43.

2.5K 142 14
                                    

Author pov.

Seorang pria dengan tuxedo berwarna coklat gelap sedang memandang jendela kaca yang berukuran besar diruangan kerjanya, Dia tampak sangat tampan dan memukau. Namun, sejak kepergian kekasihnya kembali ke Portugal dia cemas. Entah kenapa dia ingin sekali menahan kepergian Vio, namun dia juga tidak boleh egois. Dia ingin Vio memperbanyak momen-momen saat Vio menjadi model. Leo tahu kalau kekasihnya itu mendapatkan awards diPortugal sana. But, he wants to marry his lover.

"Papi! Papi kenapa sih galau telus. Tadi Nich nangis papi biasa aja waktu tante pelgi, eh sekalang justlu papi yang gini. Galau." Ucap Nich dengan menggebu. Leo menggeram kesal. Terkadang dia bingung, kenapa hati kecilnya membiarkan Nich menjadi anak angkatnya. Ah biarkan saja, dia butuh disaat saat seperti ini, Kesepian saat jauh dari kekasihnya.

Leo membalikkan badannya dan menatap Nich lamat-lamat. Didalam fikiran Leo, dia ingin bertanya sesuatu.

"Nich?" Panggil Leo dan Nich meresponnya dengan deheman. Dia terlalu sibuk karena sedang main robot pemberian Vio dua hari yang lalu.

"Papi boleh nanya?" Tanya Leo dengan ragu dan duduk di lantai beralas karpet lembut tepat dihadapan 'anaknya'.

"Eh? Boleh." Jawab Nich mengangkat kepalanya dengan polos dan mengangguk. Sekarang papi dan anak itu saling bertatapan.

"Apakah kamu diperlakukan dengan buruk oleh orang yang kamu sebut om jahat waktu itu?," Tanya Leo. Nich menatap papinya sedih.

*Flashback on*

pria kecil bermata hijau itu saat ini sedang bermain diruang tamu. Sudah tiga bulan ini dia dibawa oleh seorang pria. Nicholas edward licoln, anak laki-laki berwajah tampan itu berkebangsaan inggris, dia memiliki semangat dan keceriaan yang membuat orang disekelilingnya tersenyum. Tapi, entah kemana senyum itu berada, seakan lenyap dan tak tersisa.

Seorang pria tampan datang dari arah belakangnya dan menarik lengan kecil itu keras hingga Nich berdiri dengan keras pula.

"Sudah kukatakan untuk tidak merusak kertas-kertas itu! Apa kau tak mengerti, huh?!"

Plak..

Tamparan pun melayang kepipi Nich hingga merah dan jatuh terduduk dilantai. Nich menangis dengan kencang. Baru tadi siang dia mendapat tendangan ditubuhnya, dan malam ini pun dia mendapatkan tamparan. Nich, dia ditampar karena menggambar diberkas bisnis milik pria kasar itu. Lagi pula Nich tidak memiliki mainan satupun, jadi wajar kalau dia bosan dan ingin mengetahui banyak hal seperti yang di katakan ibu guru disekolahnya dulu.

Dia bosan didalam apartemen ini terus. Dia rindu orang tuanya. Mommy dan daddynya.

"Kenapa menangis, hah?! Mau ku tendang?!" Bentak pria itu seraya menarik tubuh kecil Nich hingga berdiri kembali dan ditarik lebih dekat olehnya.

"Ayo terus menangis dan aku akan menendang tubuhmu hingga terlempar sekalipun! Ayo terus!" Bentaknya lagi. Kali ini Nich diam, dia tidak ingin ditendang lagi, rasanya sangat sakit.

"Dasar anak sialan!" Bentak pria tadi dengan keras dan mendorong tubuh kecil Nich hingga Nich tersungkur kelantai.

"Sekarang kau tidur! Aku tidak akan memberimu selimut, itu hukanmu. Tidak berat bukan?."

Setelah mengucapkan itu, dia pergi begitu saja meninggalkan Nich yang mulai duduk di sofa yang akan ditidurinya.

***

POSSESSIVE [On Going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang