yang ada". Mondy tersenyum kecut. "apa kabarmu raya, apa kau tahu aku lelah mencarimu? Apa kau tahu seberapa besar penyesalan yang kau tinggalkan padaku? apa kau tahu, semuanya berubah setelah kau memutuskan pergi meninggalkanku? Aku berharap kau tidak pernah tahu apa-apa, dan aku selalu berdoa agar kau bisa menemukan lelaki yang terbaik dan tdk sebrengsek diriku".

Air mata yang sedari tadi mondy tahan akhirnya jatuh begitu saja di setiap sudut pelupuk matanya, untuk kesekian kalinya mondy kembali menangisi kepergian raya, gadis yang sangat di cintainya sekaligus gadis yang telah di sakitinya. Entah sebesar apa penyesalan yang mondy rasakan saat ini sampai-sampai tiap menyebut nama raya, hati kecilnya seperti tercabik-cabik dan kembali membuka luka lamanya.

"yah, ini buat ayah".

Air mata mondy seketika berhenti mengalir saat tangan kecil itu menyodorkan selembar sapu tangan ke arahnya dan sukses membuat kedua matanya membulat sempurna saat menyadari sapu tangan yang di berikan putri kecilnya, "ray, ini???".

Raya kecil kembali tersenyum manis ketika mendapati wajah bingung ayahnya yang dengan cepat meraih sapu tangan di telapak tangannya sembari berjongkok di hadapannya, "katakan pada ayah, dari mana aya mendapat sapu tangan ini? Katakan nak, ayah mohon?".

"ini pemberian tante cantik dan om ganteng", jawab raya kecil polos.

"tante cantik, om ganteng??". Mondy kembali mengulang kalimat singkat putri kecilnya, seolah memastikan bahwa apa yang ia dengarkan tadi adalah sebuah kebenaran.

"iya ayah, tadi sebelum tante cantik pergi. Dia memberikan ini pada aya, karena aya juga memberinya sebuah kalung hadiah dari ayah. Maafkan aya, yah". Raya kecil tertunduk lesu, ia takut jika mondy akan memarahinya. Dan ternyata perkiraannya salah, bukannya kena omel mondy malah menggendongnya lalu segera berlari keluar dari rumah sakit ini guna mencari keberadaan seseorang.

"ayah, kenapa? aya mau di bawa kemana, yah?". Raya kecil melirih dalam pelukkan ayahnya yang saat ini sedang berlari kencang ke arah pintu keluar rumah sakit ini.

"aya kasih tahu sama ayah, dimana wanita yang memberi sapu tangan ini?". Mondy berucap dengan nafas yang tersengal-sengal sembari terus menggendong anak semata wayangnya itu. Demi sinetron anak jalanan yang tidak punya kejelasan dalam endingnya, mondy bersumpah tidak ingin nasibnya berakhir seperti itu, mengenaskan dan menggantung.

Pertemuan yang tak terduga antara raya putri kecilnya dan raya cinta matinya itu seakan membawa angin segar di kehidupan mondy yang kering untuk kembali membawa gadis itu ke dalam pelukkannya, ia bahkan tidak memperdulikkan lagi resiko dan tantangan yang ada di depan matanya. Karena raya kecil adalah mataharinya dan raya cinta matinya adalah nafas kehidupannya.

"tante cantik sudah pergi, yah".

Ucapan singkat raya berhasil membuat wajah mondy seketika menjadi murung dan terlihat sedih. Harapannya untuk segera menemukan keberadaan raya pupus sudah, padahal sejak tadi hati kecilnya benar-benar tidak sabar untuk segera bertemu dengan gadis pujaan hatinya sejak dulu kala. Namun, lagi dan lagi nasib baik tidak berpihak padanya.

"ayah kenal sama tante cantik itu?".

Mondy menggeleng pelan, di elusnya rambut panjang anak gadis semata wayangnya lalu beralih mencium puncak kepala raya kecil dan mendekapnya erat.

"kita pulang ya nak, kau harus segera istirahat. Ayah tidak ingin anak ayah sakit lagi".

Raya kecil mengangguk pasrah dan membiarkan ayahnya menggendong tubuh kecilnya menuju mobil mereka, dimana sang kakek sedang menunggu kedatangan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raya kecil mengangguk pasrah dan membiarkan ayahnya menggendong tubuh kecilnya menuju mobil mereka, dimana sang kakek sedang menunggu kedatangan mereka.

Bersambung


Sincerely,
Alycia_188

Eiffel, I'm In Love (ENDING) #wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang