14

3.4K 397 1
                                    


Aku membuka mataku setelah menyadari Lisa sudah tidur dengan nyenyak. Aku sudah pernah bilang kan kalau wajahnya cantik bahkan saat tidur, meskipun tanpa make up she's perfect dan aku tidak pernah bosan untuk mengatakan itu berulang kali sepanjang hidupku. Aku merasa bersalah membuatnya menelfon ku berkali-kali namun tidak ku jawab, membuatnya menunggu didepan pintu berjam-jam.

"Maaf ya kaki mu jadi lecet" kataku pelan.

Aku mencium kening dan hidungnya, lalu dengan hati-hati aku beranjak bangun agar ia tidak terganggu.
Aku berjalan ke kamar mengambil selimut dan langsung kembali untuk memakaikan padanya. Aku memandanginya lagi, ia tidur sangat nyenyak.

Aku duduk dilantai dan melihat kakinya yang lecet. Ada beberapa luka ditepi Ibu jari dan kelingking pada kedua kakinya. Aku mengolesinya dengan krim dari kotak P3K yang kubawa saat mengambil selimut tadi. Setelah selesai dengan luka-luka itu, aku memijat pelan kakinya. Setidaknya ini yang bisa kulakukan sebelum pergi meninggalkan nya sebentar ke Jepang, dan itu membuat ku merasa tiba-tiba sulit bernafas.

"Aku akan ke Jepang besok pagi. Bagaimana mungkin aku bisa bertahan tidak melihat mu untuk beberapa hari kedepan?" Kata ku pada diri sendiri sambil terus memijat kakinya.

"Kau tahu, untuk mendiami mu seharian ini saja aku harus menahan diri mati-matian. Your like home that i wanted to go to"

Aku menghela nafas. "Melihat mu hari ini tertawa bersama Kai, membuat ku ingat pada Rachel. Bukan aku cemburu, hanya saja aku takut kau merasa dia lebih baik dan aku kalah lagi" Aku menghela nafas. "Jadi kumohon jangan pernah menoleh karena aku takut kau berbalik"

Aku tidak mengerti kenapa aku mengatakan hal itu saat Lisa tidak bisa merespon ku. Tapi aku merasa lebih nyaman mengatakannya saat dia tidur karena dia hanya dapat mendengar tanpa ada interupsi.

Aku beranjak dan pergi ke kamar. Aku mengambil koper ku dan meletakkan nya diatas tempat tidur.

"Kau sedang apa?"

Aku tidak tahu sejak kapan gadis poni itu mengintip dari balik pintu kamar.

"Hemm tidak...hanya membenarkan letak koper" kataku bohong. "Kemari lah bantu aku meletakkan nya kembali"

Lisa berjalan menghampiri dan mengambil koper itu dari tangan ku lalu membawa ke atas tempat tidur dan membukanya.

"Berapa baju yang kau butuh kan?" Ucap gadis itu sambil berjalan ke arah lemari.

"A-apa?"

"Maksudku kau akan pergi berapa hari ? Hemm bagaimana kalau beberapa setel jas dan kemeja lalu baju santai. Oh iya pasti kau juga butuh piyama, ingat kau tidak boleh kerja terus, harus ada waktu istirahat."

Ia membawa keluar baju-baju ku dari lemari.

"Aku suka warna pink, jadi aku membawakan mu 2 kemeja warna pink dan 2 biru" ia memasukkan nya ke koper namun aku menahan pergelangan tangannya.

"Siapa yang mau pergi?"

Ia menoleh menatap ku. Aku bersumpah baru kali ini ia menatap ku dengan cara seperti itu. Seakan-akan menuntut, namun beberapa detik kemudian tatapannya melembut.

Ia meletakkan jari-jarinya di wajah ku "Don't pretend, i know u have to go. Just work it well and come back quickly." Ia tersenyum dan kembali memilih baju-baju dari lemari dan aku hanya bisa menatap punggungnya.

"I love to do this, rasanya seperti merapikan pakaian suami ku yang akan pergi untuk perjalanan bisnis. as mother always does" Ia tertawa kecil."Tapi yang baru aku tahu ternyata rasanya sesedih ini"

Aku berjalan menghampiri dan memeluknya. "I promise to come home as soon as possible"

***

Ini terasa sangat nyaman, dipeluknya. Walaupun kami berbaring berhimpitan di sofa, but this is feel so good. Aku bisa mendengar dan merasakan hangat nafasnya lalu detak jantungnya. Biasanya tidak akan lama aku akan terlelap namun kali ini aku masih terjaga entah kenapa padahal semua badan ku terasa lelah. Aku tetap memejamkan mata, memaksa diriku sendiri untuk terlelap namun tidak lama aku mendengar Sehun mengucapkan sesuatu.

CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang