13

3.9K 455 14
                                    

Aku menghela nafas lagi, mungkin ini sudah yang keseribu kalinya. Semakin aku berusaha melupakan kejadian semalam semakin aku mengingatnya. Puluhan pasang mata menyaksikan saat aku meninju wajah Kai yang notabennya merupakan rekan, kakak dan sahabatku saat di Exo. Ada perasaan menyesal dan puas. Menyesal karena sudah ceroboh, terlalu emosi sampai membuat keributan dan pasti hal itu membuat orang-orang penasaran apa yang sebenarnya terjadi diantara kami. Puas karena sudah memberi pelajaran untuk seseorang yang lancang menyentuh pacar ku. Beruntung semalam adalah private dinner, sehingga tidak ada reporter yang meliput. Berulang kali aku mengatai diriku sendiri bodoh. Kenapa aku harus memukul pria itu disana? Harusnya aku menariknya dulu ke suatu tempat baru memukulnya.

'Bodoh!' batin ku untuk kesekian kali.

Tok tok.

Suara ketukan pintu disusul Mr Yang menghambur masuk ke ruangan membuyarkan lamunanku.

"Sibuk?"

Seperti biasa, CEO ini bertanya dengan santai dan aku mulai menebak-nebak pertanyaan macam apa yang akan keluar dari mulutnya nanti.

"Hemm..sedikit"

"Bagaimana acara kemarin?"

"Lumayan.." ku jawab asal.

"Hanya lumayan?" Selidik Mr Yang.

Aku hanya mengangguk menanggapinya.

Mr Yang beranjak dari sofa dan duduk dipinggir meja kerja ku.

"Katakan padaku alasannya"

"Tidak ada alasan apapun..itu hanya acara award yang sama seperti lainnya." Kataku meyakinkan.

Mr Yang menghela nafasnya sedangkan aku berpura-pura sibuk dengan ponsel.

"Kau tau apa yang paling menyebalkan saat berusia seperti mu?"

Aku menerka-nerka maksud dari pertanyaan Mr Yang dan berakhir dengan gelengan kepala.

"Menjadi bodoh dan ceroboh." Katanya sambil berjalan ke arahku.

"Aku selalu berharap kau bukan bagian dari tipe manusia seperti itu" Mr Yang melanjutkan sambil menepuk pundak ku dan pergi.

Aku yakin dia sudah tahu mengenai pertengkaran ku dengan Kai semalam, tapi itu bukan masalah selama ia tidak tahu alasan sebenarnya.

Aku menghela nafas dan kembali duduk dimeja kerja. Aku melirik ponselku lagi, ada 47 panggilan tak terjawab dari Lisa. Aku tidak bermaksud untuk menghindar darinya aku hanya sedang tidak ingin membahas kejadian kemarin. Karena itu lah hari ini aku menyibukkan diri membaca laporan yang sebenarnya memusingkan menurut ku. Aku ingin melupakan kebodohan itu.

Sebuah panggilan masuk lagi ke ponselku. Aku melirik sebentar, ternyata dari sekretaris ku di Jepang.

"Ya.."

"Aku sudah beli tiket untuk penerbangan mu besok"

"Besok ?! Kapan aku setuju?!"

"Semalam. Kau jawab iya, jadi sudah kubelikan. Jangan merengek, kau harus datang besok"
Ia mematikan telponnya.

Ini lah hal yang paling menyebalkan jika partner kerjamu adalah orang dekat a.k.a sepupu, terkadang mereka tidak mau mendengarkan dan memutuskan sepihak. Aku mengusap wajahku frustasi. Mungkin ke Jepang selama beberapa hari akan membuat ku lebih tenang, batin ku.

Aku akan minta izin ke Mr Yang untuk pergi besok. Mungkin 1-2 Minggu tidak masalah. Baik lah, aku rasa pergi ke Jepang bukan ide yang buruk. Aku merapikan kemeja ku dan beranjak pergi ke ruang Mr Yang.

CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang