"Cukup jadi pohon yang walau diterpa angin dia tetap berdiri kokoh dan nggak goyah. Jangan jadiin diri kamu lemah, buktiin kamu kuat dihadapan mereka. Buat mereka sampai nggak bisa berkata dan nggak lagi ngerendahin kamu."
Aqil Habibi Furqan
~dalam cerita SYAQILAqil membawa Raisya ke taman, kini di dekatnya sudah ada tisu dan mineral untuk membersihkan jus yang menempel di wajah dan jilbab Raisya.
Perlahan dan hati-hati Aqil membersihkan wajah Raisya. Raisya hanya diam tidak menolak, tatapannya hanya lurus dan sesekali terdengar helaaan napas dari bibirnya.
Setelah membersihkan wajah beserta sisa jus di jilbab, Aqil menatap dalam Raisya dengan tangan yang kini berada di bahu Raisya.
"Sya."
Raisya memusatkan bola matanya menatap Aqil, gumpalan air mata kini memenuhi kelopak matanya. Sebisa mungkin terlihat bodo amat dan tidak peduli, nyatanya Raisya tidak bisa selalu menahannya. Ia hanya manusia biasa yang bisa sedih ketika diperlakukan tidak terhormat oleh orang-orang..
"Kesalahan Raisya terlalu besar ya Kak Aqil sampai dihukum kayak gini?"
Aqil menggeleng. "Nggak, Sya."
"Terus kenapa Raisya masih dihujat? Mereka masih nggak suka sama Raisya," suara Raisya terdengar serak. Ia menatap Aqil menahan tangis.
"Jangan terlalu mikirin mereka ya. Mereka hanya bisa mencela dan sebenarnya nggak paham."
"Tapi Raisya nggak kuat." Setitik air mata jatuh ke pipi Raisya. "Raisya nggak kuat lama-lama Kak Aqil."
Raisya menatap Aqil dengan air mata yang sudah banjir di pipinya. Ada pancaran kerapuhan dan jelas mengatakan ia lelah karena ini.
Aqil membawa tubuh Raisya ke pelukannya. Seketika tangis Raisya pecah. "Sampai kapan Kak Aqil? Sampai kapan begini terus?" Raisya tersedu. "Raisya bosan dianggap musuh terus," isak Raisya. Aqil dapat merasakan apa yang dirasakan Raisya saat ini. Namun, yang mampu dilakukannya Raisya menangis sejadi-jadinya dengan tetap memeluknya erat.
Tangis Raisya reda setelah beberapa saat. Aqil mengangkat kepala Raisya hingga bisa menatapnya. Ia menghapus buliran air mata yang masih berlinang di pipi istrinya.
"Suka atau enggaknya orang kita bahkan nggak bisa ngontrol, Sya, yang bisa kita lakuin biarin dan anggap angin lalu."
"Tapi sampai kapan?"
"Kamu tau orang terhebat?"
Raisya tidak menjawab, hanya menatap Aqil. Ia masih senggukan efek menangis.
"Orang yang kuat, orang yang tidak goyah cuma karena ucapan dan sikap orang-orang."
"Raisya bukan orang yang kuat."
"Kamu kuat."
"Berat Kak Aqil.
"Cukup jadi pohon yang walau diterpa angin dia tetap berdiri kokoh dan nggak goyah. Jangan jadiin diri kamu lemah, buktiin kamu kuat dihadapan mereka. Buat mereka sampai nggak bisa berkata dan nggak lagi ngerendahin kamu."
"Apa Raisya bisa?"
"Bisa. Kamu wanita hebat."
Raisya menatap lama Aqil, Aqil yang kemudian tersenyum menyakinkan membuat Raisya akhirnya mengangguk. Raisya akan mencoba menjadi yang terkuat dan kokoh walau ada angin sekencang apapun.
"Makasih Kak Aqil." Raisya tersenyum. Rasanya beban hari ini berkurang setelah menangis dan mendapat motivasi Aqil.
"Kamu menyadari sesuatu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SYAQIL (Kuliah Tapi Nikah) || TERBIT✓
Teen FictionTerbit di Cloudbookspublishing Sudah tersedia di Gramedia dan Toko Buku Online Raisya Alika Putri, gadis yang tidak pernah menginginkan nikah muda namun terpaksa melakukannya demi cita-cita. Dia harus menerima persyaratan nikah muda demi bisa kulia...